NovelToon NovelToon
Amor

Amor

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Keluarga / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / Bullying dan Balas Dendam / Balas dendam pengganti / Dark Romance
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Jonjuwi

Asila Ayu Tahara. Perempuan yang tiba-tiba dituduh membunuh keluarganya, kata penyidik ini adalah perbuatan dendam ia sendiri karna sering di kucilkan oleh keluarganya . Apa benar? Ikut Hara mencari tahu siapa sih yang bunuh keluarga nya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jonjuwi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tubuh yang hampir putus

Kini Hara tengah menyantap ikan bakar hasil pancingan tadi siang, sambil dipenuhi canda dan tawa makan itu terasa sangat memuaskan bagi Hara.

Perutnya yang begah itu kini ia elus pelan merasa penuh dengan makanan dan bahagia hari ini rasanya, ia kini terduduk di gazebo depan merasakan angin yang berhembus menyibak rambut ikatan hasil Ibu Hakim tadi siang.

“Kenapa gak pake jaket? Anginnya kenceng.”

Hakim memberikan sebuah jaket pada Hara, yang diterima oleh Hara dan membungkus erat tubuhnya dengan jaket Hakim.

“Kak mau tau sesuatu gak?”

“Apa?”

Hara melepas jaket yang bertengger di pundaknya lalu memunggungi Hakim dengan senang, membuat Hakim terkekeh gemas

“Hahaha, iya tau. Bagus kunciran nya.”

Hara berbalik dengan wajah yang kesal, lalu ia berbalik lagi menarik baju kaos yang menutupi punggungnya. Hara menarik dengan cepat membuat Hakim sontak menutup matanya karna ini aneh kenapa Hara terang-terangan membuka baju di hadapannya.

“Liat gak Kak?”

“Hara, kamu apa-apaan sih. Kok buka baju gitu”

Hakim membalik tubuhnya memunggungi Hara

“Kakak! Bukan mau mesum, tapi liat dulu deh ini rahasia besar tau”

“Nggak-nggak, udah tutup. Saya gak mau liat”

“Yakin? Kakak, ih liat dulu sedikit deh. Ini gak ke atas kok, di bawah nya aja”

Hakim menghela nafas kasar, sejujurnya ia juga penasaran tentang rahasia apa yang Hara akan beri tahu.

Ia membuka matanya perlahan, memandang punggung Hara.

Setelah matanya total terbuka kini mata Hakim membola sempurna, betapa terkejutnya ia dengan kondisi punggung Hara yang sangat rusak berwarna merah dan dengan luka sudah ada yang kering.

Tangan nya terulur menggores kecil semua luka dipunggung Hara

“Aawww” rintih Hara

Hakim langsung menarik kaos itu untuk menutupi punggung penuh luka itu, lalu membalikkan Hara agar menghadapnya dengan pelan

“Ulah siapa?” raut wajah Hakim sangat serius kali ini

“Ayah” jawab Hara yang menatap mata Hakim

“Sejak kapan?”

“Dari kecil”

“Kenapa gak lapor?”

“Aku gak bisa Kak, gak ngerti juga. Dan… Mungkin gak akan diterima”

“Pasti diterima laporannya, apalagi bukti depan mata”

“Nanti alasan Ayah ku pasti demi mendidik anaknya.”

“Hara?”

Hakim tak sanggup menutupi sedih dan terkejut nya kalo ini, ia menunduk sambil terus memegang kedua pundak Hara.

“Jadi ini alasan kamu gak mau pulang?” tanya Hakim yang kini melepaskan lengannya

Hara mengangguk, kini ia duduk dengan kaki yang berayun-ayun

“Jadi ini yang Paman kamu maksud?”

Hara menoleh seolah bertanya pada Hakim

“Kemaren di kantor Paman kamu sempat bilang kalo kamu udah banyak menderita selama ini. Paman kamu juga bilang kalo kamu cerita ke saya, dia minta saya buat bantu kamu juga.”

Hara tersenyum lalu mengedarkan pandangannya memandang apapun di sekitarnya asalkan jangan memandang Hakim.

“Aku tinggal nunggu mereka mati aja Kak, tapi kenapa lama banget”

“Mereka?”

Hara menoleh kali ini benar-benar menatap Hakim

“Ayah, Ibu, dan kedua Kakak aku”

Hakim kali ini menghembuskan nafasnya yang berat, lalu menggeleng-gelengkan dengan wajah yang tak menyangka

“Lalu kemaren? Kamu keluar dengan kondisi berantakan itu?”

“Heem, karna Ayah”

“Hara? Kok? Bisa?”

“Panjang banget Kak ceritanya, tapi kali ini aku udah di tahap yang pengen banget bunuh mereka semua”

“Iya, aku tau. Itu tidak boleh!”

Hara cepat-cepat menyelesaikan bicaranya, karna kelihatan Hakim akan menyelaknya saat ia bilang ia ingin membunuh semuanya. Hakim hanya kembali terdiam.

“Pulang nya besok ya?”

“Kenapa? Kalo kamu masih mau disini gak apa-apa,”

Hara menggeleng santai

“Aku harus les, kalo gak les Ayah pasti marah”

“Lagipula aku harus terus les karna buat dapetin itu, aku harus dicambuk Ayah dan makan sayur basi saat itu”

“Hara?”

“Aku gak apa-apa Kak, tenang aja.” Hara tersenyum hangat menatap Hakim yang kini sudah tak kuasa menahan tangis nya

Setelah bercerita Hara dan Hakim kembali ke rumah, Hara yang langsung masuk ke dalam kamar Hakim sementara Hakim masih terduduk di ruang tamu sambil memikirkan Hara dengan nasibnya yang malang.

Ibu menghampiri Hakim sembari membawa secangkir teh tawar untuk Ibu dan Ayah nya yang kini tengah berjalan menuju ruang tamu.

“Hara.” ucapan Hakim benar-benar tak bisa diteruskan ia tercekat tak mampu berbicara lagi

Yang akhirnya kini luruh dalam pelukan sang Ibu sambil menangis.

“Hara, Bu.” isak nya

“Kenapa Hara?”

“Hidup nya benar-benar gak pernah bahagia. Hara Bu, dia kasian banget” ucapnya sambil tersengal-sengal

“Iya kenapa Hara nya Nak?”

“Di- di punggungnya. Banyak bekas cambuk kan katanya ulah Ayah nya”

“Hara, bener-bener butuh Hakim Bu. Dia butuh Ibu juga, butuh sosok Ayah juga. Ha-hara gak pernah bahagia Bu”

Tak sangka bahwa tangisan Hakim terdengar oleh Hara yang kini berada di balik pintu kamar Hakim. Hara juga ikut menangis, bukan karna dirinya tapi merasa sedih dan terharu mendengar isakan Hakim.

Kini Hakim dan Hara tertidur dengan kondisi hati yang sangat melow.

Seperti janji nya, Hakim akan mengantar Hara ke tempat les nya.

“Aku sama Hara berangkat dulu ya”

Hara yang kini masih berdiri di belakang Hakim tengah menunggu gilirannya dipeluk oleh Ayah dan Ibu Hakim.

Setelah Hakim selesai ia memajukan dirinya dan tersenyum menatap sang Ibu.

“Anak cantik Ibu, nanti main kesini lagi ya sayang.”

Ibu Hakim mengelus rambut Hara lalu meraih tubuh itu untuk dipeluknya, namun kali ini tangan sang Ibu sedikit mengambang tak memeluknya seerat saat ia datang.

“Ibu, Hara nya pengen di peluk erat. Punggung Hara gak sakit kok, nanti kalo sakit Hara bilang” ucap Hara dalam pelukan nya

Ibu Hakim merasa sedih, ia mengeratkan pelukannya lalu terisak dalam pelukan itu sambil merapalkan kata maaf dan doa agar Hara segera mendapat kebahagian.

Kini giliran Ayah yang memeluk Hara, ia memeluk gadis kecil itu dengan penuh rasa bangga dan haru

“Ada Ayah Nak, kamu boleh mengadu kapan saja, kamu boleh kesini kapan saja, ada Ayah sayang. Ada Ayah, ada Ayah.” Ucapan itu terus berulang di telinga Hara dibarengi dengan usapan hangat yang sama di pucuk kepalanya

Pucuk kepala nya itu di kecup oleh Ayah dan Ibu Hakim sebelum ia pergi, ia melangkah mengikuti Hakim ke arah mobil nya dan melambaikan tangan dengan riang sebelum masuk kedalam mobil, lambaian tangan itu dibalas oleh kedua orang tua Hakim.

Di perjalanan hati Hara sangat penuh dengan rasa bahagia hingga mau meledak. Ia menatap riang pemandangan di sebelahnya terkadang menatap Hakim yang tengah menyetir.

“Kata Kala, perlengkapan kamu udah Dewi anterin ke tempat les”

“Loh? Jadi aku bisa langsung ke tempat les?” tanya Hara girang

Hakim tersenyum dan mengangguk

“Kak?”

“Hmm?” Hakim berdehem tanpa menoleh

Tiba-tiba saja ia merasakan pipinya tersentuh benda kenyal, ia menoleh sebentar pada sisinya menampilkan Hara yang tersenyum senang sambil terus memandanginya.

Pipinya baru saja di cium Hara?

Hakim menepikan mobilnya untuk menatap Hara lebih fokus lagi, ia menelisik sorot mata Hara yang memancarkan rasa bahagianya

Hakim memajukan wajahnya sedang lengan kirinya menahan tengkuk Hara dengan lembut, mendekatkan bibirnya pada bibir pink Hara dan menyatukan keduanya.

Hakim memagut bibir bawah Hara dengan lembut, sambil sesekali meloloskan lidahnya ke dalam mulut Hara. Sedangkan Hara, kini gadis itu menutup mata dan menikmati bibir nya di sesap oleh bibir Hakim.

Hingga Hara merasakan minimnya oksigen, dan membuatnya menepuk-nepuk bahu Hakim agar yang lelaki itu menyudahi aksi ciuman nya

“K-kakhh”

Hakim menghentikan gerakannya tanpa menjauhkan wajahnya, ia menatap mata Hara dulu. Lalu menjauhkan dirinya kembali dengan posisi kemudi.

Hening di dalam mobil itu, sampai akhirnya ia sampai mengantarkan Hara ke tempat lesnya.

Hingga malam barulah Hara keluar dari gedung itu dan kini ia menunggu busway arah pulang.

Tak lama di perjalanan, ia turun dari busway dan melangkah menuju rumahnya. Namun ia melihat kucing yang sangat kurus dalam tumpukan sampah, ia mengingat kucing yang mati beberapa waktu terakhir.

Ia berbalik ke arah supermarket disana membeli satu pet food untuk memberi makan kucing tersebut, lalu kembali melanjutkan jalannya menuju rumah yang penuh kutukan itu.

Ia melangkah membuka pagar, setelahnya membuka pintu.

Ruangan itu gelap, sungguh tumben sekali.

Ia meraba untuk berjalan karna saklar lampu yang cukup jauh dari pintu, kaki nya menyusuri lantai yang dingin.

Tiba-tiba saja kaki nya menginjak cairan, setelahnya lampu itu ia nyalakan.

Matanya terbelalak, mulutnya menganga, nafasnya berhenti seketika, tubuhnya tiba-tiba saja terdiam seketika.

Ia menginjak darah yang mengalir segar dari Kakak nya, Samuel.

Ia melihat sekeliling, Ayah, Ibu, dan Kak Dita. Tubuh mereka tergeletak lemas di lantai bersimbah darah dengan kondisi kepala dan tubuh yang hampir putus.

1
Ulla Hullasoh
keluarga yang kejam..... apa hara itu anak tiri?
lin
wah seru nih lanjutkan thorr jangan lupa buat mampir
Ryohei Sasagawa
Thor, ceritanya seru banget! Aku suka banget sama karakternya.
Jonjuwi: Kakaaa makasi banyak, trs dukung aku yaa🥺❤️
total 1 replies
Nadeshiko Gamez
Terperangkap dalam cerita ini.
Jonjuwi: Makasih kaaa udah mampir, dukung aku trs yaa🥺❤️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!