Lala, Si OB Lugu

Entah apa yang membuat Nadia dan Laura memutuskan kembali ke Jerman setelah bertemu Daddy Joshua. Bahkan dengan sangat mudahnya menyerahkan dokumen tersebut. Pasti ada misi lain yang akan mereka jalankan nantinya. Ethan harus tetap waspada, syukur-syukur keduanya memang sudah berubah dan tidak akan berulah lagi.

Pada akhirnya Ethan bersedia mengantar Laura dan Nadia kembali ke Jerman karena Ethan ditemani oleh Lala tanpa mereka tahu status keduanya yang telah sah menjadi suami istri.

Bukan maksud untuk menyembunyikan, hanya saja karena usianya Lala yang masih 17 tahun jadinya Ethan untuk sementara ini masih merahasiakan pernikahan mereka. Namun tidak segan-segan juga Ethan menunjukkan perhatian, cinta serta perlindungan sebagai seorang suami siaga terhadap istri tercintanya.

Seperti sekarang ini, pengalaman pertama saat Lala naik pesawat tidak meninggalkan kesan yang baik dan menyenangkan. Pasalnya selama perjalanan sudah lima kali Lala membuang isi perutnya hingga lemas tak berdaya. Belum lagi dengan apa yang dirasakan tubuhnya saat berada di atas ketinggian. Namun dengan telaten dan sabarnya Ethan mengurus Lala tanpa rasa malu, lelah untuk terus memeluk serta menggendong Lala.

Sudah tidak terhitung lagi kecupan-kecupan singkat pada pipi, kening serta pelukan hangat seorang suami pada sang istri sungguh bisa sangat Lala rasakan luar biasa.

"Sepertinya mereka bukan hanya sebagai kekasih?." Nadia melihat dari sisi lain terhadap Ethan dan Lala.

Diakui Nadia, Ethan adalah pria sangat gentle, baik, bertanggung jawab serta penyayang. Lala gadis yang tidak aneh-aneh. Dia tidak memanfaatkan perhatian dan cinta Ethan. Gadis itu terkesan tidak tahu seberapa terkenalnya Ethan dikalangan dunia bisnis.

"Begitu besar cinta Ethan pada Lala, sehingga tidak akan ada tempat bagi wanita lain lagi dihati Ethan." Laura berusaha menerima apa yang dilihatnya.

Laura sudah merasakannya terlebih dahulu namun telah dia sia-siakan hanya demi kebiakan menurutnya saja, kini cinta dan perhatian Ethan tertuju pada Lala si gadis lugu.

Nadia mengangguk lalu mengusap pucuk kepala Laura dengan sangat sayang. "Kau harus sembuh dan bisa bahagia juga seperti mereka."

"Iya, Ma."

.....

Baru saja Ethan membaringkan Lala di atas tempat tidur. Lala begitu lemas dan tampak sangat kuyu. Sebenarnya kasihan melihat istrinya seperti ini, tapi mau bagaimana lagi dia pun tidak ingin pergi ke Jerman kalau tanpa Lala.

"Minum perasan lemon ini, sayang."

"Iya." Lala berusaha bangkit namun tulang-tulangnya seperti lemas semua. Jadi sangat sulit untuk bisa bergerak seperti biasa.

"Ok, kamu enggak usah bangun. Aku suapi aja ya?." Lala mengangguk lemah. Ethan mengambil sendok kecil lalu mulai menyuapi Lala hingga air perasan lemon itu habis.

Ethan membelai lembut wajah Lala yang berangsur memarah karena sudah lebih baik dari yang sebelumnya terlihat sangat pucat.

"Aku mandi dulu ya, sayang."

"Iya, Tuan Ethan."

"Lala!."

"My first love."

"Good."

Cup

Ethan mencium gemas bibir tipis Lala yang kembali menujukkan warna merah alaminya. Semoga saja istrinya segera pulih, karena Ethan sudah tidak tahan lagi ingin segera mengarungi nikmatnya syurga.

Kemudian Ethan segara menyudahi ciumannya yang masih hanya sepihak saja, Lala masih kaku dan kurang jam terbang. Namun tetap saja hasrat dan gairah Ethan selalu muncul saat bersama Lala.

Ethan bangkit lalu menyambar handuk dan segara masuk ke dalam kamar mandi. Mulai mengguyur sekujur tubuhnya dengan air dingin.

Sedangkan Lala yang masih berbaring kedatangan Nadia yang membawakan nampan berisi makanan.

"Tidak usah bangun, aku tahu kau kurang sehat." Ujar Nadia saat melihat Lala beringsut hendak bangun.

"Iya, Maaf."

"Hmmm...tidak apa-apa."

Nadia meletakkan nampan itu di meja samping tempat tidur.

"Nanti biar Ethan yang menyuapi."

Lala segera mengangguk.

Kemudian Nadia menatap Lala dari ujung kaki sampai ujung rambut, lalu menghela nafas panjang.

Nadia pun menyampaikan permohonan maafnya pada Lala karena telah dengan sengaja menukar dokumen waktu itu. Dia pun menceritakan hubungan masa lalu Ethan dan Laura. Bukan untuk merusak hubungan Lala dan Ethan hanya ingin Lala mengerti atas tindakannya untuk sang putri semata wayang.

"Kau mau memaafkan aku?."

"Tentu saja." Jawab Lala cepat.

"Lala juga minta maaf karena Lala Tuan Ethan menyakiti Laura." Lanjut Lala.

Nadia berusaha tersenyum manis, karena apa yang dikatakan Lala sangat tulus.

"Bukan karena kau, La. Mungkin perasaan Ethan sendiri untuk Laura sudah tidak ada. Kau tidak membenci Luara kan karena dia sudah meminta kau pergi dari Ethan?."

"Tidak, aku tidak membenci Laura."

"Syukur lah, aku senang mendengarnya."

Lala mengangguk sambil tersenyum.

"Baik lah aku harus keluar, jangan lupa kau makan ya biar cepat pulih."

Terima kasih."

"Sama-sama."

Nadia pun keluar dan menutup rapat pintu kamar Lala. Bersamaan dengan itu Ethan keluar dari kamar mandi hanya mengenakan handuk saja.

Ethan berjalan menuju pintu lalu menguncinya, kini berjalan mendekati Lala yang sudah bisa bangun lantas duduk bersandar pada kepala tempat tidur.

"Kamu sudah jauh lebih baik?." Ethan duduk di samping Lala. Paha yang dipenuhi bulu itu tampak terlihat oleh Lala karena handuk yang terangkat.

"Iya." Sahut Lala lalu menarik selimut untuk menutupi paha Ethan.

"Hei...kenapa di tutup, sayang?." Ethan melepas selimut itu lalu menyingkirkannya. Dia bergerak semakin mendekati Lala yang mulai menjauh darinya.

"Lala bau, belum mandi. Apalagi ada bekas muntahan pada pakaian Lala." Lala sudah telentang karena Ethan menarik kedua kakinya.

"Tidak masalah sayang, aku bantu melepas pakaiannya."

Lala segera menggelengkan kepala, "Biar Lala saja."

"Aku saja" Ethan sudah berhasil menarik ke bawah blouse yang dikenakan Lala hingga menyisakan dua kain yang menutupi bagian-bagian sensitif Lala

"Kenapa cepat sekali dilepasnya?." Protes Lala sambil meletakkan kedua tanganya siang pada dada Ethan. Karena pria itu sudah berhasil menindih tubuh sang istri.

Seketika tubuh Lala menegang ketika bagian paling sensitifnya terkana tusukan benda tumpul yang cukup besar. Kedua matanya pun melebar dengan mulut sedikit terbuka.

Keadaan tersebut langsung dimanfaatkan Ethan untuk mencium dan bermain-main di dalam rongga mulut Lala.

"Aaahhh..." Suaranya terdengar kala sentuhan-sentuhan Ethan bagaikan sengatan listrik pada tubuhnya yang tanpa kain.

Ethan semakin menikmati suguhan tubuh istrinya kala hujan turun deras. Apa yang diinginkannya harus didapatkannya sekarang juga.

"Sssttt..." Desis Lala merasa ngilu kala bagian pucuk dadanya sudah masuk ke dalam mulut sang suami. Begitu dahsyat rasa yang dihasilkan dari Ethan mengemutnya. Yang tidak disadarinya kapan penyangga itu terlepas.

"Sssttt..." meski Lala kembali mendesis namun dia berusaha menjauhkan wajah Ethan dari dadanya. Tiba-tiba Lala mau pipis dan sudah tidak tahan lagi.

"Aaahhhhhhh...".

"Kenapa sayang?." Tanya Ethan menggoda.

"Lala pipis." Ucapnya dengan dada yang naik turun dan nafas yang memburu.

Bersambung

Terima kasih untuk dukungannya 🙏🙏😘😘