Hulya Millicent harus terjebak dalam obsesi cinta seorang bos mafia. Dia bahkan tidak tahu kalau dirinya telah dinikahi oleh sang mafia semenjak usianya baru 18 tahun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26 : Pria Asing
...•••Selamat Membaca•••...
“Hulya keguguran di usia kandungan dua minggu, semua ini karena kekerasan fisik yang dia alami, sekarang Hulya harus dirawat beberapa hari sampai kondisinya kembali membaik,” jelas dokter wanita yang mengobati Hulya, Marchel kaget bukan main mendengar semua itu, dia terpaku dan setelah dokter pergi, Marchel memasuki ruang rawat Hulya.
Wanita itu membuang wajahnya ketika Marchel masuk, dia semakin membenci pria itu.
“Maafkan aku Hulya, aku menyesal,” ungkap Marchel, Hulya menahan amarah dalam dirinya, dia tidak memiliki tenaga untuk mendebat Marchel sekarang.
“Pergilah, aku tidak ingin melihat kamu di sini, aku muak denganmu,” usir Hulya yang masih enggan menatap Marchel, pria itu hanya bisa menunduk, menggenggam tangan Hulya lalu menciumnya.
“Tolong maafkan aku Hulya, jangan membenciku, aku hanya kesal karena kau terus mencoba kabur.”
“Pergi dari sini, sebelum aku memutuskan untuk bunuh diri di hadapanmu,” ancam Hulya yang membuat Marchel kaget.
“Jangan begini, aku tidak tahu kalau kau sedang hamil, maafkan aku.”
“Lalu? Kalau aku tidak hamil? Kau berhak menghajar aku seperti semalam hah? Kau pikir aku ini samsak tinjumu? Kau itu pria macam apa? Memukuli wanita sepertiku, kau pikir hebat begitu?” Hulya yang hilang sabar kembali menantang Marchel, dia seakan memiliki energi baru untuk melawannya.
“Oke aku akui kalau diriku salah, tolong maafkan aku.”
“Aku tidak butuh maaf darimu, aku hanya ingin bebas, bebas darimu dan bebas dengan hidupku.” Marchel yang mencoba mengontrol emosinya tidak terima dengan perkataan Hulya.
“Aku tidak akan membebaskan kamu.”
“Kalau begitu, kenapa tidak kau bunuh saja aku?”
“Kau ingin mati?”
“Iya, aku lelah hidup denganmu, aku juga punya kehidupan sendiri, siapa yang kuat hidup dengan pria gila penuh obsesi seperti dirimu, brengsek.” Marchel menggenggam kuat tangan Hulya lalu mencengkeram rahang wanita itu, kali ini tidak ada ketakutan di mata Hulya pada Marchel.
“Jangan terus-terusan menguji kesabaranku, atau aku benar-benar akan mengakhiri hidupmu,” ancam Marchel, Hulya tersenyum remeh.
“Silakan, kau pikir aku takut?” Marchel mencabut infus di tangan Hulya dengan paksa sehingga darah di tangan itu mencuat mengenai wajah Marchel.
Hulya tidak meringis sama sekali, bahkan dia siap jika Marchel memang membunuhnya kali ini. Marchel yang memang telah kesal, langsung menekan perut Hulya dengan kuat sehingga wanita itu membuka mulut karena kesakitan.
“Sakiiiitttt,” jerit Hulya, Marchel langsung membekap mulut itu dengan mulutnya dan menciumi bibir Hulya dengan ganas.
Tangannya semakin kuat menekan perut Hulya sehingga di jalan lahir Hulya mengeluarkan banyak darah yang membasahi seprai.
Hulya memukuli punggung Marchel, dia sudah tidak kuat lagi dengan semua kegilaan Marchel ini, perutnya benar-benar sangat sakit.
Saking sakit yang dia rasakan, Hulya akhirnya pingsan, Marchel menghentikan tindakannya lalu tersenyum puas, sekarang memang sisi iblisnya yang muncul, tak ada rasa kasihan pada Hulya sama sekali.
“Makanya, jangan pancing emosiku terus, kau sendiri yang menderita, Hulya. Tidurlah dengan nyenyak, aku akan kembali entah melihat kau sadar atau kau mati,” gumam Marchel sambil mengusap lembut kepala Hulya, dia meninggalkan ruangan itu dan memberitahu dokter mengenai kondisi Hulya.
Segera tim dokter menangani Hulya, Marchel pergi entah ke mana, yang jelas, dia butuh menenangkan pikiran.
...***...
Alicia memulai bisnisnya, dia membuka toko kosmetik di Las Vegas, semua itu juga didukung oleh wajahnya yang sangat cantik dan kulitnya yang begitu mulus.
Dengan modal yang pernah Dexter berikan padanya dulu, bisnis itu berkembang, awalnya Alicia hanya membuka toko online dan cukup bagus perkembangannya, sekarang dia sudah memiliki cukup uang untuk membeli sebuah toko.
Dexter tidak pernah lagi menemui atau menghubunginya, tak ada hubungan atau ikatan apapun di antara mereka.
“Dengan begini, aku bisa mengobati diriku, semoga saja semua berjalan dengan baik dan kamu, sehat-sehat di dalam ya, mommy akan selalu menjaga dirimu dengan baik,” kata Alicia pada anak yang berada di dalam perutnya.
Alicia tengah hamil 3 minggu, anak yang dikandungnya saat ini adalah benih Dexter, Alicia sengaja tidak memberitahu pria itu karena memang tidak menginginkan pertanggung jawaban apapun.
Alicia menjalani hari-harinya dengan baik, menjadi wanita karir seperti yang dia impikan selama ini.
Malam ini, Alicia pergi ke mall, membeli beberapa keperluannya dan beberapa barang untuk di rumah. Dia baru saja menyewa rumah sederhana yang dekat dengan pusat kota, agar ke toko nanti tidak terlalu jauh.
“Maaf nona, ini milikmu?” seorang pria memberikan dompet pada Alicia.
“Iya ini milikku, terima kasih banyak, aku tidak tau harus apa kalau dompet ini hilang,” balas Alicia dengan ramah dan ceria.
“Lain kali hati-hatilah,” kata pria tersebut.
“Iya terima kasih.”
Alicia kembali sibuk memilih beberapa barang, selesai belanja, dia menunggu taksi untuk pulang, cukup banyak belanjaan yang dia beli.
“Apa mau aku bantu?” tegur pria yang menolongnya tadi.
“Oh tidak, aku menunggu taksi saja.”
“Di mana alamatmu?” Alicia memberitahu alamatnya dan kebetulan pria tersebut juga akan ke arah sana.
“Mari saya antar, kebetulan saya lewat sana,” tawar sang pria, Alicia terdiam, dia tampak ragu menerima penawaran begitu dari pria asing pula.
“Saya naik taksi saja, terima kasih atas tawarannya,” tolak Alicia dengan lembut.
“Kau takut padaku? Aku tidak akan menjahati mu.”
“Hm tapi—” pria itu mengulurkan tangan pada Alicia dan disambut oleh Alicia.
“Alexio Alessandro, kau bisa memanggilku Alexio, aku tinggal di daerah sini jadi kau tidak perlu takut padaku. Belanjaanmu sangat banyak, tidak mungkin kau akan naik taksi, itu akan merepotkan mu.” Alicia menatap Alexio dengan intens, memang tak ada tanda-tanda kalau Alexio orang yang jahat.
Setelah berpikir beberapa saat dan Alexio meyakinkan, Alicia menerima tawaran itu. Selama di perjalanan, mereka hanya bicara ringan tanpa membahas apapun, Alexio yang memang mudah akrab, tentu bisa membawakan suasana.
“Terima kasih, Alexio, kau sudah membantuku beberapa kali hari ini,” ucap Alicia setelah turun dari mobil.
“Sama-sama Alicia, sepertinya kita akan sering bertemu, rumahku tak jauh dari sini.” Alicia tersenyum.
“Oh ya, kebetulan sekali.”
“Aku pergi dulu,” pamit Alexio yang dibalas anggukan oleh Alicia.
Mobil Alexio melesat pergi dari perumahan Alicia, wanita itu langsung menyusun semua barang yang telah dia beli lalu istirahat, untung saja kehamilannya tidak terlalu mengganggu, walaupun dia memiliki penyakit tapi kandungannya sehat dan kuat.
Ponsel Alicia berdering, melihat siapa yang menghubunginya tapi itu nomor tak dikenal. Alicia langsung mengangkat panggilan tersebut, dia yakin kalau itu costumer yang ingin memesan produknya.
“Kau sudah tidak di tempat pelacuran itu lagi, jangan lupa bagianku atau aku akan merusak hidupmu, Alicia,” ancam seorang pria di seberang sana, Alicia langsung mematikan panggilan itu.
“Dari mana dia mendapatkan nomor ini? Aku sudah menghindar dan dia masih saja menerorku, sialan,” umpat Alicia pada penelpon tadi.
...•••BERSAMBUNG•••...