Farah meninggal karena dibunuh. Namun itu bukanlah akhir kehidupannya. Farah diberi kesempatan untuk hidup kembali sebagai siswi bernama Rasti. Siswi yang tidak lain adalah murid di sekolah suaminya bekerja.
Nama suami Farah adalah Yuda. Sudah memiliki dua anak. Hidup Yuda sangat terpuruk setelah kematian Farah. Hal itu membuat Farah berusaha kembali lagi kepada suaminya. Dia juga harus menghadapi masalah yang di alami pemilik tubuhnya. Yaitu menghadapi orang-orang yang sering membuli dan meremehkan Rasti. Sebagai orang yang pernah bekerja menjadi pengacara, Farah mampu membuat Rasti jadi gadis kuat.
Apakah Farah bisa membuat suami dan anak-anaknya mau menerimanya? Mengingat dia sekarang adalah gadis berusia 17 tahun. Lalu bagaimana nasib Rasti yang selalu diremehkan karena bodoh dan berbadan gemuk?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 20 - Berubah
Rasti menggaruk kesal rambut panjangnya yang terurai. Dia segera menatap ke arah dimana Reno berada. Akan tetapi anak tersebut sudah tidak ada.
"Tidak!" Rasti bergegas mendatangi tempat dimana Reno berada. Jali sontak juga mengikutinya.
Rasti mengedarkan pandangan ke segala penjuru. Sampai akhirnya dia menemukan Reno. Dirinya melihat Reno sedang digeromboli anak SMP lain.
"Astaga, Reno!" seru Rasti.
"Hah? Siapa?" Jali celingak-celingukan. Berupaya mencari sosok yang namanya disebut Rasti. Hingga perhatiannya juga tertuju ke arah Reno. "Anak itu sepertinya akan dibuli tuh," duganya.
"Itu tidak akan terjadi." Rasti melangkah laju menuju tempat Reno berada.
Belum sempat menghampiri, Reno terlihat sudah didorong oleh anak lelaki berbadan gempal. Anak lelaki itu dan ketiga temannya tampak marah kepada Reno.
"Hentikan!" pekik Rasti yang baru saja tiba di lokasi Reno. Begitu pun Jali yang mengikuti.
Anak-anak yang tadinya membuli Reno sontak menatap getir. Mereka tentu takut kepada orang yang lebih dewasa. Apalagi saat melihat Jali yang memiliki aura agak mengancam.
"Apa yang kalian lakukan, hah?!" ucap Jali sambil melempar tas dan berkacak pinggang.
Para anak SMP itu ketakutan. Mereka langsung melarikan diri.
Sementara Rasti buru-buru membantu Reno berdiri. Tetapi uluran tangannya ditolak mentah-mentah.
"Idih! Belagu banget nih anak," komentar Jali. Dia marah saat melihat bantuan Rasti ditepis oleh Reno. Anak tersebut justru memilih berdiri sendiri.
"Kau ini siapa, hah?! Kenapa dari kemarin terus datang ke sini?!" timpal Reno pada Rasti. Matanya bahkan menyalang.
"Eh, bocah! Berani amat kau sama orang yang lebih tua!" balas Jali. Melakukan pembelaan untuk Rasti. Namun Reno malah beranjak pergi.
Saat itulah Rasti mendelik ke arah Jali. Ia mencubit kuat bahu lelaki tersebut.
"Aaaaa!" Jali merintih kesakitan.
"Kau sebaiknya pulang sekarang!" Rasti mengacungkan jari telunjuk ke wajah Jali.
"Kau ini kenapa sih? Terus anak SMP itu siapamu? Kayaknya dia nggak kenal sama kau!"
"Nggak usah ikut campur!" Rasti membalas seraya melingus pergi. Dia sudah lelah berurusan dengan Jali.
Belum selesai berhadapan dengan Jali, Rasti harus menghadapi Yuda. Sebab lelaki itu sukses memergokinya sekarang.
"Kau! Membolos ya?" timpal Yuda.
Rasti panik. Tetapi Jali buru-buru membawanya berlari. Hingga Yuda tidak bisa mengejar mereka.
"Awas kalau kalian besok ke sekolah!" pekik Yuda. Dia tak bisa mengejar Rasti karena harus mengantar Reno pulang.
"Papah kenal sama mereka?" tanya Reno.
"Dengar, Ren. Kamu jangan sampai memiliki perilaku seperti anak SMA tadi ya. Membolos sekolah dan keluyuran dengan seragam itu perbuatan buruk." Bukannya menjawab pertanyaan Reno, Yuda malah memberi nasihat.
Sementara itu, Rasti dan Jali baru berhenti berlari. Mereka berhenti di depan sebuah cafe.
"Motormu mana?" tanya Rasti.
"Kayak nggak tahu aja. Aku kalau bolos selalu nggak bawa motor!" jawab Jali.
Sebuah mobil taksi perlahan berhenti di depan Rasti. Yoga terlihat keluar dari sana.
"Akhirnya ketemu juga," ucap Yoga.
"Yoga?" kening Rasti mengernyit. Dia bingung kenapa Yoga datang.
"Sikapmu sekarang benar-benar aneh, Ras. Aku khawatir sampai harus pura-pura sakit biar dapat izin pulang lebih cepat dari sekolah," ungkap Yoga. Dia segera melirik tajam ke arah Jali.
"Apa?!" Jali yang merasa tersinggung dengan tatapan Yoga, sontak tersungut.
Rasti mendengus kasar. Sekarang dia harus mengurus pertengkaran anak remaja labil.
Ati ati yah ,jgn ampe kena jebakan betmen 😁