Dikhianati dan ditinggalkan membuat Alisya tak menghentikan tekadnya untuk tetap menjadi seorang Bodyguard, meski profesi itulah yang menyebabkannya putus dari sang kekasih. Di saat yang sama takdir mempertemukan Alisya dengan seorang klien bernama Virza. Namun, Siapa sangka bila kedatangan Alisya ke perusahaan Virza memiliki maksud dan tujuan tertentu hingga membuat Alisya terjebak pernikahan kontrak dengan Virza.
Akankah nyawa Alisa tertolong di saat jatuh ke dalam tebing dengan kedalaman 30 meter?
Apakah Virza dan Alisya akan tetap bersama ketika mantan kekasih masa lalu mereka membuat rencana untuk memisahkan keduanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arrafina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penilaian Alisya
"Bisakah kau mendekat sedikit lagi," pinta Alisya masih sibuk melepaskan kalungnya.
Merasa sedikit risih dan tak nyaman karena posisinya mereka yang begitu dekat membuat Virza seolah tak kuasa menahannya hingga pria itu sontak berkata, "Apakah masih lama? Bagaimana kalau kalungmu digunting saja aku sudah lelah menunggunya."
"Enak saja, sekaya apa pun kau tak akan mampu mengganti kalung ini karena kalung ini adalah pemberian ayahku," ketus Alisya sebal.
Virza terdiam seketika hingga tanpa sadar kini dia telah mendaratkan bibirnya ke bibir ranum Alisya.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Alisya melotot dan tak rela.
"Kau terlalu berpikir kotor padaku," jawab Virza dan langsung melepaskan sentuhan hingga akhirnya kalung itu pun terlepas.
Beberapa kali Alisya menelan salivanya kasar, dia tidak menyangka bila Virza akan menciumnya tadi. Meski tidak lama namun sentuhan itu mampu membuat sengatan listrik yang menyambar ke seluruh tubuhnya.
Suara dering ponsel Virza membuat lamunan Alisya buyar, dia melirik pria itu yang berjalan keluar ruangan. Memastikan Virza benar-benar sudah keluar, Alisya menghembuskan napas kasarnya. "Apa yang aku pikirkan? Apa aku sudah gila, mana mungkin dia menyukaiku," gumam Alisya mengusap-ngusap bibirnya berharap bekas sentuhan tadi hilang.
"Kenapa kau memegang bibirmu?" tanya Virza ketus.
Alisya sontak terkejut dan langsung memalingkan wajahnya, dia membujuk Virza akan bisa pulang dari runah sakit. Sungguh berada di rumah sakit sangat membosankan.
"Tidak, Sya. Kau harus istirahat dulu sampai wajahmu itu tak terlihat lebam lagi. Aku malu bila wajah istriku penuh luka lebam bisa-bisa aku disangka orang melakukan kekerasan dalam rumah tangga."
Tak lama dokter pun tiba sambil memeriksa Alisya, dengan berat hati sang dokter pun meminta Alisya untuk dirawat sehari lagi sampai kondisinya benar-benar pulih apalagi sejak kejadian itu ada terbesit sebuah trauma yang mendalam bagi Alisya.
Malamnya Alisya berusaha terpejam ingin melupakan kejadian yang menimpanya namun matanya enggan untuk terpejam hingga dia mencoba memaksakan diri untuk terpejam hingga beberapa setengah jam kemudian Alisya menjerit histeris hingga membuat Virza yang sudah tertidur pulas sontak terbangun, "Ampuni aku!" ucapnya berulang kali dengan mata terpejam dan tubuh peluh keringat.
"Alisya kau kenapa?" Virza beranjak dari duduknya dan langsung mendekati Alisya yang masih dalam kondisi terpejam dengan mengucap kalimat itu berulang kali.
Pria manik mata biru itu mencoba menyadarkan Alisya dengan menepuk-nepuk pipinya peln namun Alisya tak juga sadar hingga dia memberanikan diri untuk meraih tangan Alisya yang sudah gemetar namun tak lupa sebelumnya dia memanggil dokter. Sungguh Virza sangat takut sekali.
"Apa yang terjadi, Dok?" tanya Virza khawatir.
"Sepertinya kejadian yang menimpanya sungguh membuatnya trauma, aku sudah memberinya obat penenang agar dia tak bermimpi buruk lagi."
"Terima kasih, Dok." Virza duduk di atas brangkar dan kini berbaring di sebelah Alisya. Dia takut bila perempuan itu akan ketakutan seperti tadi hingga membuat Virza bingung ahrus berbuat apa.
Virza memeluk tubuh Alisya dengan erat di keheningan malam itu, masih terjaga hingga terus membenarkan rambut Alisya yang menutupi wajah cantiknya. "Aku berjanji akan membuat pria itu mendapat hukuman terberat," gumamnya seraya membelai rambut Alisya lembut.
Matahari yang kini telah masuk menyilaukan mata kedua sejoli yang masih tertidur dengan posisi ternyaman hingga mata Alisya perlahan mengerjap dan mendapati seorang pria yang kini ada di depannya, "Apakah sepanjang malam dia terus menjagaku seperti ini?" Alisya tersenyum tipis, dia masih ingat betul bagaimana Virza memukul pria hidung belang itu hingga babak belur dan andai saja Virza tak datang hari itu maka nasibnya akan benar-benar nahas.
"Mending aku terjerat dengannya daripada pria tua itu," gumamnya pelan dan hendak melepaskan pelukan Virza namun tangan pria kekar itu menahannya.
"Apa kau yakin dengan ucapanmu itu," ucap bariton khas Virza menatap Alisya yang baru saja menoleh ke arahnya.
"Apa kau mendengar apa yang aku katakan?"
"Tentu saja."
Virza tersenyum tipis dan melepaskan pelukannya karena melihat Alisya yang nampak gelisah, "Apa kau ingin ke toilet?"
Alisya mengangguk pelan dan tanpa persetujuan Alisya, kini perempuan itu sudah berada di dalam gendongan Virza, "Buanglah hajatmu aku akan menunggumu di sini karena aku takut kau akan kenapa-kenapa."
Terkadang Virza bersikap begitu manis dan baik namun terkadang dia sedikit kasar dan arogan. "Sungguh aku tak tahu rupa asli pria ini." Alisya berkata dalam hati karena dia tidak ingin sampai Virza mendengar ucapannya seperti tadi.
Usainya Virza membaringkan tubuh perempuan itu di atas pembaringan dan meminta Alisya untuk bersiap karena dokter bilang dia sudah boleh pulang dari rumah sakit. "Oh ya, mama tadi telepon dia ikut iba dengan kondisimu namun beliau tidak bisa datang membesuk karena harus menjalani perawatan di sana."
"Iya, aku paham kok. Lagian aku tak terluka parah dan aku tidak ingin merepotkan mama."
"Dia seperti itu karena dia merasa peduli padamu." Virza berjalan menuju ke kamar mandi dan melihat itu membuat Alisya bergegas cepat untuk mengambil pakaian ganti yang telah disiapkan Virza tadi.
Sedikit sulit untuk memasang dress panjang itu hingga membuat Alisya harus berdiri, baru saja hendak berdiri perempuan itu sempoyongan karena kakinya tak bisa menahan bobot berat tubuhnya.
Beruntungnya Virza segera datang dan menangkap tubuh Alisya hingga dia tak jadi jatuh. "Kenapa kau tidak bilang jika ingin mengganti pakaian," desisnya sebal akrena Alisya sering bertindak ceroboh.
"Aku tidak ingin terus merepotkanmu, Za." Alisya memberanikan diri menatap lawan bicaranya yang nampak tampan sekali.
Virza mengambil dress tersebut lalu membantu Alisya untuk mengenakannya, "Duduklah dahulu aku akan mengambil sepatumu." Pria itu juga memasangkan sepatu untuk Alisya.
"Aku bisa sendiri, Za. Aku bukan anak kecil lagi."
"Aku senang sekali kau memanggilku Za, mau bagaimanapun aku ini suamimu sekarang. Bukannya anak kecil hanya saja karena kakimu terluka aku pasti akan membantumu."
Tak lama Boy datang dengan membawa kursi roda, "Untuk apa kursi roda?" tanya Virza bangun dari duduknya.
"Bukankah Alisya tak bisa berjalan jadi aku mengambil ini agar kakinya tidak sakit bila kita terus memapahnya."
"Terima kasih, Boy. Kau sungguh perhatian sekali padaku," puji Alisya tersenyum hangat ke arah Boy.
Virza yang melihat itu merasa jengah hingga tanpa sadar kini tubuh Alisya sudah melayang di udara, "Ehh... eh.." Alisya berkomentar karena dia merasa malu bila semua orang melihatnya seperti itu.
"Apa kau pikir ototku tak kuat menggendong istriku sendiri," celetuk Virza sebal.
"Kau tebus obat di apotik sekarang, aku tak mau menunggumu lebih lama lagi." Virza keluar sambil menggendong Alisya, meski semua mata tertuju pada mereka pria brondong itu tak menghiraukannya. Saat ini yang utama dia pikirkan adalah kesehatan Alisya.
Sungguh tindakan Virza membuat Alisya bertanya-tanya dalam hati. "Harus bagaimana aku menilaimu."
Makasih kk udah mau baca novelku dan salam kenal kk...
jika Author buat novel kedua, ditunggu like dan komentny yakkk...
Doakan Author lancar lahirannya, salam kenal buat pembaca semuanya🙏🙏😘😘😘🥰🥰
Salam kenal ya kk🙏😘