NovelToon NovelToon
PLAGUEHART

PLAGUEHART

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Zombie / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / Penyelamat
Popularitas:7.2k
Nilai: 5
Nama Author: Widya Pramesti

Di kota Plaguehart, Profesor Arya Pratama melakukan eksperimen berbahaya untuk menghidupkan kembali istrinya, Lara, menggunakan sampel darah putrinya, Widya. Namun, eksperimen itu gagal, mengubah Lara menjadi zombie haus darah. Wabah tersebut menyebar cepat, mengubah penduduk menjadi makhluk mengerikan.

Widya, bersama adiknya dan beberapa teman, berjuang melawan zombie dan mencari kebenaran di balik wabah. Dengan bantuan Efri, seorang dosen bioteknologi, mereka menyelidiki lebih dalam, menemukan kebenaran mengerikan tentang ayah dan ibunya. Widya harus menghadapi kenyataan pahit dan mengambil keputusan yang menentukan nasib kota dan hidupnya.

Mampukah Widya menyelamatkan kota dengan bantuan Dosen Efri? Atau justru dia pada akhirnya ikut terinfeksi oleh wabah virus?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Widya Pramesti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perjuangan Tim Red Dawn Battalion

Sementara itu, truk militer melaju pelan di jalanan sepi, lampu depan truk menyorot jalan yang dikelilingi pohon-pohon, dan hanya ada beberapa mobil yang terdampar di sisi jalan. Jalanan itu terlihat sangat gelap, angin malam semakin kencang, suara gemuruh dari langit terdengar sangat jelas, dan kilatan petir terukir mengerikan di langit, menandakan akan ada badai hujan yang datang.

Malam semakin larut, angin sejuk menembus kulit ke sekujur tubuh masing-masing anggota militer tim Red Dawn Battalion. Tiba-tiba, suara deru mesin truk yang tadinya stabil mulai berubah menjadi lemah, lambat, dan akhirnya berhenti total di tengah jalan.

Bryan, pengemudi truk, menatap ke dashboard dan langsung terkejut. "Sir! Bensinnya habis!" serunya, berkata dengan cemas, matanya memandang jarum indikator yang sudah berada di angka kosong.

Sersan Arif, yang duduk di kursi depan, di sebelahnya, memandang dashboard mobil dengan wajah yang cemas. "Sialan!" serunya, mengumpat, menarik nafas dalam-dalam dan mengalihkan perhatiannya ke peta yang di bawa, serta di pegangnya, menatap ke arah peta dengan tajam. "Kita terjebak disini," tunjuk Arif. "Tapi, tempat ini tidak terlalu jauh dari pom bensin yang ada di peta.

Bryan mengangguk. "Tapi, Sir. Masalahnya bensin kita habis total, dan tidak memiliki cadangan apapun," ujarnya, dengan cepat melanjutkan perkataannya. "Tidak mungkin juga, kita menyuruh yang lain untuk mendorong truk ini, sementara keadaan masih belum aman."

Arif mencerna sejenak, menarik nafasnya dalam-dalam dan berkata. "Baiklah. Kalau gitu, kita harus bisa mengambil bensin dari mobil yang terdampar, sebelum ada zombie yang mendekat."

Sementara di belakang truk, semuanya mendengarkan obrolan Arif dan Bryan melalui Earpiece pada telinga masing-masing. Tanpa mengundur waktu, Arif memberi isyarat kepada beberapa anggotanya untuk turun, mengambil bensin di beberapa tangki mobil terdampar.

"Gio, Leon, Jack, Wilona, kalian berempat ikut aku, turun dari truk!" perintah Arif melalui Earpiece. "Siapkan selang dan jerigen, kita ambil bensin dari beberapa mobil yang terdampar di sini. Cepat!"

"Siap, Sir!" jawab mereka serempak.

Satu persatu, di antara mereka berempat turun dari truk, dan di belakang truk hanya tersisa, Laura dan Claudia. Para anggota yang turun dari truk, bergerak cepat mengambil masing-masing selang dan jerigen yang sudah disiapkan.

Hening. Hanya terdengar langkah kaki mereka, menuju beberapa mobil yang terdampar tergeletak di pinggir jalan dengan kaca pecah dan bodi penyok.

Mereka membagi menjadi dua tim, Gio dan Wilona menjadi satu tim sementara, segera menuju ke salah satu mobil paling dekat dengan truk. Dengan gerakan cepat, Wilona membuka penutup tangki bahan bakar dan mulai memasukkan selang ke dalamnya.

Tanpa banyak bicara, Wilona mulai menyedot bensin dengan hati-hati. Selang itu berdesah, lalu bensin mulai mengalir ke dalam jerigen yang mereka bawa.

Sementara itu, Arif yang juga ikut turun dari truk. Melangkah pelan, mengelilingi truk, memantau keadaan dan sejenak menatap ke arah para anggotanya yang sedang berjuang mengumpulkan bensin.

"Cepat! Kita tidak banyak waktu," teriaknya. Namun, Gio yang sedang berjaga di sisi Wilona, bertanya kepada Sersan Arif. "Berapa banyak yang harus kita dapatkan, Sir?" tanyanya, dengan suara sedikit berteriak.

"Pastikan kita mengumpulkan sebanyak mungkin," balas Arif dengan cepat.

Di sisi lain, Leon dan Jack menuju mobil sebelahnya yang dekat dengan pohon dan semak-semak yang rimbun di sisi jalan. Leon membuka tangki mobil, dan segera memasukkan selang ke tangki. Tidak butuh waktu lama, bensin pada mobil itu mulai mengalir ke dalam jerigen.

Sementara itu, jerigen milik Wilona dan Gio sudah penuh. Dan mereka segera melangkah kembali ke truk, memberikan jerigen itu kepada Arif. "Sir, satu jerigen sudah penuh," kata Gio, sedikit terengah-engah bersama Wilona.

Sersan Arif, segera meraih jerigen yang masih di genggam Gio. Tanpa berkata apa-apa, dia menuju ke tangki truk militer, segera memasukkan bensin pada jerigen pertama hingga kosong.

Sedangkan Leon dan Jack, hampir selesai dan bensin di jerigen mereka mulai penuh. Leon, menarik selang itu, segera menutup jerigen dan tangki mobil terdampar.

Namun, ketika Leon dan Jack hendak melangkah menuju truk, telinga mereka menangkap suara aneh yang semakin mendekat. "Suara apa itu?" tanya Leon, menatap ke arah Jack.

Jack menggeleng. Mereka berdua berhenti sejenak, matanya memeriksa sekeliling dengan cemas. Tiba-tiba, tanpa peringatan, dari balik semak-semak itu melompat seekor anjing besar yang terinfeksi. Kulitnya hancur, menggeliat dengan gerakan yang lincah dan ganas. Matanya merah menyala, tubuhnya bergerak cepat, melompat ke arah Jack yang paling dekat dengan semak-semak, mendorong tubuhnya jatuh ke tanah dan hendak mengigit lengannya.

Jack, dengan cepat menahan mulut anjing terinfeksi itu menggunakan senjatanya, namun tenaga anjing itu sangat kuat.

"Jack!" teriak Leon, terkejut, dan langsung menarik senjatanya. Tanpa pikir panjang, Leon menembakkan beberapa peluru ke arah anjing itu. Namun, anjing terinfeksi itu terlalu cepat, melompat ke arah lain dan menghindari sebagian besar tembakan.

Namun, Jack berhasil terlepas dari anjing terinfeksi, segera berdiri dan menarik Leon yang masih berusaha menembak anjing tersebut, untuk kembali ke truk. "Ayo, kita harus balik ke truk!" seru Jack, meraih jerigen.

Mereka terus berlari menuju truk, namun anjing itu mengejar mereka berdua, dan menghalangi jalanan mereka. Sedangkan Gio dan Wilona yang masih berdiri di dekat pintu belakang truk, membulatkan matanya, melihat temannya sedang dalam keadaan darurat.

"Gio! Ambil jerigennya, kita butuh itu. Biar aku, yang mengurusi anjing tersebut," kata Wilona memerintahkan Gio, segera mengangkat senjatanya, menekan pelatuk dan menembakkan beberapa peluru ke arah anjing terinfeksi tersebut.

Tembakan pertama tepat mengenai tubuh anjing itu, namun hanya membuatnya mundur sedikit, tanpa berhenti menahan jalan Jack dan Leon. Sedangkan Gio, segera berlari menuju ke arah mereka berdua, sambil memuntahkan beberapa tembakan ke arah anjing.

Suara tembakan terus bergema di udara. Tembakan demi tembakan terdengar bersahutan, namun suara tembakan itu malah semakin memicu kedatangan zombie lainnya. Dari kejauhan, di antara mobil-mobil terdampar, muncul segerombolan zombie bergerak cepat ke arah mereka.

Sementara Leon, terus menembak anjing itu hingga tepat pada kepalanya. Anjing terinfeksi itu, terjatuh dan terkulai di tanah. Gio yang sudah berlari mendekat, mengajak mereka berlari menuju truk.

Di sisi lain, Sersan Arif, yang baru selesai memasukan satu jerigen bensin, dan juga mendengar kekacauan itu, segera mengangkat senjata, mengecek keadaan anggotanya.

Terkejut. Sersan Arif menatap gerombolan zombie yang terus mendekat dengan langkah terhuyung-huyung. "Cepat! Ada segerombolan zombie dari arah sana!" teriaknya, saat dia melihat segerombolan zombie semakin mendekati anggotanya.

Tanpa pikir panjang, Arif maju, menembakkan beberapa peluru ke arah zombie yang semakin mendekat. Tembakan itu membuat sebagian dari mereka terhuyung, namun mereka terus mendekat tanpa henti. "Masukkan bensinnya ke truk!" teriak Arif, sambil terus menembak, saat Jack, Leon, dan Gio berhasil sampai di sisi truk.

Leon, segera membuka tangki truk, memasuki bensin di jerigen kedua. Sementara, Gio, Jack dan Wilona membantu Sersan Arif, menembakkan segerombolan zombie yang semakin mendekat, dalam hitungan detik.

Tembakan demi tembakan terdengar bersahutan, mengalir tanpa henti, suara deruman peluru menghiasi malam yang semakin mencekam.

"Sial!" kata Gio, sambil menembak dengan cepat. "Kita tidak bisa bertahan di sini lebih lama lagi!"

Keringat dingin mengucur di pelipis masing-masing. Sementara itu, Sersan Arif dan Gio memimpin, dengan suara tembakan yang tak henti-hentinya meledak, mengusir para zombie yang mencoba mendekat, namun jumlah zombie yang terus bertambah membuat mereka semakin terdesak.

"Jangan berhenti menembak!" teriak Sersan Arif, dengan suara serak karena terengah-engah. Tanpa ragu, dia mengarahkan senjatanya, membidik zombie yang semakin dekat. Tembakan demi tembakan menembus tubuh zombie yang bergerak maju, dan kini jalanan yang tadinya sepi, sudah dipenuhi oleh segerombolan zombie yang mulai mengepung mereka.

Namun, Bryan yang menunggu di dalam truk, melirik dari kaca spion. Dia segera menoleh, berteriak kencang, dan memberi isyarat. "Naik! Ayo naik ke truk!" desak Bryan, terkejut, panik, melihat teman-temannya sudah di kepung segerombolan zombie dari segala arah.

"Semuanya, naik ke truk!" Arif berteriak, dirinya mulai terdesak, mendengarkan teriakan Bryan. Menoleh sejenak ke semua anggotanya.

Semuanya mengangguk. Satu persatu melangkah mundur sambil menembak, perlahan naik ke truk. Sedangkan Arif, terus memuntahkan pelurunya menembus beberapa tubuh zombie, memastikan para anggotanya telah naik ke dalam truk.

Sehingga tersisa dirinya, dan tanpa pikir panjang, Arif meraih satu granat, di lempar ke arah segerombolan zombie yang hendak mengejarnya. Lalu, dia berlari cepat menuju pintu depan truk, melompat masuk sebelum granat itu meledak.

Sementara Bryan, segera menekan pedal gas, di saat Sersan Arif berhasil duduk di sebelahnya. Dengan suara mesin yang meraung keras, truk itu melaju maju. Bryan melirik sejenak ke kaca spion, dan tiba-tiba terdengar suara ledakan besar dari granat yang meledak di tengah segerombolan zombie.

1
𝐀𝐢𝐤𝐡𝐚𝐲 𝐇𝐨𝐬𝐡𝐢𝐧𝐨⚡
Telat sehari gpp kan eomma?
Btw FIGHTING!!
Syari Andrian
Pasti papanya Ana kan.. karna diawl menyebutkan pak Arya dan papanya Ana.
Violin🍁
baru mampu udah serem duluan mana malam lagi
🟢Widya Dya: baca pas pagi aja kak, btw terimakasih sudah mampir😇🥰
total 1 replies
BuayaMT🐊
jangan-jangan dia yang ke menciptakan virus zombie itu, tapi bukan Prof Arya🤔
Pompon
lanjut kak, btw semangat berpuasa ya kak
Pompon
alah mimpi kirain beneran udah tegang bet tadi cak🥴
🟢Widya Dya: jangan lupa sediakan air putih/Facepalm/
total 1 replies
Bluery
jangan-jangan Roger sudah terinfeksi? tapi bukannya dia belum terkena gigitan zombie?😱🤔
Bluery
Alur ceritanya menarik, ada bagian part tersedih,. menegangkan, dan novel ini sangat keren karena banyak sekali cerita aksinya yang membuat pembaca semakin penasaran dan suka/Rose/
Bluery
siapa yang naro bawang disini/Cry//Scowl/
Bluery
😱😱
Bluery
Beautiful/Drool/
Bluery
uwuuu/Chuckle/
ESdoger
bikin merinding
ESdoger
keren ceritanya
ESdoger
Beneran menegangkan dan ceritanya menarik untuk di baca👍 alurnya keren, susah di tebak dan banyak misteri yang belum terpecahkan.
ESdoger
lari ada zombie😱
ESdoger
Jadi ini prof yang menciptakan virus zombie itu?
ESdoger
baru 2 bab udah bikin penasaran
Lovely
Nah, Caver Utama sangat mendukung.
Syari Andrian
Waahhh.. Jangan sampai Laura itu nyerang mereka pas di mobil... Aku curiga kalau dia juga hasil eksperimen dari ayahnya Widya dan ayahnya ana
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!