NovelToon NovelToon
Jodoh Kedua Dari Wasiat Suamiku

Jodoh Kedua Dari Wasiat Suamiku

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / Anak Kembar / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:139.6k
Nilai: 5
Nama Author: Aisyah Alfatih

#Turun Ranjang

"Aisyah, jika aku pergi lebih dulu. Aku, ingin kamu menikah lagi dengan adikku, Galih."~Lucas Edward Hosea.

Istri mana yang tak terkejut saat mendengar ucapan suaminya, ketika menyuruh dirinya untuk menikah lagi. Hal itulah yang dirasakan Aisyah ketika Lucas memintanya untuk menikah lagi dengan sang adik, Galih.

Galih sebagai adik ipar sekaligus paman dari kedua keponakannya terpaksa menerima wasiat dari kakaknya, Lucas dan menikahi Aisyah.

Akankah, Aisyah bertahan dalam pernikahan keduanya itu atau Aisyah akan menyerah dan berpaling dari Galih suami keduanya?

Yuk, simak kisah mereka di Jodoh Kedua Dari Wasiat Suamiku!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jodoh Wasiat-20

Charlie berdiri di luar ruangan, mencoba mendengarkan percakapan antara Tuan Hendro dan Aisyah yang terhalang oleh pintu tertutup rapat. Wajahnya tampak cemas dan gelisah, namun saat melihat Galih tiba, Charlie merasa sedikit lega.

"Galih, tolong buka pintu ruangan ini! Aku curiga ada sesuatu yang tidak beres di dalam," pinta Charlie dengan nada khawatir.

Galih mengangguk dan mendekati pintu, mencoba membukanya, tetapi ternyata pintu itu terkunci dari dalam. Staf menolak memberikan kunci cadangan atas perintah Tuan Hendro, tetapi sesaat kemudian Galih memperkenalkan dirinya kepada staf sehingga membuat staf itu takut. Bahkan, sebelumnya dia tak mau mendengar ucapan Charlie saat meminta melihat cctv ataupun meminta dibukakan pintu ruangan tersebut.

Tanpa menunggu waktu lama staf itu pun memberikan kunci cadangan kepada Galih. Dengan sigap, Galih menggunakan kunci tersebut untuk membuka paksa pintu ruangan VIP. Begitu pintu terbuka, mereka melihat Tuan Hendro sedang mencoba menyentuh Aisyah yang tampak ketakutan. Melihat adegan itu, amarah Galih memuncak.

"Berani-beraninya kamu menyentuh Aisyah!" teriak Galih, matanya menyala penuh kemarahan.

Tuan Hendro terkejut dan langsung melepaskan Aisyah. Sedangkan, Charlie berlari mendekati Aisyah untuk memastikan keadaannya baik-baik saja. Situasi di ruangan itu menjadi tegang, dan emosi Galih tak terbendung saat melihat Aisyah yang menjadi korban dari niat jahat Tuan Hendro.

Galih tak bisa mengontrol emosinya setelah melihat kejadian yang menimpa Aisyah. Galih langsung menghajar Tuan Hendro tanpa memberi ampun. Pria itu berulang kali memohon tetapi Galih tak tinggal diam. Keringat membasahi dahinya yang melandaskan kemarahan belum henti jika pria ini belum puas. Charlie yang melihat keganasan Galih pun menelan ludahnya berulang kali. Tak pernah terpikirkan olehnya kalau Galih akan semarah itu ketika melihat orang lain ingin berbuat jahat kepada Aisyah.

Begitu selesai dan sangat puas. Galih mencampakkan tubuh Tuan Hendro begitu saja ke lantai. Galih mengambil alih tubuh Aisyah dan langsung menggendongnya saat melihat Aisyah tak sadarkan diri. Galih membawa Aisyah masuk ke dalam mobil. Charlie membawa tas dan beberapa dokumen lain bersamanya. Galih memberitahu Charlie, bahwa dia akan membawa Aisyah pulang. Bahkan, atas kasus dugaan pelecehan itu Galih sampai melaporkan Tuan Hendro kepada petugas kepolisian serta memberikan kompensasi pengobatan untuk Tuan Hendro.

Malam semakin larut, setelah menerima suntikan obat dari dokter, kondisi Aisyah mulai membaik. Tetapi, wanita itu belum sadarkan diri. Reza dan Rezi nampak cemas menunggu Aisyah siuman. Galih melipatkan kedua tangannya mondar-mandir di depan kamar dengan gelisah, menunggu sang dokter keluar dari kamar Aisyah.

Begitu pintu kamar terbuka. Galih langsung ingin bertanya tentang kondisi Aisyah. Dokter tersebut menghela napas beratnya raut wajah terlihat cemas.

"Kondisi detak jantung bayi sangat lemah. Di lihat dari usia kandungannya memasuki bulan ke tujuh. Jika terlambat di tangani saya takut bayi tidak dapat diselamatkan,"ungkap sang dokter. Mendengar hal itu Galih sangat cemas dan panik.

"Tolong lain kali jangan sampai Nyonya Aisyah mengalami hal yang serupa karena kandungannya sangat lemah untuk saat ini,"lanjut sangat dokter.

"Terima kasih, Dok. Saya mengerti, berikan resep obat untuk saya. Saya akan menebus obat untuknya,"ujar Galih. Dokter itu pun mengangguk.

Di teras rumah. Raut wajah sang dokter nampak ragu ingin mengatakan sesuatu kebenaran kepada Galih.

"Hindari stres yang berlebihan yang bisa membuat Nyonya Aisyah merasa lelah dan frustrasi. Karena, hal itu bisa membuat kondisi janin memburuk,"saran dokter.

"Apa pertengkaran dan perdebatan bisa memicu stres wanita hamil?"tanya Galih. Dokter itu menghela napas dan sangat yakin hubungan Aisyah dan Galih tidak normal keduanya pasti terlibat pertengkaran hebat setiap hari, sehingga membuat ibu dan bayi terlihat sangat stres.

"Bisa dikatakan berdampak buruk pada wanita hamil. Jadi, tolong lebih berhati-hati dalam merawat wanita yang sedang hamil. Terutama tidak membuat dia stres dan frustrasi dalam menjalani kehidupan sehari-harinya,"Dokter berkata dengan sebelum pada akhirnya berpamitan pergi meninggalkan rumah tersebut. Di luar rumah, Galih nampak merenungkan setiap ucapan yang dokter sampaikan. Dia berpikir banyak hal tentang keselamatan keduanya tak ingin terjadi apa-apa kepada janin dan juga Aisyah.

Ketika Aisyah membuka matanya, dia melihat Reza dan Rezi yang tengah duduk di samping tempat tidurnya, menatapnya dengan sendu. Aisyah tersenyum tipis dan berusaha bangkit, kemudian bertanya pada kedua anaknya.

"Kenapa kalian tidak berangkat sekolah hari ini?"

Reza menjawab dengan nada kecil, "tidak ada yang bisa mengantar kami, Bunda. Dad ... Om Galih pergi sejak semalam dan belum kembali, dan hanya ada Bunda dan Bi Nastri di rumah." Mendengar itu, Aisyah merasa cemas dan bingung, tetapi dia berusaha menenangkan diri demi kedua anaknya.

Tak lama kemudian, pintu kamar terbuka dan Bi Nastri masuk sambil membawa nampan berisi obat dan sarapan untuk Aisyah.

"Bi Nastri, apakah benar Tuan Galih, pergi sejak semalam?" tanya Aisyah dengan nada cemas.

Bi Nastri mengangguk, "iya, nya. Tadi malam Tuan Galih keluar rumah tanpa memberi tahu ke mana tujuannya, setelah mengantar obat untuk Nyonya. Sampai sekarang belum ada kabar darinya." Aisyah merasa gelisah, tetapi dia mencoba menahan perasaan itu agar tidak mempengaruhi kedua anaknya.

Dia menerima obat dan sarapan dari Bi Nastri, lalu memeluk Reza dan Rezi erat-erat.

 "Jangan khawatir. Bunda ada di sini, bunda akan mengantar kalian ke sekolah." ucap Aisyah dengan lembut.

"Kalian pergilah mandi!"lanjut Aisyah. Reza dan Rezi hanya mengangguk lalu pergi meninggalkan kamar Aisyah.

"Nyonya, kata dokter Anda tidak boleh turun dari ranjang dulu. Karena, kondisi Anda masih lemah ditambah janin Anda dalam keadaan lemah. Semalam Saya mendengar percakapan Tuan dan dokter jika Anda harus istirahat selama seminggu ke depan,"ungkap sang pelayan sembari menundukkan kepalanya.

"Tidak apa-apa, Bi. Saya sudah sehat. Saya harus mengantar mereka ke sekolah,"

Bi Nastri, cemas melihat sikap keras kepala Aisyah yang tak mau mendengar apa yang dikatakan olehnya barusan.

Sementara itu, di sebuah apartemen mewah dan juga besar. Galih tertidur di sofa ruang tamu dengan satu kaki terangkat ke atas sofa dan mantel jas terbuang di lantai, sepatu serta kemeja terbuang begitu saja.

"Galih, bangun!"Charlie mencoba membangunkan Galih yang tertidur setelah datang dalam keadaan mabuk semalam.

"Galih, bangun! Barusan Nyonya Aisyah menghubungi ku mengatakan dia akan mengantar anak-anaknya ke sekolah dan meminta aku ke kantor lebih dulu. Kau harus bangun dan pergi dari sini!"titah Charlie yang sudah siap dan rapi dengan pakaian kerjanya. Galih masih menguap dan sesekali mengucek kedua matanya.

"Apa yang kamu katakan? Aku tak mendengar nya,"Galih bertanya dalam keadaan masih mengantuk dan sedikit pusing.

"Aku harus ke kantor. Nyonya Aisyah akan datang terlambat karena harus mengantar sekolah kedua anaknya. Jadi, kau harus pergi aku mau ke kantor,"

"Mengantar anaknya? Bagaimana bisa dia masih sakit. Dokter melarangnya untuk keluar rumah selama seminggu. Memang dasar keras kepala,"Galih bangkit dari tidurnya dan memungut pakaian yang berserakan di lantai lalu pergi begitu saja dari apartemen Charlie.

'Apa mengurus anak begitu merepotkan?' Charlie menggelengkan kepalanya melihat Galih yang pergi dengan langkah yang terburu-buru.

Aisyah baru saja selesai mengantar anak-anaknya ke sekolah dengan perasaan yang lega. Namun, begitu dia kembali ke dalam mobil, tiba-tiba perutnya terasa sakit yang tak tertahankan. Dia mencoba menahan rasa sakit itu, tapi semakin lama semakin tak bisa ditahan. Aisyah memutuskan untuk menepi sejenak untuk mencoba mengatasi rasa sakit yang mendera.

Setelah beberapa saat, Aisyah merasa sedikit lega dan memutuskan untuk kembali melanjutkan perjalanan ke rumah. Dia ingin segera sampai di rumah agar bisa beristirahat dan memulihkan diri. Tetapi, karena rasa sakit yang masih mengganggu, penglihatannya pun ikut terganggu.

Tak sadar, Aisyah tak melihat sebuah mobil yang melaju kencang dari arah berlawanan. Sebelum sempat menghindar, mobil yang dikendarai oleh Aisyah terhantam dengan keras oleh mobil yang melintas itu. Kecelakaan parah pun tak terelakkan.

Mobil yang dikendarai oleh Aisyah ringsek di pinggir jalan, sementara dia sendiri tergeletak dalam kondisi kritis di dalam mobil yang sudah tak berbentuk. Darah mengalir dari beberapa luka di tubuhnya, wajahnya memucat dan napasnya tersengal-sengal. Seorang saksi mata yang melihat kecelakaan itu langsung menelepon ambulans untuk segera menolong Aisyah.

Aisyah merasa sangat lemah dan pikirannya melayang. Dia merasa seperti mengepakkan sayap dan terbang ke langit yang tak bertepi. Tak lama, sirene ambulans terdengar, dan Aisyah segera dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan pertama. Kondisinya sangat kritis apalagi dalam Aisyah dalam keadaan hamil.

Galih yang juga melewati jalan yang sama tak sengaja melihat beberapa petugas kepolisian ada di TKP. Serta Galih melihat warna mobil yang sama dengan milik Aisyah langsung saja jantung Galih berdegup kencang. Pria itu cepat-cepat menepikan mobilnya dan turun dari mobil untuk memeriksa mobil siapa yang ada di depannya.

Dalam keadaan panik dan cemas secara bersamaan, Galih melangkah dengan tergesa-gesa menuju tempat kecelakaan yang baru saja terjadi. Setelah melihat mobil itu dari dekat, Galih langsung syok saat melihat plat mobil yang sama dengan milik Aisyah. Apalagi saat mendengar pihak kepolisian mengatakan yang kecelakaan seorang ibu hamil dan sudah dilarikan ke rumah sakit.

Tanpa membuang waktu lagi, dengan cepat Galih meninggalkan tempat itu dan pergi ke rumah sakit untuk melihat keadaan Aisyah, yang saat ini berada di ruang operasi. Pihak rumah sakit masih menunggu keluarga dari pasien agar bisa mengambil tindakan operasi.

1
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!