Ayo Bercerai Kaisar!

Annete terbangun di sebuah kamar dengan kepalanya yang masih terasa sakit.

'Dimana?'

Ini benar-benar kamar yang tidak pernah ia kenal dengan ornamen merah menggoda.

"Baju apa ini!" pekik Annete tertahan saat melihat pakaian yang ia kenakan berang-berang tidak pantas. Pakaian tersebut bahkan tidak menutupi tubuhnya dengan baik.

"Mati aku," ujarnya saat melihat pantulan tubuhnya di dalam kaca. Annete bukanlah orang bodoh yang tidak mengetahui apa yang mungkin saja akan menimpa dirinya.

"Lari? Ya, aku harus cepat melarikan diri sebelum mereka mengetahui jika aku sudah sadar."

"Tuan tenang saja, produk kami kali ini adalah yang terbaru dan juga sangat cantik."

"Oh benarkah? Aku benar-benar tidak sabar untuk melihatnya."

"Baiklah, ini dia kamarnya tuan dan silahkan menikmati waktu Anda dengan baik."

Tak lama kemudian pintu mulai terbuka menampilkan pria tua tapi tampaknya cukup kaya.

Namun wajahnya berubah masam saat tidak ada seorangpun dalam kamar yang telah ia bayar.

Sedangkan disisi lain, Annete hanya bisa menahan nafas dengan terus bersembunyi di bawah kasur.

"BRAK."

Suara pintu yang tertutup dengan kasar membuatnya bisa bernafas lega.

"Dasar lelaki hidup belang."

"Sekarang aku harus segera pergi dari tempat ini, akan tetapi kenapa kamar ini begitu panas ya? Apa sekarang memang musim panas?"

Wanita itu merasakan bahwa ada sesuatu yang sangat aneh dengan tubuhnya. Rasa panas dan juga sesak mengerubunginya.

"Fi-firasatku buruk, lebih baik kembali saja."

Ia lantas memeriksa sesuatu yang mungkin saja bisa ia gunakan untuk menutupi tubuhnya dan juga wajahnya.

"Akh..." perasaan aneh terus menghantuinya hingga agar tetap sadar Annete harus membuat luka di tangan menggunakan kukunya yang tajam.

Disisi lain Aldrich menatap risih dengan wanita-wanita yang terus mengerubunginya.

"Pergi!" perintahnya dengan tajam membuat wanita-wanita tidak bermoral itu langsung pergi meninggalkannya.

"Huh, Aldrich kau selalu saja begitu."

Pria yang tampak heboh dengan perhiasan namun ia justru terlihat tampan, tampak telah lelah dengan sikap Aldrich.

"Cepat mana yang ku minta?" pinta Aldrich tanpa mau berbasa basi. Bau parfum yang begitu menyengat dari tempat ini benar-benar mengganggunya.

"Ya...ini dia yang kau minta."

Pria tersebut mengeluarkan sebuah kotak kayu dengan ukiran emas di luarnya.

Aldrich segera membukanya dan menganggukkan kepalanya saat melihat isi dari kotak tersebut.

"Ya, ini cukup bagus."

"Tentu saja, seorang pedagang gelap seperti ku tidak akan merasa terbebani dengan hal seperti ini."

Aldrich tidak menjawab apapun lagi, ia hanya fokus pada orang yang berlalu lalang di tempat ini. Sejujurnya makanan di rumah bunga cukup enak dan cocok di lidah Aldrich, akan tetapi suasananya benar-benar buruk. Namun itulah keuntungannya dan juga kekurangan. Dengan tempat seperti ini maka semua orang tidak akan menyangka bahwa kaisar berada di sini untuk mendapatkan sesuatu.

"Hei Aldrich, kudengar kau sudah menikah?"

"Pasti Gabriel yang memberitahumu kan?"

Di kekaisaran ini hanya beberapa orang yang tahu mengenai kabar ini.

"Ya begitulah."

"Anak itu!"

"Sudahlah, bagaimana dengan istrimu? Apa dia cantik? Karena selama ini kau kan tidak pernah dekat dengan wanita?"

"Dia jelek."

Jawaban Aldrich berhasil membuat perkataan Frans terputus.

"Walau Gabriel hanya mengatakan kau sudah menikah dan tidak menyebutkan bagaimana ciri-ciri wanita tersebut. Tapi apakah dia memang sejelek itu?"

"Ya."

"Hmm pasti dia pintar ya?"

Frans berpikir mungkin saja Aldrich menyukai kepintaran dari seorang wanita.

"Pintar? Tidak dia sangat bodoh."

"Benarkah?" tanya Frans memastikan dengan nada tidak percaya miliknya.

"Begitulah."

Suasana kembali hening sejenak.

"Hahaha mungkin type mu memang berbeda."

Jelas sekali tawa Frans cukup canggung.

"Sudahlah aku akan pulang."

Aldrich segera berdiri dari kursinya, tapi baru saja berdiri sosok kecil berjubah tiba-tiba saja memeluknya.

"Ha?"

Pria tersebut sangat marah bahkan hingga daerah di sekitarnya terasa begitu dingin.

"Kau!"

"Ya-yang mulia...tolong saya..."

Mata Aldrich sedikit menunjukkan keterkejutan saat ia bisa melihat dengan jelas wajah Annete.

Mata biru yang tampak bergairah di tambah dengan bibir kecil yang basah.

"Aldrich, kau pergi saja. Aku akan mengurusnya."

Frans mengatakan hal itu lantaran tidak ingin ada keributan nantinya. Jika pria ini marah besar maka tidak mustahil bagi orang-orang yang ada disini dalam bahaya.

"Tidak, aku akan membawanya," ujar Aldrich dengan menjauhkan tubuh Annete dari tangan Frans.

"Kau..."

"Ini bukan urusanmu!"

Setelah mengatakannya Aldrich segera menarik tangan Annete untuk keluar dari tempat itu.

"Ya-yang mulia... Saya benar-benar tidak tahan, ini sangat panas..." gumam Annete dengan nada anehnya.

Hingga tanpa menunggu lama ia mendorong Aldrich untuk masuk ke salah satu kamar. Beruntung saja itu adalah kamar yang kosong.

"Kau!"

Ucapan Aldrich terputus saat wanita itu dengan berani mencium bibirnya.

"Berhenti dan menjauhlah!" perintah Aldrich dengan memundurkan langkahnya.

Namun Annete yang berada dibawah pengaruh obat sehingga membuat otaknya tidak berfungsi sama sekali. Dengan perlahan ia membuka jubah yang sedari tadi ia gunakan menampilkan lekuk tubuh sempurnanya yang di balut dengan gaun merah menggoda.

"Dia gila, apa aku harus membunuhnya?" Aldrich mengeluarkan sihirnya. Tapi entah mengapa ia sama sekali tidak bisa untuk menyerang wanita tersebut.

"Bu-bukankah Anda adalah suami saya...suami istri sudah wajar melakukannya..."

Annete terus berjalan dengan linglung lalu kembali mendorong Aldrich keatas kasur.

Sejujurnya Aldrich bisa dengan gampang menyingkirkan wanita ini tapi entah mengapa tubuhnya tidak bertindak sesuai pikirannya.

'Apa aku tergoda?'

Dia menggelengkan kepalanya dengan cepat saat memikirkan hal gila itu.

Namun walaupun begitu ia tidak terganggu dan terancam dengan serangan wanita itu padanya. Annete menciumnya dengan intens dan itu sangat mengganggu.

'Baiklah, aku tergoda.'

Kali ini Aldrich mengakui kekalahannya, ia benar-benar tergoda dengan wanita aneh ini yang merupakan istrinya. Tapi jika dipikir lagi mereka adalah suami istri yang sah jadi ini adalah hal yang wajar.

"Kau ingin?" bisik Aldrich tepat di telinga Annete.

"Hmm."

Annete benar-benar menjawabnya dengan penuh gairah.

"jika begitu, ayo mulai permainan."

Pria itu membalik posisinya dengan Annete hingga kini dia yang memimpin. Sedangkan Annete menatapnya dengan mata yang tampak begitu sayu. Lalu tersenyum dengan begitu lembut dengan wajah yang memerah. Melihat hal tersebut Aldrich dengan cepat mencumbunya.

Selanjutnya mereka benar-benar melakukan apa yang memang boleh mereka lakukan dan hari itu benar-benar menjadi malam pertama bagi pasangan suami istri tersebut.