Aku begitu mengharapkanmu setelah kau merusakku. Kau yang lari dari tanggungjawab hanya demi reputasimu! Kau juga yang telah menyiksaku dengan meninggalkan benih ini! Dan sekarang kau kembali setelah aku begitu benci? Lalu kenapa kau kembali setelah aku ingin membuka hati untuk orang lain? Kenapa kau kembali dengan caramu yang membuatku bimbang atas semua kehidupan yang aku alami selama ini? Aku harus bagaimana? Kenapa hati ini begitu berat untuk membencimu. Apakah aku mencintaimu atau mencintainya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sagita chn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20. Ibu tidak curiga kan?
Setelah 1 harian penuh bersamanya sekarang Aldigar ingin mengantar Zeline pulang kerumahnya. Ia juga ingin tahu dimana rumah Zeline sebenarnya,karena selama ini Finn yang mengantarnya. Sejujurnya Zeline menolak untuk diantar, namun apa dayanya ia bisa mengancam apa saja jika tidak diberitahu alamat rumahnya itu.
"Hari ini kamu libur saja, istirahat. Tak usah ke kantor. Besok libur juga boleh." Ujarnya setelah mobil itu berhenti tepat di jalan depan rumahnya. Aldigar adalah bosnya, ia juga yang membuat peraturan perusahaan dan tentu saja suka-suka dia untuk mengambil keputusan apapun.
"Iya, baiklah. Makasih sudah mengantar saya." Ujar Zeline tanpa menatapnya dan langsung segera turun dari mobil itu.
Yesss libur! Menyenangkan sekali tidak melihatnya 2 hari!
Zeline turun dari mobil itu dengan senang hati sebenarnya, namun ia terlihat pura-pura biasa saja tanpa menoleh lagi menatap mobil itu yang masih terdiam ditempat.
Setelah memastikan Zeline masuk kedalam rumah Aldigar pun baru melajukan mobil itu untuk pergi.
Ibu Zeline yang berada di lantai 2 tentu saja melihat putrinya pulang pagi-pagi ini. Putrinya sudah menjelaskan bahwa ia tidak bisa pulang semalam karena adanya kecelakaan besar dijalur yang mereka lalui, jadi ia tidak heran dan justru merasa lega putrinya pulang kerumah dengan selamat.
Namun, yang sedang membuatnya terheran dari lantai atas adalah kehadiran mobil hitam itu. Tidak seperti biasanya Finn mengantar Zeline tetapi tidak turun sampai kedepan rumah.
Ia pun langsung bergegas menemui putrinya.
"Finn, tidak ikut turun? Syukurlah kamu pulang dengan selamat Line," Ujar sang ibu langsung padanya setelah turun dari lantai atas.
"Dia bukan Pak Finn bu. Tapi Bos, maksudku Tuan Muda."
"Ohh pantas saja. Ibu tidak bisa membedakan mana mobil Finn dan mobil Bosmu itu, keduanya terlihat sama."
"Ya memang mobilnya sama Bu. Mereka kan dekat banget kaya anak kembar. Semuanya hampir sama, cuma bedanya ia bos besar dan yang ini sungguh menyebalkan!"
"Wah benarkah? Jadi Finn itu siapa sebenarnya? Ia juga Bosmu kan?"
"Finn memang Bosku juga Bu. Atasan aku. Tapi dia tangan kanannya Tuan Muda. Lebih tepatnya orang tadi Bos besar kita." Jelas Zeline.
"Ohh begitu rupanya."
"Kamu mau makan apa Zeline? Kamu pasti belum makan apapun kan? Ibu sudah bikinin makanan kesukaan kamu. Ibu lama kan gak bikinin kamu Cumi balado, pepes jamur dan sup. Ada capcay juga dan ayam goreng,"
"Wahh, benarkah? Zeline jadi lapar. Kenapa banyak sekali Bu, tumben?" Girangnya, namun terheran dengan menu-menu itu yang banyak sekali masakan.
"Kakakmu dan istrinya akan kesini hari ini. Mereka sudah mengabari ibu tadi, jadi ibu sengaja masak yang banyak."
"Ohh begitu rupanya. Tapi ibu jangan capek-capek begini Bu, sampai masak banyak-banyak segala? Kan Zeline bisa pesenin Catering kalau ada tamu."
"Gak papa Zeline. Lagian ibu bosen kalau gak ngapa-ngapain,"
"Hehe, iya si Bu. Aku juga lapar sebenarnya,"
"Ya sudah kamu makanlah dulu Zeline. Masih banyak lauk dibelakang. Kakakmu dan istrinya pasti juga datang kesini siangan."
Zeline langsung menuju ke meja makan dengan senang hati. Ibunya telah memasak banyak menu dan ini menu-menu yang sangat spesial menurutnya.
Zeline sudah duduk. Ia langsung mengambil sedikit nasi dan beberapa lauk untuknya makan.
Ibu Zeline duduk juga menemaninya. Rumah ini memang terasa sepi semenjak sang kakak meninggalkan mereka karena menikah dan memilih berpisah karena sudah membeli rumah sendiri. Ayah Zeline sudah tidak ada beberapa tahun yang lalu, jadi rumah ini sangat sepi jika Zeline pergi bekerja ke kantor.
"Enakkan masakan ibu?" Melihat putrinya begitu lahap seperti orang kelaperan membuatnya tersenyum.
"Tentu saja bu. Kata Pak Finn masakan ibu sangat enak."
"Ohh? Ibu bahkan sampai lupa menanyakan hal itu kemaren. Pak Finn suka makanannya?"
"Bukan hanya suka Bu. Tapi ia memuji-muji masakan ibu."
"Syukurlah jika dia suka. Ibu juga sangat senang mendengarnya. Entah kenapa ibu senang sekali melihat kalian pacaran seperti ini. Ibu harap kalian jangan hanya pacaran, tapi sampai ke pelaminan juga. Kamu juga sudah berumur Zeline. Mau sampai kapan kamu akan bekerja?Finn terlihat sangat dewasa dan lemah lembut untukmu. Ibu juga tidak akan peduli dia kaya atau tidak, yang penting dia tulus dan bertanggungjawab sama kamu."
"Entahlah Bu. Zeline tidak terlalu mengharapkan itu. Lagi pula terkadang Zeline pun sadar diri jika sedang bersama dengan Pak Finn, rasanya tidak pantas saja. Seseorang bisa berpaling kapan saja kan?"
"Ibu berharap si tidak begitu ya. Menurut pandangan ibu kalian cocok."
Cocok darimana Bu? Aku bahkan sudah sangat kotor. Memang Pak Finn tampan dan mapan, tapi dia terlalu langit bagiku. Dia juga melakukan hal ini karena perintah Tuan Muda. Ibu pasti akan sangat sedih setelah mengetahui semuanya nanti.
Dalam sekejap rasa mual mulai membual didalam diri Zeline. Terlebih mengingat lelaki itu. Baru setengah porsi ia makan makanan itu sudah membuatnya merasa mual.
"Huekkk---"
Aduhh! Aku mual lagi?
Zeline sudah menutupi mulutnya dengan tangan. Ia berusaha keras agar tidak mual lagi dihadapan sang ibu setelah makan. Akhir-akhir ini ia memang begitu sensitif, sekalinya makan banyak ia langsung merasa mual.
"Kamu kenapa Zeline?"
Zeline terus mencoba menahan diri.
"Sepertinya aku masih enek Bu. Tadi kan habis dari perjalanan jauh. Huekkk---" Lagi-lagi Zeline ingin memuntahkan makanan yang baru saja ia telan.
Ya Tuhan tolong aku!
Zeline tidak tahu lagi, ia langsung berlari meninggalkan meja makan. Dengan cepat ia langsung memuntahkan semaunya ditoilet lantai bawah.
Ada apa dengan Zeline? Kenapa dia mual-mual seperti itu? Apa aku salah masak?
Ibu Zeline tentu saja langsung panik dan menyusul putrinya yang sedang mual-mual ditoilet lantai bawah itu.
Aduhh bagaimana ini? Ibu pasti curiga nanti!
"Zeline kamu kenapa sayang?"
Aduhh gawat!
"Kamu tidak papa kan? Kok kamu muntah-muntah begitu?" Tanya ibu heran. Lebih tepatnya ia cenderung khawatir kepada putrinya.
Zeline segera mencari alasan sambil tersenyum. Sejujurnya ia tidak karuan setiap kali mual seperti itu.
"Hehe. Zeline sepertinya terlalu bersemangat makannya Bu. Padahal saat turun dari mobil tadi Zeline sudah sedikit pusing dan mual. Sepertinya Zeline masuk angin, jadinya muntah-muntah deh sekarang,"
"Ya ampun Zeline, Ibu kira kamu kenapa. Syukurlah jika memang begitu, tapi kamu tidak papa kan?"Tanya ibu lagi memastikan.
"Tidak papa kok Bu, sepertinya Zeline butuh istirahat."
"Ya sudah kamu istirahat dulu Line, nanti lanjutkan makanmu ketika kakakmu sudah pada datang."
"Iya Bu,"
"Nanti ibu carikan obat dulu,"
"Tidak usah bu!"
Melihat ibunya bingung membuatnya langsung menjelaskan kenapa ia melarang.
"Ma-maksudku Zeline hanya sedikit masuk angin. Jangan dikit-dikit minum obat, nanti jadi kebiasaan bu."
"Ya sudah kalau begitu,"
Ibu tidak curiga kan? Dia percaya perkataanku kan?
Zeline segera naik ke kamarnya, sementara ibunya masih terpaku di depan toilet lantai bawah itu.
Tidak seperti biasanya ia mabuk perjalanan. Mungkin dia beneran masuk angin, entah tidur nyenyak atau tidak Zeline semalam? Makannya dia masuk angin seperti ini.
lanjut thor gak sabar nih.. /Chuckle/