(Identitas Tersembunyi) Inarah yang biasa di sapa Nara sudah dari dulu tak mengikuti jejak sang kakak dan sang adik yang masuk pondok pesantren, Nara memilih sekolah di SMA milik sang kakek.
Tak ada yang tau bahwa Nara adalah cucu dari pemilik SMA karena Nara memang tak menyombongkan diri, bahkan Nara yang penampilannya seperti anak pesantren justru menjadi hinaan oleh teman-teman sekolahnya dan jadi korban bullying.
Tapi itu hanya sesaat, ketika Nara sudah lelah berpura-pura menjadi lemah kini taring yang selama ini di sembunyikannya pun keluar juga bahkan membuat para bullying jadi ketakutan.
Ikuti ceritanya Nara?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hafizoh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Nara terbangun ketika mendengar suara adzan berkumandang, Nara pun beranjak lalu turun dari tempat tidur dan menuju kamar mandi ingin mengambil air wudhu untuk menunaikan ibadah sholat ashar.
Selesai sholat Nara duduk di depan meja rias melihat HP-nya yang tergeletak disitu, ada sebuah pesan video masuk di aplikasi h1jau dari Erika, karena penasaran Nara segera memutar video rekaman itu.
Di dalam video itu Nara melihat Selina dan dua temannya sedang menggaruk tangan mereka, mirip seperti monyet begitulah caption dari Erika, Nara hanya tersenyum melihat video tersebut.
Apalagi Nara sudah bisa menebak itu akan terjadi pada mereka bertiga, melihat wajah menyedihkan dari Selina dan dua temannya, terlintas ada sebuah ide di pikiran Nara untuk mengerjai ketiganya.
.
.
Keesokan paginya, Nara sudah di jemput oleh Mang Udin di kediaman sang kakek dan sang nenek untuk pulang. Setelah sarapan Nara pamit terlebih dahulu pada sang kakek dan sang nenek, Nara pun pulang ke rumah.
Tiba di rumah Nara bergegas masuk ke dalam kamarnya, menyiapkan buku yang akan Nara perlukan untuk mata pelajaran hari ini, di masukannya ke dalam tas miliknya yang sudah ada di kamarnya.
Pasti Mang Udin yang telah membawakan tasnya kemarin, setelah siap Nara segera keluar dari kamar menuju ruang makan hendak pamit dengan kedua orang tuanya, tapi sepertinya keduanya masih sibuk.
Sehingga tak ada orang di meja makan, Nara pun memilih langsung keluar rumah dan hendak segera berangkat ke sekolah, hari ini Nara ingin berangkat lebih pagi karena ada sesuatu yang ingin di kerjakannya.
"Mang Udin, kita berangkat ke sekolah sekarang" pinta Nara
"Loh, non. Gak pamit dulu dengan Tuan dan Nyonya dulu?" tanya Mang Udin bingung
"Hari ini Nara pamit 0nline aja, Mang"
"Baiklah, non" jawab Mang Udin mengalah
Sesampainya di sekolah yang masih sangat sepi, Nara turun lalu melangkah ke bagasi mobil menurunkan semua peralatan yang di bawanya tadi, kemudian di bawa Nara masuk ke dalam sekolah.
Tempat pertama kali yang di tuju Nara adalah kamar mandi perempuan, dengan bantuan Mang Udin. Nara mengisi tiga ember besar dengan air, lalu di letakkannya di atas pintu keluar masuk kamar mandi.
Di bagian atas ada tempat untuk meletakkan tiga ember besar itu, Nara mengikat tiga ember besar itu mengunakan tali. Talinya Nara sembunyikan di tempat yang tak terlihat, lalu Nara ikat pada besi yang ada di bawah.
Setelah apa yang Nara perlukan selesai, Nara mempersilahkan Mang Udin untuk pulang ke rumah dan melanjutkan tugasnya yang lain. Nara berjalan di koridor sekolah sendirian, karena sekolah memang masih sepi.
Nara masuk ke dalam kelas XII.IPA.2 lalu menuju tempat duduk Selina dan dua temannya, Nara mengambil permen karet yang habis di kunyahnya lalu di letakkannya di bangku ketiganya.
Setelah itu Nara keluar dari kelas XII.IPA.2 dan menuju kelas X.IPA.1 yang ada di pojok dekat kantin, tiba di dalam kelasnya Nara langsung menuju tempat duduknya lalu meletakkan kepalanya di atas meja.
Semalam Nara tidur begitu larut karena memikirkan rencana untuk balas dendam pada Selina dan geng-nya, sehingga kedua matanya terasa berat pagi ini dan Nara menyempatkan untuk tidur sebentar.
Suara ribut di luar kelas membangunkan Nara dari tidurnya, Nara mengerjapkan kedua matanya lalu melirik jam dinding yang ada di atas papan tulis, ternyata sudah lima belas menit Nara tertidur.
Kelasnya masih kosong, namun di luar kelas orang-orang berkumpul. Nara bisa menebak apa yang terjadi saat ini, tapi meski begitu Nara tetap keluar ingin memastikan lebih jelas apa yang terjadi.
Nara berbaur dengan murid-murid lainnya, ujung sudut bibir Nara terangkat ketika melihat Selina dan dua temannya yang wajah serta tangan mereka memerah bahkan lecet-lecet akibat kena garuk.
"Ihh, kok mereka jadi serem gitu ya"
"Itu mungkin karma mereka yang suka membully murid lemah"
"Iya, kenah karma tu"
Berbagai cibiran lainnya terdengar, sedangkan ketiga orang yang jadi bahan omongan itu hanya bisa menunduk menyembunyikan rasa malu dan menahan amarah, Selina berjalan lebih dulu memimpin dua temannya.
Berjalan dengan menunduk melewati kerumunan murid-murid yang tengah mencemooh mereka, Selina menebalkan wajahnya lalu berjalan lebih cepat untuk masuk ke dalam kelasnya.
Meski sudah di dalam kelasnya banyak yang masih mengikuti mereka, ketiganya duduk di bangku mereka. Karena terburu-buru mereka bertiga tak menyadari kalau telah menduduki bekas permen karet di bangku mereka.
"Ini baru permulaan Kak Selin, masih banyak kejutan yang akan aku berikan padamu" gumam Nara kemudian masuk kembali ke dalam kelasnya
Waktu seakan begitu cepat bel istirahat pun berbunyi, tanda kantin akan segera ramai dengan serbuan seluruh murid SMA tersebut, Erika sudah meluncur lebih awal dari pada menunggu Nara untuk makan bersama.
Nara keluar dari kelas lalu memilih duduk di tempat duduk yang ada di koridor sekolah, Nara sengaja duduk disitu karena ingin menunggu Selina dan dua temannya keluar dari kelas mereka.
"Hahaha"
Orang-orang menertawakan Selina dan dua temannya, bukan karena wajah mereka saja orang-orang tertawakan tapi kali ini mereka menertawakan rok sekolah mereka yang ada bekas permen karet.
"Wah, selain wajah kalian yang mengerikan sekarang kalian juga berubah jadi manusia jorok. Menjijikkan sekali" kata Salah satu murid sembari tertawa terbahak-bahak
"Mana katanya cantik anti badai? Iiuhh gitu"
"Menjijikkan"
"Jorok"
Kata-kata umpatan terus terdengar di telinga Selina membuat telinganya memanas, andai saja Selina tau cara mengatasi gatal yang di deritanya pasti wajahnya takkan berubah jadi mengerikan sekarang.
Saking kesalnya Selina berjalan mendahului Sofia dan Salwa, hal itu membuat keduanya bisa melihat dengan jelas ada bekas permen karet di rok sekolah Selina, Sofia langsung mengejar Selina.
"Selina di rokmu, ada bekas permen karet" kata Sofia, dalam hati Sofia baru sadar dengan kata-kata orang mengatakan jorok.
Dengan Sofia berlari, Salwa juga melihat ada bekas permen karet di rok sekolah Sofia. Salwa hendak mengejar dan memberitahu, namun sebelum itu Salwa mengecek rok sekolah apakah ada bekas permen karet juga.
"Ahhh, menjijikan sekali" pekik Salwa melengking membuat Selina dan Sofia menoleh ke belakang
"Ada apa?" tanya Selina
"Lihat di rok kita ada bekas permen karet, menjijikan sekali bukan?"
Keduanya juga terkejut dan merasa jijik melihat bekas permen karet di rok mereka. Ketiganya berjalan menuju kamar mandi, berniat membersihkan bekas permen karet itu dari rok mereka.
kalau di dunia nyata ya langsung sdh ambil tindakan berurusan dgn pihak yang berwajib.