NovelToon NovelToon
The Villain Wears A Crown

The Villain Wears A Crown

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: karinabukankari

Balas dendam? Sudah pasti. Cinta? Tak seharusnya. Tapi apa yang akan kau lakukan… jika musuhmu memakaikanmu mahkota?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon karinabukankari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 5: Cinders of a Broken Vow

Istana Ravennor menggeliat seperti makhluk yang sedang gelisah. Angin malam yang biasanya lembut kini membawa aroma logam dan bara. Langit membentuk warna kelam yang tak biasa, dan suara gaung dari menara timur belum juga reda. Para penjaga berlari, para pelayan saling menatap bingung, dan di tengah semuanya—Seraphine kembali ke kamarnya dengan degup jantung yang belum mereda.

Di balik pintunya, ia tak sendiri.

“Berapa lama kau mengawasi aku?” tanya Seraphine tajam.

Lady Mirella berdiri dekat jendela, rambutnya tergerai, senyum tipis menggantung di wajahnya.

“Cukup lama untuk tahu bahwa kau bukan Lady Seraphine yang asli.”

Seraphine tak membuang waktu. Ia mencabut pisau kecil dari balik ikat pinggang gaunnya, mata bersiap menebas.

Namun Mirella hanya menunduk—tidak takut. “Tenanglah. Aku tidak datang untuk menjualmu. Kita berdarah dari nasib yang sama.”

“Kau...?”

“Aku anak dari salah satu keluarga sekutu Verndale. Keluarga kami juga disapu bersih malam itu. Aku selamat karena ibuku menyuap seorang perwira dengan emas terakhir kami. Sejak itu, aku diserahkan pada kerabat jauh—dan dibesarkan dalam bayang-bayang istana.”

Seraphine mengerutkan alis, perlahan menurunkan pisaunya.

“Aku tahu siapa kau sejak hari pertama kau menginjakkan kaki di sini,” lanjut Mirella. “Tapi aku harus yakin bahwa kau benar-benar… dia.”

“Dan sekarang kau yakin?”

“Setelah kulihat cara kau berjalan melewati lorong selatan. Hanya keluarga lama yang tahu itu bukan jalan utama, tapi jalur penghubung antara sayap timur dan kapel tua.”

Keheningan menggantung.

“Lalu apa maumu?” tanya Seraphine akhirnya.

“Satu hal saja. Saat waktunya tiba… biarkan aku berdiri di sisimu.”

Seraphine menatapnya lama, sebelum akhirnya mengangguk pelan. “Kalau begitu… kita akan mulai lebih cepat dari rencana.”

Sementara itu, Pangeran Caelum tengah berbicara dengan penasihat terpercayanya, Lord Hestyn, di dalam ruang strategi. Peta besar Ravennor terbentang di atas meja bundar, dengan sejumlah titik ditandai warna merah.

“Kau yakin itu bukan gempa alam?” tanya Caelum.

Lord Hestyn menggeleng. “Terlalu terpusat. Dan laporan dari bawah tanah… mereka menemukan tanda-tanda pembakaran. Tapi bukan oleh api biasa.”

“Makhluk?”

“Atau sesuatu yang lebih kuno dari itu.”

Caelum memandangi peta itu dalam diam. “Ayahku… meninggalkan lebih banyak kutukan daripada warisan.”

“Dan pewarisnya harus membersihkan darah yang ditumpahkan.”

Pangeran Caelum mengepalkan tangan. Ia memikirkan Seraphine. Wajahnya. Tatapannya. Dan rahasia yang kini menggantung di antara mereka.

“Aku akan menemui Ordo Umbra malam ini,” katanya. “Kirim pesan rahasia. Aku ingin tahu siapa sebenarnya musuh kita.”

Malam itu, Seraphine dan Mirella menyusup ke lorong bawah kapel sekali lagi. Tapi kali ini, mereka tidak sendirian.

Caelum sudah menunggu.

“Berani sekali kau mengikutiku,” kata Seraphine pelan.

“Berani sekali kau berpikir aku tidak akan tahu,” balas Caelum, dengan suara lebih tajam dari biasanya. “Kau punya rencana. Tapi aku tidak akan membiarkan istana ini berubah jadi panggung penghakiman.”

“Lalu apa yang akan kau lakukan? Tangkap aku? Bakar aku seperti keluargaku dibakar dulu?”

Tatapan mereka bertabrakan di bawah cahaya obor. Untuk sesaat, tidak ada gelar. Tidak ada masa lalu. Hanya dua manusia yang sama-sama terbakar oleh luka lama.

Caelum menghela napas. “Aku tidak akan menyentuhmu. Tapi aku harus tahu. Apa yang sedang kita hadapi?”

Dan saat itulah, Orin muncul dari balik bayangan.

“Kau tidak akan menyukai jawabannya.”

Orin menuntun mereka ke ruang terdalam Ordo Umbra. Di sana, di dalam kubah batu berdinding simbol kuno, ada sebuah artefak: segumpal abu hitam di dalam bola kristal.

“Inilah sisa dari makhluk yang ayahmu panggil, Pangeran,” kata Orin.

“Makhluk?”

“Bukan iblis… tapi jiwa pengikat. Entitas kuno yang tak mengenal kematian. Ia hidup dalam janji. Dalam sumpah.”

Caelum menggertakkan rahangnya. “Dan apa yang terjadi jika sumpah itu dilanggar?”

“Darah akan menuntut darah,” jawab Seraphine lirih.

Bola kristal itu mulai bergetar perlahan. Retakan tipis menyebar di permukaannya.

“Dan kita kehabisan waktu,” ujar Mirella.

Hari berikutnya, istana mengadakan pesta topeng untuk memperingati ulang tahun perjanjian damai antar wilayah. Para tamu dari utara dan selatan berkumpul, mengenakan busana megah dan topeng penuh permata. Tapi bagi Seraphine, malam itu bukan untuk menari.

Itu adalah malam pengalihan.

Sementara bangsawan sibuk berpesta, Seraphine, Caelum, Mirella, dan Orin akan menyelinap ke ruang penyimpanan rahasia milik Raja Elric—di balik dinding barat perpustakaan utama.

“Kau yakin ini tidak akan menjebak kita?” bisik Mirella.

“Kalau jebakan,” jawab Seraphine, “lebih baik kita mati di sini daripada mati pelan-pelan karena kebenaran yang dibungkam.”

Ruang itu penuh dengan gulungan, catatan, dan artefak yang tak bisa dijelaskan. Tapi yang mereka cari… ada di tengah: Kitab Darah Janji.

Dan saat Caelum menyentuh sampul merah tua itu—ruang itu berguncang.

Sebuah bisikan mulai memenuhi udara:

"Sumpah yang dilanggar.

Darah yang tak ditebus.

Anak-anak api…

Telah menyatu."

Langit Ravennor berubah warna saat fajar belum sempat menjamah menara-menara tertinggi. Abu halus turun pelan seperti salju musim kematian. Bangsawan yang baru saja pulang dari pesta topeng menengadah dengan kebingungan, sementara para prajurit berebut mengaktifkan alarm darurat.

Tapi ini bukan abu biasa.

Ini adalah jejak dari makhluk yang bangkit kembali. Yang terlahir dari sumpah terputus. Yang telah lama terkunci… dan kini bebas.

Dinding perpustakaan masih bergetar. Kitab Darah Janji terbuka sendiri di hadapan mereka, halaman-halamannya menampilkan simbol-simbol kuno yang bersinar merah darah. Caelum berdiri terpaku. Tangannya yang menyentuh kitab tadi kini memar ungu, seolah tinta sihir meresap ke bawah kulitnya.

“Ini—terhubung padamu,” gumam Orin. “Kau pewaris janji itu.”

Seraphine menggenggam lengan Caelum. “Kau harus lepaskan.”

“Aku tidak bisa.” Suaranya bergetar, namun bukan karena ketakutan—karena ingatan yang mulai muncul. “Ayahku… membuat perjanjian. Bukan dengan satu makhluk. Tapi tiga.”

Orin menelan ludah. “Tiga pengikat sumpah. Trinitas Ruh yang dulu dikutuk para nenek moyang.”

“Yang satu dikurung di bawah tanah istana,” lanjut Mirella pelan. “Yang kedua dikunci dalam garis darah keluarga Elric…”

“Maka yang ketiga?” tanya Seraphine.

Suara retakan menjawab pertanyaan itu.

Langit di atas Ravennor merekah dengan cahaya merah—dan sebuah retakan vertikal, seperti luka di dada langit, terbuka.

Dari celah itu, turunnya makhluk berselubung api dan tulang. Tingginya menyentuh menara-menara istana. Tak memiliki wajah—hanya mata yang terus terbakar.

“Pengikat ketiga,” bisik Orin. “Sudah bebas.”

Penduduk kota mulai berlarian. Bel para penjaga dipukul serentak, dan para bangsawan yang belum sadar bahaya terus berdansa di dalam aula megah.

Caelum menarik Seraphine dan Mirella. “Kita harus ke Menara Tertua. Di sana pusat segel darah.”

“Tapi jika kita ke sana sekarang, semua orang akan tahu!” kata Mirella.

“Biarkan mereka tahu,” sahut Seraphine. “Kalau ini harus menjadi perang… biarlah dimulai dengan kebenaran.”

Mereka melesat di balik bayang-bayang koridor, dibantu oleh pasukan rahasia Ordo Umbra. Di jalan, Seraphine melihat rakyat yang terluka—anak-anak yang menangis, orang tua yang kehilangan arah. Dan untuk pertama kalinya… ia bertanya dalam hati: apakah dendamnya cukup untuk membayar penderitaan semua ini?

Tapi jawabannya masih terkubur dalam abu.

Di Menara Tertua, Caelum mendekati altar darah. Simbol kuno menyala di sekeliling lantai, dan sebuah batu merah tua mengapung di udara.

“Ini jantung dari semua segel,” kata Orin. “Pusat dari kontrak Elric.”

“Aku harus menolaknya,” ucap Caelum lirih.

Seraphine menatapnya. “Kalau kau tolak… mungkin seluruh istana akan runtuh.”

Caelum menoleh. Mata mereka bertemu. “Lalu kita runtuhkan… jika perlu.”

Ia menaruh tangannya di atas batu.

Seketika itu juga, api biru menyembur dari dinding. Simbol-simbol kuno meledak satu per satu. Tubuh Caelum melayang—dan di sekelilingnya, bayangan wajah-wajah lama muncul. Raja Elric. Ibunda Caelum. Leluhur berdarah darah.

Dan… wajah Seraphine.

“Aku… melihatmu di dalam kontrak ini,” ucap Caelum dengan suara tak nyata.

Seraphine melangkah mundur. “Apa maksudmu?”

“Salah satu darah pengikat—bukan Elric. Tapi Verndale.”

Orin membelalak. “Itu berarti… dua garis keturunan dibutuhkan untuk menyegel ulang makhluk itu!”

Mirella tersentak. “Kau dan Seraphine.”

Tiba-tiba, Menara Tertua berguncang. Dari luar, makhluk berselubung api menghantam benteng dengan tangan raksasanya. Tentara berusaha melawan, tapi pedang mereka menembus tubuhnya seperti asap.

Waktu hampir habis.

“Aku tak bisa memaksamu,” ucap Caelum pelan pada Seraphine. “Kau tak berhutang apa-apa pada kerajaan ini. Tidak padaku.”

Seraphine menatap api yang mengamuk di luar jendela. Dalam matanya, ia melihat masa kecil yang terbakar, keluarganya yang dirampas, hidupnya yang hancur.

Tapi di sebelahnya berdiri pria yang memilih menolak darah ayahnya.

Pria yang lebih memilih kebenaran daripada takhta.

Ia mengulurkan tangan.

“Aku akan lakukan ini… bukan untuk kerajaan, tapi untuk orang-orang di dalamnya.”

Caelum menggenggam tangannya.

Mereka berdiri di tengah simbol, dan cahaya merah menyilaukan menyelimuti mereka.

Suara kuno terdengar, dari balik dinding dunia:

"Dua janji, dua darah.

Dalam kehancuran mereka bersatu,

dalam pengampunan mereka memadamkan api."

Dan cahaya itu meledak—menghancurkan jendela, memadamkan langit merah.

Makhluk berselubung api melengking, tubuhnya retak… dan akhirnya hancur jadi abu.

Ketika semua mereda, Menara Tertua telah setengah runtuh. Tapi Seraphine dan Caelum masih berdiri, tangan mereka masih tergenggam.

Langit Ravennor cerah untuk pertama kali sejak malam itu.

Tapi mereka tahu… ini baru awal.

Karena dua pengikat telah terhenti.

Tapi pengikat pertama—yang tersembunyi di bawah tanah istana…

Masih terjaga.

Dan ia tahu siapa yang telah melanggarnya pertama kali.

1
karinabukankari
🎙️“Capek? Lelah? Butuh hiburan?”

Cobalah:

RA-VEN-NOR™

➤ Teruji bikin senyum-senyum sendiri
➤ Kaya akan plot twist & sihir kuno
➤ Mengandung Caelum, Ash, dan Orin dosis tinggi

PERINGATAN:
Tidak dianjurkan dibaca sambil di kelas, rapat, atau pas lagi galau.
Efek samping: jadi bucin karakter fiksi.

Konsumsi: TIAP JAM 11 SIANG.
Jangan overdosis.
karinabukankari
“Kamu gak baca Novel jam 11?”

Gemetar...
Tangan berkeringat...
Langit retak...
WiFi ilang...
Kulkas kosong...
Ash unfollow kamu di mimpi...

➤ Tiap hari. Jam 11.

Ini bukan sekadar Novel.
Ini adalah TAKDIR. 😭
karinabukankari
“Halo, aku kari rasa ayam...
Aku sudah capek ngingetin kamu terus.”

➤ Novel update jam 11.
➤ Kamu lupa lagi?

Baiklah.
Aku akan pensiun.
Aku akan buka usaha sablon kaus bertuliskan:

❝ Aku Telat Baca Novel ❞

#AyamMenyerah
karinabukankari
Ash (versi ngelantur):
“Kalau kamu baca jam 11, aku bakal bikinin kamu es krim rasa sihir.”

Caelum (panik):
“Update?! Sekarang?! Aku belum siap tampil—eh maksudku… BACA SEKARANG!”

Orin (pegangan pohon):
“Aku bisa melihat masa depan... dan kamu ketinggalan update. Ngeri ya?”

📅 Jam 11. Tiap hari.

Like kalau kamu tim baca sambil ketawa.
Komen kalau kamu tim “gue nyempil di kantor buat baca novel diem-diem”
karinabukankari
“Lucu…
Kamu bilang kamu fans Ravennor,
Tapi jam 11 kamu malah scroll TikTok.”

Jangan bikin aku bertanya-tanya,
Apakah kamu masih di pihakku…
Atau sudah berubah haluan.

➤ Novel update tiap hari.
➤ Jam 11.

Jangan salah pilih sisi.
– Orin
karinabukankari
“Aku tidak banyak bicara…
Tapi aku perhatikan siapa yang selalu datang jam 11… dan siapa yang tidak.”

Dunia ini penuh rahasia.
Kamu gak mau jadi satu-satunya yang ketinggalan, kan?

Jadi, kutunggu jam 11.
Di balik layar.
Di balik cerita.

– Orin.
karinabukankari
“Oh. Kamu lupa baca hari ini?”

Menarik.

Aku kira kamu pembaca yang cerdas.
Tapi ternyata...

➤ Baca tiap hari. Jam 11.
➤ Kalau enggak, ya udah. Tapi jangan salahin aku kalau kamu ketinggalan plot twist dan nangis di pojokan.

Aku sudah memperingatkanmu.

– Ash.
karinabukankari
📮 Dari: Caelum
Untuk: Kamu, pembaca kesayanganku

"Hei…
Kamu masih di sana, kan?
Kalau kamu baca ini jam 11, berarti kamu masih inget aku…"

🕚 update tiap hari jam 11 siang!
Jangan telat… aku tunggu kamu di tiap halaman.

💙 – C.
karinabukankari
🐾 Meong Alert!

Kucing kerajaan udah ngamuk karena kamu LUPA update!

🕚 JAM 11 ITU JAM UPDATE !

Bukan jam tidur siang
Bukan jam ngelamunin mantan
Bukan jam ngintip IG crush

Tapi... JAMNYA NGIKUTIN DRAMA DI RAVENNOR!

😾 Yang kelewat, bakal dicakar Seraphine pakai kata-kata tajam.

#Jam11JamSuci #JanganLupaUpdate
karinabukankari
🐓 Jam 11 bukan jam ayam berkokok.
Itu jamnya:
✅ plot twist
✅ karakter ganteng
✅ baper kolektif
✅ kemungkinan besar ada adegan nyebelin tapi manis

Jangan lupa update TIAP HARI JAM 11 SIANG

📢 Yang gak baca… bakal disumpahin jadi tokoh figuran yang mati duluan.
karinabukankari
🕚 JAM 11 SIANG ITU JAM SUCI 😤

Itu bukan jam makan, bukan jam rebahan...
Itu jam baca komik kesayangan KAMU!

Kalau kamu ngelewatin update:
💔 Caelum nangis.
😤 Seraphine ngambek.
😎 Ash: “Terserah.”

Jadi yuk… BACA. SEKARANG.

🔁 Share ke temanmu yang suka telat update!
#ReminderLucu #UpdateJam11
karinabukankari
⚠️ PENGUMUMAN PENTING DARI KERAJAAN RAVENNOR ⚠️

📆 Update : SETIAP HARI JAM 11 SIANG!

Siapa yang lupa...?
➤ Ditarik ke dunia paralel.
➤ Dikejar Orin sambil bawa kontrak nikah.
➤ Dijadikan tumbal sihir kuno oleh Ash.
➤ Dipelototin Seraphine 3x sehari.

Jadi... JANGAN LUPA BACA YAAA!

❤️ Like | 💬 Komen | 🔔 Follow
#TimGakMauKetinggalan
karinabukankari
📢 HALOOO PARA PEMBACA TERSAYANG!!
Komik kita akan UPDATE SETIAP HARI!
Jadi jangan lupa:
💥 Siapkan hati.
💥 Siapkan cemilan.
💥 Siapkan mental buat gregetan.

⏰ Jam tayang: jam 11.00 WIB

🧡 Yang lupa update, nanti ditembak cinta sama si Caelum.

➕ Jangan lupa:
❤️ Vote
💬 Komen
🔁 Share
🔔 Follow & nyalain notif biar gak ketinggalan~
Luna_UwU
Ditambahin sekuel dong, plis! 🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!