Apa mungkin gadis kaya itu mencintai pria miskin sepertiku dengan tulus?
Namaku Aditya Pratama, aku adalah seorang musisi jalanan yang setiap hari harus menjajakan suaraku untuk mencari nafkah.
Aku lahir dan besar di Bandung, sudah setahun ini aku merantau di Ibukota untuk mencari pekerjaan agar aku bisa mendapatkan pekerjaan yang layak untuk menghidupi Ibu dan juga Adikku.
Malang betul nasibku, setahun sudah berlalu sejak pertama aku datang ke kota ini, tapi aku belum juga mendapatkan pekerjaan dan akhirnya aku harus tetap mengamen untuk menyambung hidup.
Dalam pekerjaanku tak jarang pula aku menghibur sepasang kekasih dengan suaraku, menyanyikan lagu-lagu cinta untuk mereka.
Tanpa pernah berpikir bagaimana dengan kehidupan cintaku sendiri, selama ini aku memang tak pernah memikirkan hal itu, saat ini yang terpenting bagiku adalah bagaimana caranya agar aku bisa menghidupi Ibu dan Adikku.
Tapi semua itu berubah semenjak aku mengenal seorang gadis bernama Riri, gadis cantik dan kaya raya anak pengusaha ternama dan sukses di negeri ini.
Apakah mungkin gadis populer, cantik dan juga kaya raya sepertinya mencintaiku yang hanya seorang pengamen jalanan.
UPDATE SETIAP HARI
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ega Aditya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hari pertama
Pagi itu pukul 06.00 pagi alarmku sudah berbunyi, memang sengaja ku setel sepagi itu agar aku tidak kesiangan di hari pertamaku bekerja.
Setelah semua rapi lalu aku bersiap untuk berangkat ke kantor, sedangkan Riri yang biasanya menemaniku sarapan tidak kuperbolehkan datang selain hari libur, karena aku tidak mau mendapat citra jelek di kantor jika aku kesiangan, aku membawa nama papa Riri di kantor itu dan tidak mau membuatnya malu karenaku. Untunglah Riri sangat mengerti itu semua.
Sesampainya di kantor suasananya masih sepi dan baru ada beberapa orang yang datang, karena memang jam masuknya adalah pukul 08.00 pagi sedangkan ini masih pukul 07.30 pagi, lebih baik kepagian daripada kesiangan pikirku.
Aku di tempatkan sebagai karyawan di bagian HRD, bersama Kepala HRD yang cantik namun galak tentunya. Pagi ini aku mendahului dia karena kulihat dia belum ada di ruangan, aku pun duduk di meja yang bertulisan namaku.
Tak lama aku duduk lalu Sinta pun datang dan melewatiku begitu saja tak menyapa sama sekali, dingin sekali wanita ini pikirku, ah biarkan saja yang penting aku tidak mencari masalah dengannya.
Semakin lama ruangan itu pun semakin ramai dengan para pegawai, satu persatu mereka datang dan selalu melihat ke arahku, mungkin mereka bertanya-tanya aku ini siapa karena tentu mereka belum kenal denganku.
Setelah semua meja di ruangan itu terisi penuh aku berinisiatif untuk mengenalkan diriku kepada mereka semua, aku lalu mendatangi mereka satu per satu dan mengenalkan diriku, namun mereka semua acuh terhadapku, tak mengapa pikirku, mungkin ini resikonya menjadi anak baru.
Hingga akhirnya salah satu dari mereka pun berkata.
"Woy anak baru, gw mau kopi, ayo cepat bikinin jangan pake gula ya."
"Gw teh manis ya."
Dan akhirnya ada lima orang yang minta di buatkan minuman kepadaku, aku menurut saja karena kupikir tak ada salahnya di hari pertama aku membuatkan minum untuk mereka, hitung-hitung sebagai perkenalan.
Kemudian aku menuju pantry di lantai itu dan disana ada seorang lelaki muda, sepertinya dia adalah office boy di kantor ini.
"Mas kopi dan teh ada di mana ya?" Tanyaku padanya.
"Maaf Mas, Mas nya karyawan baru ya." Kata pria itu.
"Iya betul Mas saya karyawan baru di bagian HRD."
"Perkenalkan nama saya Wahyu Mas, semoga betah ya Mas di tempatkan di situ, soalnya para karyawan situ kalo ada anak baru pasti di kerjain habis-habisan Mas, waktu itu saja ada anak baru yang sampai berhenti lho mas, karena di kerjai setiap hari selama sebulan oleh mereka."
"Oh iya Mas Wahyu, saya Adit, nggak apa-apalah Mas Wahyu namanya juga anak baru wajar lah kalau dikerjai, mungkin sebagai salam perkenalan, makasih ya atas peringatannya, aku anter teh sama kopinya dulu ya."
Aku pun menuju ruang HRD lagi, akan tetapi baru saja aku membuka pintu ruangan itu ada seseorang yang menjegal kakiku, sontak saja aku terjatuh dengan nampan berisikan minuman yang kubawa.
Semua kemejaku basah terkena kopi dan teh itu, sedangkan semua cangkir berantakan di lantai, lalu datanglah Wahyu yang hendak membereskan semua cangkir itu.
"Woy mau ngapain lu Yu? Jangan sok jadi pahlawan lu, biar aja dia yang beresin, lu balik lagi ke pantry sana." Kata salah seorang dari mereka.
"Gak apa-apa mas Wahyu biar aku yang beresin." Ucapku
Akhirnya mas Wahyu kembali ke pantry sedangkan aku membereskan semua itu dan kemudian kembali menuju pantry.
"Mas Adit ini handuknya, baju Mas Adit kan penuh dengan noda kopi."
"Makasih ya Mas Wahyu, sepertinya kita nggak usah mangil satu sama lain pakai sebutan "Mas" deh, karena kalau di lihat-lihat kita ini seumuran."
"Oh ok kalau begitu Dit, sini biar aku yang buatkan kopi dan tehnya, kamu bersihkan aja bajumu."
"Makasih ya Yu tapi nanti biar aku yang bawa aja minumannya."
Pagi itu pun dapat kulewati, dan tak terasa Waktu jam makan siang telah tiba, lalu aku menuju kantin karyawan.
"Riri lagi apa ya? Kangen juga sama anak manja yang satu itu."
Sesampainya di kantin kulihat Wahyu sedang makan sendirian di sana dan aku menemaninya untuk makan siang hari itu.
Waktu sudah menunjukan pukul 16.30 tetapi aku masih belum pulang karena pekerjaan ku baru saja selesai, semua orang di ruangan itu sudah pulang tapi Ruangan Bu Sinta masih menyala dengan pintu yang terbuka, aku pun mendekatinya dan kulihat Bu Sinta masih bekerja di depan laptop nya.
"Belum pulang Bu?"
"Oh kamu, iya belum." Katanya datar.
"Kalau begitu saya duluan ya bu."
Dia hanya mengangguk tanpa melihat ke arahku.
Akhirnya aku pulang menuju halte yang tak jauh dari situ, karena memang aku pulang-pergi kesana dengan menggunakan bus.
Sesampainya di kontrakan aku melihat Riri sedang duduk di teras menungguku.
"Ngapain kamu duduk disitu sendirian?" Sapaku.
"Ngga apa-apa mau nunggu kamu pulang kerja aja, iiiih pacarku ganteng banget sih kalo pakai kemeja kaya gitu, tapi bentar deh ini kenapa kemeja kamu kok kotor begitu?"
"Oh ini tadi tuh ketumpahan kopi waktu jam istirahat di kantin karyawan gara-gara aku nggak sengaja nabrak orang yang lagi bawa kopi." Aku sengaja berbohong agar dia tidak khawatir.
"Kamu hati-hati dong sayang, eh jam segini kok baru pulang, macet ya?"
"Nggak macet kok cuma tadi ada pekerjaan yang belum selesai aja jadinya agak telat, oh iya Ri tadi Siang aku sempet kangen lho sama kamu."
"Ohyaaaa, iiih seneng banget dengernya, jarang-jarang lho kamu bilang kangen duluan. Terus sekarang masih kangen nggak?"
"NGGAK!!!"
"Tuh kan mulai lagi deh nyebelinnya."
"Ya ngapain kangen, kan orang nya ada di depan aku, tinggal aku peluk aja nih kaya gini." Aku memeluknya dan seketika rasa lelah ku terasa hilang karenanya.
"Kamu mandi gih, bau keringet tau, habis itu kita cari makan ya."
"Ok, kita makan pecel lele di depan ya."
"Yang di pinggir jalan itu? emang enak Dit makanan di pinggir jalan begitu."
"Nanti juga pasti kamu ketagihan, ya udah aku mau mandi dulu ya, kamu tunggu disini nggak boleh ikut."
"Dih lagian siapa juga yang mau ikut, nanti kalau udah halal baru ikut." Ucapnya malu-malu.
"Amin." Kemudian aku pun mandi dan setelahnya kami berdua berjalan ke gerobak pecel lele yang ada di depan jalan.
"Kamu mau makan apa?" Tanyaku.
"Makan kamu." Ucap Riri sambil berpura-pura menggigit tanganku.
"Serius nih kamu mau lele, ayam atau bebek?"
"Terserah kamu aja, yang sama kayak kamu juga nggak apa-apa."
Akhirnya malam itu adalah pertama kalinya aku mengajak Tuan Puteri untuk makan pecel lele di pinggir jalan.
ceritanya...👍👍👍👍
tapi gw support banget dengan karya lu bg, walau banyak yg bilang mutar mutar tapi gw suka, spesifikasi dari setiap aktor nya jelas dan dapet, jadi bisa memahami hampir seluruh peran yang di bicarakan, dan menurut gw itu sih adrenalin banget.
lupain aja kata orang, mereka belum pernah baca novel one piece, dan lainnya kali lebih panjang dan blibet di tambah flashback nya wkwk
the best, gw support lu