Bukan terlahir dari keluarga miskin, tidak juga terlilit hutang atau berada dalam situasi yang terdesak. Hanya saja alasan yang masuk akal bagi Alexandra menjadi simpanan bosnya karena dia telah jatuh hati pada karisma seorang Damian.
Pertentangan selalu ada dalam pikirannya. Akan tetapi logikanya selalu kalah dengan hatinya yang membuatnya terus bertahan dalam hubungan terlarang itu. Bagaimana tidak, bosnya sudah memiliki istri dan seorang anak.
Di sisi lain ada Leo, pria baik hati yang selalu mencintainya tanpa batas.
Bisakah Alexandra bahagia? Bersama siapa dia akan hidup bahagia?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kuswara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Alexandra (Simpanan Bos) 20
Ternyata cukup efisiensi juga tidak lagi bekerja untuk Damian, jadinya bisa mengurangi interaksi intens di antara mereka. Hanya di pagi hari saja mereka bertemu, tapi setelahnya sampai sekarang waktunya pulang Sandra tidak bertemu Damian. Dia pulang dulu sebelum nanti malam menemani Pak Novel.
Sandra masih pulang ke apartemen Damian yang sekarang diberikan sudah atas nama Sandra karena apartemen Sandra sudah laku terjual. Tapi untuk aksesnya sudah tidak dimiliki Damian lagi, murni hanya Sandra yang bisa memasuki apartemen itu.
Waktu terus berputar, sekarang sudah berada di tempat yang dijanjikan Pak Noval. Tempat makan VVIP yang sudah di booking hanya untuk mereka. Pak Noval sangat senang bisa menikmati kecantikan Sandra seorang diri. Dia semakin tergila-gila pada sosok Sandra. Beberapa menit sudah berlalu, di tempat itu tidak ada lagi orang yang datang untuk meeting bersama mereka. Sandra pun memberanikan diri bertanya.
"Apa ada orang lain lagi yang akan datang ke sini?."
Pak Noval tersenyum. "Sebenarnya tidak ada meeting apapun, hanya saja saya mau kita berdua menikmati makan malam di sini."
Perlahan Sandra menarik napas sembari menegakkan tubuhnya. Mencoba mengatur emosinya, sangat tidak suka dengan situasinya saat ini. Apalagi tatapan Pak Noval yang seakan menelannya hidup-hidup.
"Tadinya saya mengajak Damian tapi menantu saya itu lebih menginginkan menghabiskan waktunya bersama anak dan istrinya."
Sandra hanya diam, tidak menanggapinya. Dia ingin semuanya cepat berakhir. Tapi sayang malam itu tidak akan cepat berlalu karena makanan saja baru tersaji di meja.
Pak Noval kembali buka suara. "Semua makanan ini adalah yang paling enak."
"Iya, sudah tercium dari aromanya."
Pak Noval tersenyum. Kemudian mereka mulai makan.
Drt Drt
Di tengah kesibukan Sandra mengunyah tiba-tiba saja ponselnya bergetar. Tidak sedikit pun Pak Noval melepaskan tatapannya dari Sandra yang sedang mengecek ponselnya.
"Telepon dari siapa?."
"Shasa."
"Teman kantor?."
"Iya, devisi keuangan."
Kemudian Sandra pamit pada Pak Noval untuk menjawab panggilan dari Shasa yang sebenarnya dari Leo.
"Kau di mana?."
"Aku di rumah."
"Tolong jemput aku sekarang!."
"Ada apa, Sandra."
"Nanti saja tanya-tanyanya! Yang penting jemput aku dulu."
"Oke."
"Sudah aku kirim alamatnya."
"Iya."
Akhirnya dia bisa lepas juga dari Pak Noval. Dia harus berterima kasih pada Leo. Setelah selesai bicara dengan Leo, dia pun kembali ke meja dan segera menghabiskan sisa makanannya. Usai meneguk minumannya dia pun pamit pulang pada Pak Noval.
"Karena sudah selesai, saya pamit pulang."
Pak Noval hanya tersenyum.
Lalu Sandra berdiri dan hendak keluar dari tempat VVIP itu tetapi kepalanya tiba-tiba saja pusing. Tubuhnya sempoyongan dan hampir menabrak pintu kalau pinggang rampingnya tidak dipegang oleh Pak Noval. Pak Noval tidak membuang kesempatan untuk memegang salah satu buah dada Sandra yang menggoda.
Sandra marah saat mengetahui dadanya di pegang kuat atasannya. "Pak! Tolong jangan kurang ajar!."
Bukannya berhenti Pak Noval semakin lancang meremas buah dada Sandra yang satunya lagi. Pak Noval tersenyum mesum sebab buah dada itu memenuhi kedua tangannya. Sensasinya pun sungguh sangat luar biasa. Dia mengunci tempat itu lalu menarik Sandra untuk direbahkan di atas sofa.
"Saya mohon jangan kurang ajar begini!."
"Saya yang begini dikatai kurang ajar, tapi Damian kau sambut dengan baik. Kau melayaninya sepenuh hati. Belum saja kau merasakan sentuhan saya, saya pastikan kau akan menyukainya."
Sandra berteriak supaya Pak Noval tidak melecehkannya walau dia perempuan tidak baik. "Tidak! Jangan! Jangan sentuh saya!."
Pak Noval membungkam mulut Sandra dengan mulutnya. Ciuman menuntut dirasakan Sandra, tangan Pak Noval juga sudah tidak bisa dicegah. Semakin nakal menjamah bagian tubuhnya yang lain. Itu terasa sangat cepat dan berada di luar kendali Sandra kala bibir Pak Noval sudah berada di lehernya. Turun ke bawah semakin ke bawah guna menjangan dua gunung kembar miliknya.
Jerit Sandra menolak. "Jangan, Pak! Saya mohon!. Tolong!."
Telinga Pak Noval sengaja tindak mau mendengar penolakan Sandra, dia semakin fokus pada apa yang ada di depan matanya. salah satu pucuk dada Sandra sudah terpampang nyata dan sangat menggiurkan. Salivanya pun jatuh menetes sebelum dia memasukkan benda berwarna pink itu ke dalam mulutnya.
Sudah di depan mata namun sepertinya belum saatnya Pak Noval menikmati bulatan kecil berwarna pink itu di dalam mulutnya. Sebab pintu ruangan VVIP sudah ada yang membukanya dari luar. Dua orang dengan mengunakan seragam tempat makan tersebut.
"Hentikan!."
Wajah Pak Noval merah padam, dia sangat marah ketika ada yang menganggu kesenangannya yang sudah di depan mata. Hampir saja dia mencicipi pucuk dadanya Sandra.
"Sial."
"Lepaskan perempuan itu!."
Pak Noval segera melepaskan Sandra hingga Sandra bisa merapikan pakaiannya. Kini dia bisa bernapas lega dan lepas dari cengkeraman buas Pak Noval. Sandra segera keluar dengan tubuh terhuyung karena rasa pusing yang masih menggelayuti kepalanya. Tubuhnya semakin sempoyongan saat ada sebuah tangan kekar menarik tubuhnya hingga masuk ke dalam mobil.
Sembari menahan rasa sakit di kepalanya Sandra menatap waspada pada pria bertopi itu. "Kau siapa?."
Seseorang yang mengenakan topi itu tidak menjawab, dia malah menyalakan mesin mobilnya lalu mulai menjauh dari tempat makan itu.
Drt Drt
Terus saja ponsel Sandra berdering hingga mereka mobil berhenti di tempat parkir. Kemudian orang itu melepas topinya.
"Kau?."
Damian tidak menjawab, dia sibuk merogoh tas Sandra mengambil ponselnya yang terus menyala. Damian menyerahkannya pada Sandra yang sedang memegangi kapala.
"Bicaralah pada Leo."
Sandra mengambil ponselnya lalu mengikuti apa yang dikatakan Damian tanpa tahu kalau Damian mengaktifkan pengeras suara.
"Leo."
"Kau di mana?."
"Maaf, aku sudah ada yang mengantar pulang ke apartemen."
"Siapa? Tapi kau baik-baik saja 'kan?."
"Hmmm, iya aku baik-baik saja."
"Syukurlah, tapi siapa yang mengantarmu? Apa Pak Damian? Kau kembali lagi padanya?."
Sandra menggelengkan dengan cepat. Menyangkal kebenaran yang ada hanya tidak mau melukai Leo. "Tidak, bukan."
"Aku di antar pulang sama orang yang bekerja di sana."
"Apa aku boleh ke apartemen?."
"Tidak sekarang, Leo. Besok saja kita bertemu."
"Oke."
Sandra segera melempar ponselnya setelah Leo memutus sambungan teleponnya. Dia menatap frustasi pada Damian sembari menurunkan dress bagian depannya. Membelai dengan tangannya sendiri, mulai dari bibir turun ke leher. Bermain cukup lama di sana menggoda Damian yang hanya diam menatapnya tanpa ekspresi.
Sandra mulai meracau. "Saya tidak minum alkohol tapi kepala saya pusing. Hasrat dan gairah saya menjadi tinggi. Apa saya meminum sesuatu?."
Jawab Damian singkat. "Hmmm."
"Lalu apa yang saya minum?."
"Obat perangsang dalam dosis kecil."
Mata dan mulut Sandra terbuka lebar, dia tidak menyangka Pak Noval melakukan itu kepadanya. Dia mulai mendekati Damian, meraba sesuatu di balik celana kerjanya.
"Tolong bercinta dengan saya!."
Bukan cuma damian sumber kebahagiaanmu klo ko jeli byk sumber kebahagiaan disekitarmu .
lucunya damian dngn istrinya yg dulu dicintainya bs tegas dngn menceraikannya tpi knp dngn aurora yg bkn anak kandungnya mlh lemah.
entah kalau dia tau damian - sandra 😊🤫