NovelToon NovelToon
[1] 5th Avenue Brotherhood

[1] 5th Avenue Brotherhood

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: BellaBiyah

5 anggota geng pembuli baru saja lulus SMP dan kini mereka berulah lagi di SMK!

Novel ini merupakan serial pertama dari "5th Avenue Brotherhood". 5th Avenue Brotherhood atau yang sering dikenal dengan FAB adalah geng motor yang terdiri dari 5 orang remaja dengan latar belakang yang berbeda-beda.

Jesika. Seorang gadis yang merupakan anak kandung dari kepala sekolah dan adik dari pendiri FAB itu sendiri. Sayangnya, Jesika tidak suka berteman sehingga tidak ada yang mengetahui latar belakang gadis ini, sampai-sampai para member FAB menjadikannya target bulian di sekolah.

Gimana keseruan ceritanya? Silakan baca sampai bab terakhir 🙆🏻‍♀️ update setiap hari Minggu

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BellaBiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

20 Kamu Apain Anak Saya?

"Jes!" panggil Toleh di koridor sepulang sekolah.

Jesika terus melangkah tanpa peduli.

"Jesika!" panggilnya lebih kencang. Si empunya nama malah melangkah lebih cepat.

Toleh berlari mengejar dan menepuk pundaknya. "Lo mau gue anterin balik nggak?"

"Nggak, makasih. Gue udah sewa Alphard!" tegas Jesika dan kembali berlalu.

Toleh mengikutinya hingga ke depan gerbang sekolah dan terus memerhatikan hingga bayang-bayang Jesika benar-benar menghilang dibawa angkutan umum.

Toleh menarik gas motornya menuju rumah Wandra. Karena memang mereka akrab sedari SD. Tanpa basa basi, Toleh memasuki rumah mewah tersebut. Membuka pintu kamar Wandra dan berbaring di sana.

Wandra yang mendpaati kejadian tersebut begitu terkejut pasalnya sudah hampir 1 tahun Toleh tidak berkunjung ke rumahnya. Terlebih-lebih, Cia berada di sana dan sedang ganti baju di ruang ganti.

"L—lo ngapain ke sini?" tanya Wandra.

Toleh menoleh padanya. "Siapa yang berani ngelarang gue ke sini?"

"Ma—maksud gue, kenapa lo nggak bilang mau ke sini?"

"Kenapa gue harus bilang?" balas Toleh lagi.

"Bentar! Gue mau ganti baju dulu!" ucap Wandra memasuki ruang ganti dan tak mendapati sosok Cia di sana.

Ia mencari keberadaan Cia dengan mengobrak-abrik lemari. Kemudian ia mendapati Cia yang tengah berbaring di lemari paling atas.

"Lo ngapain di situ?" tanya Wandra.

"Tadi gue ngeliat di jendela ada Toleh parkir motor di depan!" jawabnya.

"Emang iya! Lo di sini dulu, jangan keluar sampai gue ke sini lagi!"

"Tapi gue laper."

"Laper mulu lo!" omel Wandra.

"Gue nggak punya duit jajan ke sekolah. Gue cuma makan pas sarapan tadi!"

"Ya udah ya udah! Ntar gue bawain!" Wandra kembali menutup pintu lemari dan mengunci ruang ganti di kamarnya.

"Tadi lo bilang mau ganti baju," ucap Toleh begitu melihat Wandra yang masih menggunakan seragam olahraga.

"Baju gue buluk semua," balasnya.

"Eh, Wan. Menurut lo salah nggak sih kalo gue suka sama Jesika?" tanya Toleh secara tiba-tiba.

Mendadak muncul perasaan tidak suka di benak Wandra. Karena pernah berucap bahwa ia ingin Jesika menjadi mantannya yang ke 50. "Nggak juga sih."

"Tapi masalahnya, murid baru di kelas kita itu si Ale. Ale itu anaknya Om Ridwan Kimal! Pak Ridwan Kimal itu calon wakilnya bokap gue buat nyaleg. Dia dijodoh-jodohin sama gue. Jesika kayaknya marah sama gue, dia tau soal Ale. Mana Zaki malah belain Jesika, jadi berantem Jesika sama Ale," oceh Toleh.

"Tapi gue mau jujur sama lo, Leh. Gue juga suka sama Jesika!" tegas Wandra.

Mereka menoleh dan saling menatap sangat lama.

Hingga akhirnya Wandra yang membuka suara. "Tapi kayaknya Jesika masih benci sama gue, dia juga belum maafin gue soal video kemaren."

"Bagus!" balas Toleh dan kembali berbaring.

"Anjing lo!" umpat Wandra sambil terkekeh.

"Lo kan cuma mau jadiin dia mantan ke 50. Mending dia sama gue aja."

"Halah, JODI!" teriak Wandra.

"Jodi apaan?" tanya Toleh.

"Jomblo ditinggal mati!"

"Kampret!" Toleh mengumpat sambil melemparnya dengan bantal.

***

Hingga sore hari, Toleh tak kunjung pulang. Wandra mengintai ke jendela kamarnya yang menampakkan suasana teduh. Ia mendekat ke ruang ganti dan menyalakan lampu ruangan tersebut agar Cia tidak merasa gelap.

Toleh pulang di jam 19:12 WIB. Wandra berlari ke ruang ganti dan mengevek keadaan Cia. Gadis itu terbaring di lantai dengan wajah pucat dan hangat di sekujur tubuhnya.

"Ci! Woi! Bangun! Ci! Lo nggak apa-apa?" tanya Wandra panik.

"Gue laper. Pusing. Lemes," jawab Cia lemah.

"Bangun-bangun! Tidur di kasur aja!"

"Gue pusing, Wan," ucap Cia kembali memejamkan mata.

Tanpa basa-basi, Wandra menggendong gadis itu dan membaringkannya di atas kasur. Tak lupa menyelimuti badan Cia hingga menyisakan wajahnya saja.

Wandra berlari ke dapur demi membawakan makanan. Ia sampai menumpahkan air di sepanjang langkah akibat kalang kabut.

"Nih, makan dulu. Abis makan, lo minum obat ya? Kayaknya lo demam!" ucap Wandra memberikan sepiring makanan di sebelah Cia.

"Gue laper, tapi gue lemes banget. Ngomong aja gue capek," balas Cia.

"Nyender di sini!" perintah Wandra menepuk sandaran dipan.

Cia menurutinya dengan berusaha sekuat tenaga. Wandra juga memperbaiki selimut yang sempat terlepas dari tubuh gadis itu.

Tanpa pikir panjang, Wandra menyuapi Cia makan meski hanya beberapa sendok.

"Udah, Wan. Gue capek. Mau tidur aja," ucap Cia kembali berbaring.

"Minum obat dulu!" Wandra kembali bergegas membongkar kotak P3K di kamarnya. Terdapat parasetamol di sana.

Wandra memberikannya pada Cia. Cia menatap bungkus obat tersebut. "Lo sering mabok PCC ya? tanya gadis itu.

"Kalo gue mau mabok, nggak pake yang murah!" omel Wandra.

Setelah Cia minum obat, ia pun tertidur.

***

Di tengah malam, Cia terbangun dari tidurnya sebab badannya terasa sakit dan pusing. "Heegh!" ringisnya yang tidak nyaman.

"Kenapa? Lo mau apa?" tanya Wandra yang terbangun.

Rupanya pria remaja itu tidur di lantai dengan selembar kasur busa sebagai alasnya.

"Gue demam," jawab Cia singkat.

"Terus gue mesti ngapain? Apa lo mau ke rumah sakit?"

"Heegh! Kaki gue pegel," ucap Cia lagi.

Wandra memijit kaki Cia beserta selimut dengan perlahan. Meski sebenarnya ia masih sangat mengantuk.

***

Di pagi hari saat Cia tersadar dari tidurnya. Sebuah kain hangat menempel di keningnya. Bahkan leher Cia terdapat termometer yang masih menempel.

Cia melepas semuanya termasuk selimut. "Gerah banget," ucapnya dengan sedikit menahan pusing.

"Eeehh! Lo jangan ke mana-mana! Lo itu demam!" teriak Wandra membuatnya terkejut.

"Udah nggak. Cuma pusing doang," ucap Cia.

Wandra mengambil termometer dan melihat angka 38°C ia juga menunjukkannya pada Cia.

"Itu kena handuknya! Handuk segitu panas, air mendidih ya lo pakein ke gue?" omel Cia.

"Untung lo demamnya hari Sabtu. Kita libur sekolah. Kalo hari normal, mungkin lo bakalan gue tinggalin di sini!" balas Wandra.

"Tapi kan gue masuk angin juga gara-gara lo! Gue udah kelaperan di dalam situ! Mana dingin banget AC-nya."

Wandra terdiam sejenak. Cia benar. Wandra lupa mengontrol suhu ruangan ganti dan ia juga lupa memberi makanan pada Cia di siang kemarin.

"Sarapan, habis ini minum obat, terus gue anterin lo balik!" ucap Wandra.

***

Seperti yang Wandra katakan, ia mengantarkan Cia untuk pulang. Sialnya, di hari itu ibu Cia berada di rumah dan melihat anaknya diantar pulang oleh seorang pria.

"Eh eh eh eeeeeh! Ini anak siapa?!" pekik ibunya.

"Ini anak orang, Bu. Aku masuk dulu ya, nggak enak badan," ucap Cia.

"Tunggu tunggu tunggu! Kamu tidur di mana 2 hari kemaren?" tanyanya lagi.

"Di rumahnya Wandra."

"Kenapa ditelponin nggak dijawab?! Wa kamu juga nggak aktif!" omel Ibunya.

"Hp aku rusak!"

"Bener Cia tidur di rumah kamu?!" tunjuk Ibu Cia pada wajah Wandra. Dan pria itu mengangguk. "Udah kamu apain aja anak saya?!"

Mata Wandra membesar mendengar pertanyaan tersebut. Dia memang memiliki otak cab*l, tapi khusus Cia, pikiran itu tidak pernah muncul sama sekali. Bahkan terlintas di pikirannya saja tidak pernah.

"Nggak ngapa-ngapa—"

"HOOOEEEEKKK!!" Cia mendadak mual dan membuat Wandra menghentikan kalimatnya. Semua mata menatap ke arah Cia yang berusaha memuntahkan isi perutnya.

Mata Ibu Cia dan Wandra saling menatap. "Kamu ngehamilin anak saya?!"

1
Iam-aam
Haris pawang ngadem
Iam-aam
tolol lo yg tolol bjir
Iam-aam
Berapa bang* kasar bjir le
Ciret
next kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!