Disclaimer : Novel ini hanya pure karangan dari imajinasi author saja, tak ada kaitannya dengan sejarah manapun. Nama- nama dan tempat ini juga hanya fiktif belaka, tak berniat menyinggung sejarah aslinya, semoga kalian suka🙏
****
Jihan Athala adalah seorang aktris muda yang terkenal, kepiawaiannya dalam berakting sudah tak perlu di ragukan lagi, tapi satu hal yang tidak di ketahui semua orang, dia merasa terkekang, hatinya kosong. Jihan merasa bosan dengan kehidupan glamor yang monoton. Hingga suatu hari sebuah kecelakaan merenggut nyawanya tapi bukannya pergi ke alam baka, jiwanya malah ber transmigrasi melintasi ruang dan waktu, saat membuka matanya Jihan menyadari dirinya bukan lagi seorang aktris yang hidup dalam dunia glamor yang membosankan namun terbangun sebagai Sekar wulan, seorang istri dari adipati kerajaan lampu yang terkenal bengis dan selalu berwajah angker.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jeju Oranye, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian : 27
Malam pun semakin merayap perlahan di atas kediaman nyai Sedan mayang. Suasana menjadi sunyi, hanya terdengar suara gemuruh petir yang sesekali menyambar langit, menyinari ruangan dengan kilauan cahaya sementara hujan mulai turun dengan derasnya. Di dalam kamar yang sudah di siapkan oleh nyai Sedan mayang untuk mereka berdua, tampak hening, suara desau yang masuk melalui jendela terbuka sontak membuat sekar wulan yang duduk di salah satu kursi kayu dekat pojok ruangan seketika terlonjak, dan raden erlangga yang masih setia berdiri tak jauh dari nya seketika berbalik.
Menyadari sekar wulan yang mengigil dan sedikit ketakutan, Raden erlangga pun buru- buru menutup jendela yang terbuka karena angin kencang tersebut dan menutup tirainya. Ia lalu berbalik lagi untuk menatap sekar wulan yang kini wajahnya tampak sedikit lega.
"Sudah tidak apa- apa, kau istirahat lah, " kata Raden erlangga, kemudian dia hendak melangkah pergi namun dari belakang, tangannya dengan cepat di gamit oleh seseorang, dan siapa lagi jika bukan gadis itu.
Gadis yang menatapnya dengan mata bulat yang tampak sendu.
"Tunggu Raden. " Seru sekar wulan seketika menahan langkah Raden Erlangga.
"Ada apa? " Suaranya yang membalas ucapan sekar wulan tetap tenang meski kenyataannya detak jantung nya tidak bisa di ajak kompromi saat ini.
"Raden hendak kemana? meninggalkan ku sendiri di kamar ini? "
"Aku akan tidur di luar. Kau tidak perlu khawatir, aku akan menjaga mu. Jika terjadi sesuatu, segeralah berteriak. "
Mata sekar wulan membesar, dia tersentak sejenak. Lalu melontarkan kalimat lagi dengan pipinya yang bersemu merah. "Tapi, kenapa harus tidur di luar? Ibunda menyiapkan kamar ini untuk kita berdua, jadi tidur lah bersama ku. "
Mendengar kalimat nya, Raden erlangga yang sebelumnya enggan untuk menoleh ke arahnya seketika berbalik badan ke arahnya. Wajah pria itu tampak terkejut dengan apa yang ia ucapkan barusan, seperti pria itu seolah tak percaya dengan apa di dengar nya.
"Kau sungguh-sungguh mengatakan itu Sekar wulan?"
Mendengar pertanyaan raden erlangga, sontak membuat Sekar wulan menjadi bingung, ia mengangguk meski tak sepenuhnya paham akan pertanyaan pria itu. "Tentu saja Raden, memangnya kenapa?"
"Tunggu, apa aku salah bicara nya atau bagaimana? kok jadi Canggung gini? " Ucap Sekar wulan dalam hatinya.
Ekspresi raden erlangga kemudian berubah menjadi melembut, pria itu sedikit menghela napasnya lalu tangan sebelah nya membantu sekar wulan untuk melepaskan genggaman gadis itu di tangan satunya. "Aku tidak menyangka saja kau akan bicara begitu, padahal dulu kau selalu menolak ku untuk datang ke kamar mu. "
"Hah benarkah? memangnya aku begitu? " karena kaget, Sekar wulan spontan langsung bertanya begitu, alhasil dia menjadi menyesal dan menutup mulutnya sendiri.
Tindakan absurd nya itu tak lepas dari kedua mata raden Erlangga, hingga membuat sang pria tak bisa menahan tawanya. Sekar wulan terpana untuk beberapa saat karena baru kali ini ia mendengar suara tawa raden Erlangga.
"Lucu sekali. Sepertinya kau benar-benar kehilangan ingatan mu saat di perbatasan. "
Bibir sekar wulan sontak mengerucut. "Siapa yang mengatakan itu? pasti ada yang mengatakan nya padamu, " katanya dengan sangat yakin.
Raden Erlangga yang kemudian mengangguk semakin memperkuat dugaannya.
"Iya, Pitung dan Gurem yang mengatakan itu. Mereka bilang kau hilang ingatan dan kemasukan dedemit di perbatasan hingga sikapmu berubah seperti ini, " kata Raden erlangga di susul dengan gelak tawa yang sama.
Sementara Sekar wulan yang mendengar nya sontak memerah lah wajahnya. "Pitung, Gurem awas ya kalian! " gumam nya hampir berbicara di dalam hati, namun raden erlangga yang memiliki indera pendengaran yang tajam masih bisa mendengar nya.
"Jangan salahkan mereka, mereka mengatakan itu hanya untuk bermain- main dengan ku. "
Sekar wulan lantas mengangguk, matanya menatap ke bawah. "Ya, aku tahu. Aku juga hanya bercanda tadi. "
Raden erlangga menipiskan bibir, sebentar. "Baiklah, jadi aku bisa tidur di sini? "
Sekar wulan yang mendengar itu, mendongak kan wajah lagi, ia mengangguk dengan semangat empat lima. "Tentu, raden bisa tidur di mana saja di kamar ini. Di atas kasur, di bawah ataupun di samping ku! "
Karena terlalu bersemangat, Sekar wulan sampai kelepasan mengucapkan kata-kata yang seharusnya tak boleh ia ucap. Sontak ia menutup mulutnya lagi.
Tindakan nyw yang secara spontan dan alami itu membuat raden Erlangga merasa gemas melihat itu, pria itu kemudian tersenyum miring, di kepalanya tercetus sebuah ide untuk menjahili gadis itu. "Jadi, aku bisa tidur di samping mu? "
Blush! seketika wajah Sekar wulan memerah sepenuhnya, kali ini bukan karena marah tapi sebab malu, dia malah menunjukkan dirinya yang sangat ugal-ugalan terhadap raden erlangga dan itu menurut nya sangat memalukan. Padahal dari dulu juga sudah seperti ini.
"I-iya raden, tentu saja kita kan suami istri, hehehe! " Gadis itu malah tanpa sengaja mengeluarkan cengiran nya sambil cengegesan.
Sementara raden erlangga malah semakin maju mendekati nya, apalagi wajah pria itu semakin condong ke arahnya membuat Sekar wulan seketika memundurkan langkah.
"Benar, kita memang suami- istri. Kalau begitu bukankah kita di kamar ini bukan hanya tidur? "
Pertanyaan yang bernada ambigu itu sontak membuat sekar wulan gelagapan. "H- hah, maksud raden? " Bersamaan dengan ucapan sekar wulan, nyala api dari celupak atau sejenis penerangan di zaman itu seketika padam membuat seluruh ruangan kamar itu menjadi gelap gulita.
Sekar wulan yang pada dasarnya takut pada kegelapan menunjukkan sifat alamiahnya. Dia berteriak ketakutan membuat raden erlangga juga ikut kaget. Karena sebelumnya ia tak memiliki kesempatan untuk mengenal sekar wulan lebih jauh jadi dia tak tahu soal ketakutan Sekar wulan yang satu ini.
Di tambah suara guntur keras yang tiba-tiba datang membuat sekar wulan semakin panik lalu tanpa sengaja menarik baju raden erlangga hingga mereka berdua terjatuh berbarengan di atas kasur. Untung nya raden erlangga sempat menahan kepala Sekar wulan dengan tangannya hingga tak sampai menyentuh dipan.
Raden Erlangga sedikit merunduk, yang kemudian membuat deru napas Sekar wulan terasa jelas di wajahnya. "Hoi ... Kau kenapa? "
Tangan sekar wulan terasa gemetar saat mencengkram bajunya. "A- aku takut, aku takut gelap, " cicit gadis itu seketika membuat raden erlangga terdiam.
Lalu pintu kamar yang di buka menimbulkan suara berderit membuat mereka seketika menoleh ke arah pintu.
Di depan sana, Nyai Sedan mayang berdiri. "Anak-anak, ibunda bawa celupak baru untuk kalian. " Namun saat dia menoleh, melihat raden erlangga bersama Sekar wulan di atas kasur dengan posisi ambigu membuat nya terkejut hingga melebarkan.
"Oh ya dewa, sepertinya ibunda datang di waktu yang salah. " Lalu nyai Sedan mayang hendak berbalik pergi namu langkah nya dengan cepat di tahan.
"Tunggu ibunda! " Seru raden erlangga dan Sekar wulan secara bersamaan. Mereka kemudian dengan kompak berdiri dari kasur, meski dengan wajah yang kentara panik dan canggung tapi mereka tetap memaksakan senyum kikuk. "Ini tidak seperti yang ibunda pikirkan, k- kami tadi tidak sengaja jatuh dari kasur, hehehe! " Tutur sekar wulan menjelaskan dengan caranya yg unik sementara raden erlangga hanya bisa mengangguk saja.
Namun nyai Sedan mayang malah tersenyum sambil menopang dagu. "Hhmm sayang sekali, padahal ibunda sudah mengharapkan kalian sedang membuat cucu yang lucu untuk ibunda. "
"Apa?! " mereka lantas memekik secara bersamaan.
****
kebangetan klw serius
lanjutkan Thor
semoga seru
gagah, sangar ,kekar,dan kulitnya yg coklat