"Aku dibenci nggak mati, kamu gak suka aku juga nggak tutup usia, selagi rasa nggak suka dan bencimu tidak menutup pintu rezekiku, aku tidak perduli." celetuk Joanna Eden dengan tatapan santai seolah tanpa beban dosa.
Awal mulanya dia masuk kedalam dunia mafia hanya karena sebuah misi pertolongan dengan membantu kakaknya Jordan Eden yang berprofesi sebagai anggota Kepolisian untuk melakukan tipu daya agar bisa meringkus seorang Bos Mafia, tapi siapa sangka hal itu justru membuat Joanna terjerumus dalam gelombang asmara, lalu bagaimanakah kisah cinta Joanna? akankah dia bahagia atau nyawa yang akan jadi taruhannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iska w, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20.Filosofi Kopi
Semenjak masuk kedalam dunia mafia, bukan hanya Joanna Eden yang hidupnya bagai terombang-ambing dalam permainan roller coaster, namun Jordan Eden dan Ghavin pun seolah ikut jungkir balik karenanya.
"Bagaimana ini, apa aku langsung kerahkan pasukan khusus saja untuk mengawal Anna?" Ucap Ghavin yang mulai menyingsingkan sarungnya dan akan segera bertindak.
"Jangan, nanti aku bisa langsung ketahuan." Anna langsung mencegahnya.
"Bukannya kamu sendiri yang bilang kalau sudah ketahuan?" Jordan malah bingung sendiri melihat tingkah adiknya.
"Itu belum pasti dan aku harus memastikan hal itu lebih dahulu."
"Tapi Dek, nyawamu bisa terancam kapan saja jika kamu ceroboh dalam mengambil langkah?" Jordan tidak ingin sekedar menghibur kali ini, karena resikonya memang sangat besar.
"Aku tahu, karena semenjak berhubungan dengan bos mafia itu, hidupku sudah beresiko." Anna pun sebenarnya sudah menyadari hal itu, namun karena sudah setengah permainan akan sulit baginya mundur begitu saja.
"Anna!" Ghavin yang bertanggung jawab dalam hal ini pun semakin merasa bersalah.
"Semua sudah terlanjur, aku mundur atau tidak, Bos Mafia itu pasti akan tetap mengincarku, karena aku sudah berani mengusik kehidupannya, jadi lebih baik kalian waspada saja, aku akan segera menghubungi kalian setelah memastikan hal ini nanti." Anna memilih mengambil nafas dalam-dalam, dan sedikit menepikan rasa takutnya.
"Dek, maafkan Abang." Jordan kembali memeluk adik perempuannya, andai orang tuanya masih hidup, mereka pasti murka saat tahu Jordan melibatkan adiknya dalam pekerjaan yang berbahaya.
"Bukan, semua ini salahku." Ghavin semakin tidak enak hati jadinya, karena memang ini permintaannya sedari awal.
"Tidak perlu saling menyalahkan, kalian hanya perlu berdoa saja, semoga aku masih bisa menemani hidup kalian lebih lama lagi."
"ANNA!" Teriak Jordan yang seolah tidak suka mendengarnya.
"Aku bercanda Bang, aku akan berusaha semaksimal mungkin."
"Tapi--"
Tin
Tin
Tin
"Apa itu dia? Kenapa cepat sekali, apa mereka tadi sebenarnya membuntutiku?"
Anna mulai berlari kearah jendela kaca rumahnya, untuk mengintip siapa yang ada diluar sana dengan diikuti Jordan dan Ghavin yang turut mengintip dan menyandarkan kepala mereka berurutan diatas kepala Anna.
"Dek, tunggu!"
Brak!
"Apalagi Bang, Bos Mafia itu bukan tipe orang yang penyabar." Ucap Anna sambil mendorong tubuh kedua pria tampan itu bahkan sampai terjengkang kebelakang.
"Tekan tombol satu di ponselmu, jika terjadi hal darurat dan ingat, Abang akan mengawasimu dari jarak jauh, jadi jangan takut, okey?"
"Hmm, aku pergi Bang."
Suasana saat itu terlihat sangat haru sekali, seolah Anna akan pergi berperang dengan resiko mati sahid dalam medan pertempuran.
Helaan nafas Anna terlihat sangat berat sekali, saat dia mulai melangkahkan kakinya keluar dan melihat mobil mewah Jay sudah terparkir rapi didepan rumahnya.
"Jadi ini rumahmu?" Tanya Jay yang sudah berdiri menunggu, dengan menyandarkan tubuhnya dimobil sambil bergaya.
"Bu-bukan." Jawab Anna dengan sedikit lirikan.
"Lalu untuk apa kamu kemari, bukannya kamu bilang tadi akan pulang kerumah, berani-beraninya kamu membohongiku, hah!" Nada suara Jay mulai naik saat Anna hanya menundukkan kepalanya.
"Tapi ini--"
"Cepat naik mobil sekarang juga!" Dia ingin menginterogasi Anna habis-habisan, namun dia juga malas jika harus membuat keributan dimalam hari dan menimbulkan keramaian warga.
"Ke-kemana?" Tanya Anna yang semakin gugup saja.
"Ke rumah masa depanmu!" Dia membuka pintu mobilnya dan mendorong tubuh Anna agar segera memasuki mobilnya.
Habislah aku, apa rumah masa depan yang dia maksud adalah Kuburan?
"Aku belum mau mati." Celetuk Anna tanpa sadar.
"Memangnya siapa yang menyuruhmu mati, hah!" Jay ingin tertawa, namun ini bukan waktu yang tepat menurutnya.
"Lalu aku akan dibawa kemana?" Anna menarik ujung kemeja milik Jay, yang membuat wajahnya semkain terlihat imut dimata Jay.
"Kamu akan tahu nanti, jadi siapkan dirimu!" Jay langsung melengos, takut jika tidak bisa menahan diri saat melihat bibir manyun Anna.
"Maaf, kita akan pergi kemana Sir?" Tanya anak buah Jay dari kursi kemudi.
"Pergi ke MBS sekarang juga!"
"MBS? Dengan nona ini?" Anak buah Jay itu sedikit terkejut, pasalnya dia yang sudah bertahun-tahun menjadi anak buah kepercayaan Jay saja, belum pernah diperbolehkan masuk ke MBS pikirnya, sedangkan Anna belum kenal lama.
"Cepat berangkat, jangan banyak tanya!"
"Baik Sir."
Setelah percakapan singkat itu, Anna tidak lagi berani banyak bertanya, sedangkan Jay pun memilih diam saja, duduk menyilangkan kakinya dengan lengan kirinya dia letakkan dibelakang kursi Anna.
"Oh, ternyata balik kerumah anda lagi, apa ada yang tertinggal." Celetuk Anna dengan santai, saat dia melihat mobil itu masuk ke Markas itu kembali.
"Kamu akan tahu nanti." Jawab Jay yang seolah tanpa ekspresi.
Kelinci imut aman Bang, juragan roti sobek hanya membawanya kembali, mungkin dia masih rindu, si kelinci yang satu ini emang ngangenin, haha! Oh ya, jangan balas pesanku, Abang carikan saja kelinci imut ini kandang baru sekarang juga dan segera kirimkan alamatnya, agar dia tidak curiga lagi.
Anna sempat mengetik dan mengirimkan pesan kepada Abangnya, agar mereka tidak terlalu khawatir dengannya, namun setelah terkirim dia segera menghapus pesan itu, agar tidak ada jejak.
"Eh, dimana ini?" Anna yang mengira tempat itu tidka terlalu luas sedikit terkesima saat Jay membawanya menyusuri sebuah lorong.
"Masuklah." Jay memajukan dagunya agar Anna membuka sebuah pintu kayu yang terlihat biasa pada umumnya.
"Hah, anda ingin mengajakku langsung masuk kamar?" Tanya Anna yang sebenarnya hanya was-was saja, mencoba melihat kearah kanan-kiri, siapa tahu menemukan jalan untuk kabur nantinya.
"Diamlah, ikuti saja perintahku!"
Klek!
Namun saat pintu itu terbuka, ternyata dalamnya bukan kamar namun sebuah lift kaca disana.
"Heh, aku baru tahu kalau ruangan ini ada liftnya, perasaan rumah anda tidak bertingkat bukan?" Anna benar-benar terkesima namun merasa ada yang janggal disana.
Grek
"Eh, kenapa liftnya turun?" Dan dia semakin dibuat kaget, saat lift itu turun kebawah. Karena ternyata rumah itu tidak tingkat keatas, tapi kedasar tanah.
Ting
Ketika pintu lift itu terbuka, Anna hanya bisa melongo saat melihat ruangan yang sangat indah dengan dikelilingi tembok kaca yang kokoh, disana tidak terlihat pengap seperti ruangan bawah tanah lainnya.
"Menginaplah disini malam ini, bukannya kamu tidak punya rumah." Ada beberapa ruangan didalam MBS dan semua pintu menggunakan akses digital tersendiri.
"Aku punya rumah kok." Jawab Anna yang terus saja mengikuti kemana langkah Jay.
"Lalu kenapa kamu pulang kerumah pria lain, apa kamu selingkuh, hah?"
Heh selingkuh? Apa kalau masih gebetan bisa dikategorikan selingkuh?
"Pria lain siapa?" Tanya Anna perlahan sambil mengamati wajah Jay yang tiba-tiba terlihat memerah.
"Anna, berani-beraninya kamu membohongiku, apa kamu punya nyawa cadangan, hah?"
"Te-tentang apa?" Anna mulai mengepalkan kedua tangannya.
"Siapa dua pria itu?"
"Du-dua pria yang mana?" Tanya Anna dengan suara yang sudah terlihat bergetar.
"Bukannya kamu sendiri yang bilang kalau kamu ini masih jomblo, lalu siapa pria itu, kenapa kalian bisa sampai berpelukan, apa kamu sedang mempermainkan aku sekarang?"
"Hah? Maksudnya?"
"Lihatlah foto ini, apa ini sudah cukup membuktikan bahwa kamu adalah gadis pembohong?" Jay menunjukkan satu foto dari galeri ponsel miliknya.
"Hehe, dia Abangku!"
Anna akhirnya bisa tersenyum lega, saat foto Jordan dan Ghavin tidak terlihat begitu jelas disana, dan penampilan mereka juga terlihat berbeda karena menggunakan pakaian rumah yang sangat sederhana, terlihat sekali foto itu diambil dari jarak jauh.
"Abang darimana, jangan coba-coba membohongi aku lagi." Tanya Jay sambil menarik dagu Anna agar melihat kearahnya.
"Dia Abang kandungku dan itu rumahnya, aku hanya ingin mengunjunginya saja tadi." Ucap Anna, dia akan berpura-pura tidak tinggal disana, agar Jay tidak mengusik rumah itu lagi.
"A-abang?" Jay tidak melihat satu kebohongan dari wajah Anna saat mengakui pria itu adalah Abangnya, karena memang itu kenyataannya.
"Hm, kedua orang tuaku sudah meninggal sejak lama dan aku hanya tinggal punya mereka saja sekarang, karena mereka yang merawat aku, menjaga aku sampai kini aku tumbuh dewasa dan bisa hidup mandiri."
Grep!
Tanpa menunggu jeda, Jay langsung memeluk tubuh Anna, apalagi saat mendengarkan cerita hidupnya yang menjadi gadis yatim piatu sejak lama.
"Kamu punya aku sekarang."
"Eh, maksudnya apa ini.. emh?"
Cup
Didalam keterkejutan Anna, dengan santainya Jay mulai menghimpit tubuh Anna dan mulai membasahi bibirnya dengan menggunakan bibir Anna, bahkan memperdalam ciumannya walau Anna masih seperti patung manekin yang sama sekali tidak bergerak.
Omo? Aigo? Apa ini artinya aku berhasil menjadi gadis penakhluk Bos Mafia, wah.. ternyata sama halnya dengan pahitnya rasa kopi, pahitnya hidup itu sebenarnya juga bisa dinikmati, tergantung bagaimana kita menyikapinya, contohnya hubungan asmara dengan mafia, haha.
Anna masih membiarkan sosok Jay terus menguasai bibirnya dalam diam, walau batinnya sudah menari-nari indah ditaman hati.
semangat berkarya thor...
ditunggu karya selanjutnya
yaaaa aammpuunnnnn...
kocak abiz mereka itu...
btwxakhirnya up date...
mkasi byak ya aa kaakkkk
❤❤❤❤