NovelToon NovelToon
My Perfect Husband

My Perfect Husband

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / nikahmuda / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Paksa
Popularitas:18.7k
Nilai: 5
Nama Author: Alfianita

Pernikahan memang sesuatu hal yang amat diinginkan oleh setiap orang. Namun, seorang gadis yang bernama Dania tidak menginginkan pernikahan yang terjadi.



Skandal pernikahan yang terjadi semata-mata hanya ingin memenuhi hutang sang Ayah nya.


"Saya siap menikah dengan putra Anda, Nyonya Sofia. Tapi saya mohon ... Jangan penjarakan Ayah saya!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfianita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

~MPH20~

...Kalau Calista takut disuntik sama pak dokter... Calista makan coklat koin dari kakak saja, dijamin rasa takutnya akan hilang. ...

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

“Gavin setelah ini tolong antar saya bertemu Mama ke rumah sakit ya! Soalnya saya lupa kalau ada janji sama Mama.” Dania tersenyum tipis.

“Bagaiamana Den? Apa Den Aryan mengijinkan?” tanya Gavin sebelum mengiyakan permintaan Dania.

Bagaimanapun juga Gavin harus melakukan tindakan sesuai perintah bos besar.

‘Apa aku iyakan saja. Tuhan, aku sungguh tidak yakin bisa berdua dengannya di kamar setelah kejadian tadi.’

‘Rasanya... begitu canggung.’

Sedetik kemudian, Aryan mengangguk pelan tanpa menatap Gavin maupun Dania. Setelah itu Aryan mendorong kursi rodanya masuk ke dalam rumah.

Sebelum Aryan jauh...

“Mas Aryan,” panggil Dania.

Aryan seketika menghentikan dorongan itu. Sepersekian detik kemudian Dania nampak berdiri di depannya. Hingga membuat Aryan mendongak dan menatap Dania.

“Salim dulu biar lebih afdol kalau bepergian.” Dania menyodorkan tangannya.

Tanpa sadar Aryan mengulas senyum tipis setelah Dania meraih tangannya lalu mencium punggung tangannya dengan penuh takzim.

“Maafkan aku atas kejadian tadi ya, Mas. Mungkin aku terlalu lancang, tapi paling tidak Dia kena mental.”

“Nia hanya tidak suka kalau Mbak Isabella terus menerus mengejek Mas Aryan. Hati Nia... hareudang.”

Begitulah cara Dania bersikap. Meskipun malu dan takut untuk menghadapi Aryan tapi nyatanya kata maaf telah terucap dari bibirnya.

Aryan mengernyit heran. Aryan pun sedikit mengagumi keberanian Dania. Tanpa disadari jantungnya kembali berpacu hebat saat Dania menatapnya dengan tatapan teduh.

Aryan merasakan kedamaian dalam hati saat menatap bola mata bulat milik Dania.

‘So cute...’

“Ya sudah Mas, Nia jalan dulu ya! Takutnya Mama sudah menungguku. Da... dah... My perfect husband.” Dania melambaikan tangan lalu berjalan menghampiri Gavin yang sudah standby di mobil.

Dan kini hati Aryan yang merasa hareudang. Degup jantungnya masih terasa berpacu hebat. Aryan memegang jantungnya yang hampir mencolos.

‘Ada apa ini? Kenapa dengan jantungku yang terasa tidak normal? Apa... aku mulai mengalami kelainan jantung?’

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Bu Ratih nampak mondar-mandir di depan rumahnya. Sesekali melihat ke arah ujung jalan yang nyatanya sepi.

Ada rasa khawatir yang tiba-tiba menyelimuti hatinya. Bu Ratih tengah menunggu kabar Pak Handoko yang pergi ke kota. Namun nyatanya setelah tiga jam berlalu Pak Handoko tidak memberikan kabar sama sekali. Hingga membuat Bu Ratih begitu gelisah.

“Kenapa Bapak belum ngasih kabar juga ya? Apa Bapak belum sampai di rumahnya Nyonya Sofia? Ah tidak, perjalanan menuju ke rumah Nyonya Sofia kan tidak terlalu jauh. Dan seharusnya Bapak sudah sampai di sana.”

Bu Ratih menautkan tangannya dan sesekali meremas nya dengan kuat. Bu Ratih sangat mencemaskan Pak Handoko, tapi yang bisa dilakukan Bu Ratih hanya menunggu saja.

Siang pun telah berlalu, dua anak Bu Ratih pun sudah pulang dari sekolah. Mereka yang baru saja tiba hanya saling pandang melihat sang Ibu yang mondar-mandir sambil menggigit bawah bibirnya.

“Assalamu'alaikum, Bu!” ucap salam keduanya bersamaan. Lalu menyalami Bu Ratih.

“Wa'alaikumussalam. Kalian sudah pulang,” ujar Bu Ratih.

“Iya, Bu. Tapi... kenapa Ibu sepertinya sedang gelisah seperti itu?” tanya Danu sebagai anak kedua.

“Ibu mengkhawatirkan Bapakmu...” Bu Ratih mulai menceritakan tujuan Pak Handoko.

“Mungkin sebentar lagi, Bu. Tunggu saja ya! Ibu yang sabar.” Danu berusaha menenangkan.

Bu Ratih mengangguk pelan.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Dania mengikuti Nyonya Sofia yang berjalan menuju ke ruangan para pasien. Hal itu dilakukan Nyonya Sofia untuk ikut memantau perkembangan pasien selama berada di rumah sakit nya.

Nyonya Sofia tidak mau jika para pasien yang melakukan rawat inap maupun tidak merasakan ketidaknyamanan saat berada di rumah sakitnya. Bagi Nyonya Sofia rasa nyaman dan pengobatan terbaik harus ada di rumah sakit yang didirikan keluarga Shamil.

Brukk!

Tiba-tiba seorang anak kecil perempuan telah menabrak Dania hingga membuat anak kecil itu jatuh.

“Adek. Ya Allah maafkan kakak ya! Kakak tidak sengaja,” ujar Dania menghampiri anak perempuan itu.

“Hiks... hiks... hiks...” Anak perempuan itu menangis tersedu.

“Loh kok nangis sih! Cup cup Dek, maafkan kaka ya! Apa ... ada yang sakit?” tanya Dania sedikit khawatir jika saja anak perempuan itu sakit karena jatuh.

“Hiks... hiks... hiks...” Anak perempuan itu masih menangis sambil menggeleng.

“Terus adek kenapa kok menangis? Cerita sama kakak,” titah Dania.

Namun anak perempuan itu masih bungkam dengan tangisnya yang masih terisak. Dania yang merasa bersalah berusaha untuk sabar saat menenangkan tangis anak perempuan itu.

“Ikut kakak ke taman yuk!” ajak Dania kemudian.

Bukan Dania jika mudah menyerah. Dania menggandeng tangan anak perempuan itu untuk menepi. Dan pilihan Dania tepat di taman. Meskipun ramai, tetapi paling tidak tak akan ada yang mendengarkan pembicaraan mereka.

Dania mengajak anak perempuan itu duduk, lalu Dania memberikan sesuatu yang membuat tangis anak itu mereda.

“Kakak punya coklat. Ambil saja kalau adek mau! Tapi... adek harus cerita sama kakak kenapa adek menangis.” Dania berusaha untuk bernegosiasi dengan anak itu.

Anak perempuan itu menatap Dania yang mengulas senyum ramah padanya. Setelah itu anak perempuan itupun mengangguk sambil mengambil coklat koin berbungkus emas di telapak tangan Dania.

“N-nama saya... Calista, Kak,” anak itu masih sesenggukan. “Calista tidak mau disuntik sama pak dokter. Calista takut.”

Dania tersenyum begitu manis mendengar penuturan Calista dengan wajah yang begitu imut dan lucu.

Calista yang masih berusia enam tahun itu melakukan pemeriksaan rutin di rumah sakit. Tetapi sering saja menangis dan berlari saat bertemu dokter.

Dania mengusap puncak kepala Calista dengan lembut. Dania merasakan dadanya tiba-tiba sesak, sesaat bayangan Dewi menari-nari di pelupuk matanya.

“Calista tidak boleh takut dong! Calista kan anak pintar dan penurut jadi, harus kuat menghadapi dokter.”

“Kalau Calista takut disuntik sama pak dokter... Calista makan coklat koin dari kakak saja, dijamin rasa takutnya akan hilang.”

Binar mata Dania memancarkan rasa semangat agar Calista bisa mempercayainya. Setelah hati Calista luluh Dania mengantarkan Calista menuju ke ruangan tadi. Dimana Calista harus melakukan pemeriksaan rutin.

‘Psikiater?’

Dania membulatkan matanya, ia tidak mengerti kenapa Calista harus melakukan pemeriksaan di ruangan psikiater. Sedangkan yang Dania tahu Calista masih kecil dan sangat dirasa tidak mungkin mengalami gangguan mental.

“Calista masuk gih! Ingat pesan kakak tadi ya,” ujar Dania sambil mengulas senyum.

Calista mengangguk antusias.

Dania hanya melihat dari balik jendela. Di sana hanya ada seorang perempuan paruh baya yang nampak khawatir.

“Dania, ternyata kamu disini.” Nyonya Sofia merasa lega setelah menemukan Dania.

“Iya Ma, maaf tadi Dania kehilangan jejak Mama.” Dania menjawab sambil nyengir.

“Ya sudah tak apa. Ayo sekarang kita pulang! Sudah waktunya kamu melayani suamimu lagi,” ucap Nyonya Sofia sambil tersenyum bahagia.

Dania mengerjap ngerjap sejenak. Ucapan Nyonya Sofia kembali memutar dalam pikirannya, hal itupun mengingatkan Dania akan kebodohannya tadi.

Dengan helaan napas panjang Dania mengekori Nyonya Sofia dari belakang. Dan di belakang Dania ada Gavin yang setia menjaga dan melindungi keduanya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Sebuah mobil dan motor tengah melaju dari atas yang sama. Pengendara motor karena nampak terburu-buru tiba-tiba saja menginjak pedal gas hendak menyalip mobil di depannya. Namun sang pengendara motor tidak tahu jika di depannya ada sebuah truk, sehingga pengendara motor menyenggol bagian depan mobil itu.

Braakkkk!

Tiba-tiba teriakan histeris telah terdengar setelah melihat pengendara motor tertabrak mobil dan terpental agak jauh. Seketika itu juga darah segar mengalir ke aspal.

Namun, mobil yang menabrak justru kabur dan tidak memberikan pertolongan. Ya setidaknya menghubungi polisi setempat jika ada kecelakaan lalu-lintas.

“Tolong! Tolong!”

Bersambung...

1
Alfiatul Khoiriyah
Kecewa
Alfia Nita: kecewa dimana nya kak?
total 1 replies
Alfiatul Khoiriyah
Buruk
Alfia Nita: oh iya kak, tidak apa-apa kok. Terima kasih sudah mampir/Kiss/
Alfiatul Khoiriyah: ceritanya bagus kok, cumak waktu kasih penilaian sinyal agak loading
jadi maaf y kak
total 4 replies
Fitri Nur Hidayati
hilang malunya y niaa.
Fitri Nur Hidayati
isabella dipanggil Bella, jadi pacarnya Raka sekarang y thor
Alfia Nita
Terima kasih Kak🥰
Fitri Nur Hidayati
wow tajam.banget ucapannya dania. tapi it's oke lah. kan si aryan nya juga galak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!