Amira mendapat kenyataan bahwa suami yang dia cintai ternyata hanya memanfaatkan dirinya demi kepentingan keluarganya yang selalu menggantungkan hidup mereka kepada Amira yang merupakan pewaris dari sebuah perusahaan besar setelah ayahnya meninggal karena kecelakaan. Apa yang akan di lakukan oleh Amira kepada suami dan keluarga benalunya saat Amira tahu kalau Alvin sang suami ternyata diam-diam punya istri baru bahkan sudah punya anak berusia 3 tahun?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur hapidoh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Saat ini Amara sedang berhadapan dengan Abimana yang dengan setia terus menunggunya dan mendampingi wanita yang saat ini sedang berjuang untuk mendapatkan kembali harga dirinya sebagai seorang wanita.
Amara sudah memutuskan untuk bertindak tegas kepada Alvin maupun seluruh keluarganya yang selama ini selalu menjadikan dirinya sebagai ATM yang berjalan.
"Entah kenapa sampai saat ini hatiku masih merasa sakit. Saat aku mendengar percakapan Mama mertua dan iparku yang sejak dulu memang tidak pernah menyukaiku. Mereka hanya cinta dan mau hartaku, tetapi aku tidak ada di dalamnya. Miris bukan nasibku ini?" tanya Amara sambil matanya terus menetap ke arah dua bocah yang sedang asyik bermain dengan baby sitternya.
Amara tidak pernah berniat untuk menyakiti ataupun menganiaya mereka berdua. Dia malahan sangat memanjakan mereka layaknya anak sendiri.
Sudah bertahun-tahun lamanya Amara merindukan suara anak kecil, yang tak kunjung hadir dalam pernikahannya bersama Alvin.
"Kau lihat bukan mereka berdua begitu sehat dan bahagia. Mas Alvin sehat dan tidak bermasalah dengan alat reproduksinya. Apa itu artinya aku yang bermasalah?" tanya Amara yang matanya sekarang semakin mengembun karena kesedihan di hatinya.
Abimana kemudian mengeluarkan sebuah surat yang tadi pagi diantarkan oleh sekretarisnya.
"Apa ini?" tanya Amara yang merasa bingung.
"Buka saja!" Amara mendengus kesal melihat kelakuan Abimana yang selalu saja seperti bos besar yang penuh kuasa.
"Sebenarnya di sini yang bos aku atau kamu? Kau jauh lebih galak daripada diriku yang menggajimu." Amara menatap kesal pada Abimana yang hanya bisa meringis mendengar perkataannya.
Dengan perlahan Amara mulai membuka sampul surat itu dan membacanya. "Dari mana kau bisa mendapatkan sampel untuk melakukan tes ini?" tanya Amara merasa bingung.
Tetapi sejujurnya jauh di dalam lubuk hatinya, Amara sangat bahagia karena di dalam surat keterangan itu mengatakan kalau dirinya sehat-sehat saja dan tidak mandul. Amara hanya bisa menghela nafas berat.
"Kalau aku baik-baik saja lalu siapakah yang bermasalah di dalam keluarga ini sehingga sampai 5 tahun lebih kami menikah tidak juga punya anak?" tanya Amara yang memijat pelipisnya yang terasa begitu sakit karena memikirkan masih berumah tangganya yang tidak berujung.
Abimana menghela nafas berat. "Apa kau mau mengetahui sebuah rahasia yang bahkan Alvin pun tidak mengetahuinya?" tanya Abimana yang saat ini berniat untuk membuka tabir rahasia dalam pernikahan Amara dan Alvin.
Rahasia yang baru diketahui oleh Abimana beberapa hari yang lalu ketika dia mengutus asistennya untuk menyelidiki perihal kesuburan Alvin.
"Apa?"
Amara terlihat begitu penasaran dengan apa yang akan disampaikan oleh Abimana. Abimana kemudian memberikan sebuah berkas yang diserahkan oleh asistennya pada saat itu juga.
"Bacalah dan pelajari dengan baik. Nanti kamu akan memahami masalah yang ada di dalam keluargamu. Amara, perihal dirimu yang sampai saat ini masih belum mengandung itu semua bukan masalahmu." Amara semakin mengerutkan keningnya dengan dalam karena bingung dengan teka-teki yang dilontarkan oleh Abimana kepada dirinya.
Amara hendak marah kepada pemuda itu tetapi dia merasa sungkan. Ah, setelah mengetahui status dan juga identitas Abimana yang sesungguhnya hati Amara semakin galau dan canggung.
Amara selama ini selalu berusaha untuk menghindar agar tidak terkesan hanya berduaan saja dengan Abimana layaknya orang sedang kencan.
Walaupun dirinya sudah berniat dan bertekad untuk bercerai dengan Alvin, tetapi dia masih sah sebagai istrinya sebelum ketok palu pengadilan memutuskan pernikahan mereka.
"Apa maksudnya dengan laporan ini?" Amara terus menggelengkan kepalanya seakan tidak percaya dengan apa yang saat ini dia baca berulang kali.
Amara benar-benar tidak percaya bahwa ternyata Alvin yang mandul. ****** milikmu infertil dan tidak bisa membuahi sel telurnya. Amara seakan kehilangan pegangan ketika mengetahui kenyataan itu yang di bawa oleh Abimana.
"Alvin telah ditipu dan dibohongi mentah-mentah oleh Marina. Kasihan juga pria bodoh itu karena sudah menganggap anak orang lain sebagai anak kandungnya sendiri. Alvin bahkan sampai rela menyakitimu hanya untuk membahagiakan wanita ular itu." Abimana mendengus kesal ketika dia kembali mengingat bagaimana Amara begitu mencintai Alvin.
Abimana selalu menyesali nasib buruk yang menimpanya yang memisahkan dan mengakhiri impiannya sejak dulu untuk bisa membersamai Amara dalam sisa umurnya yang tak lama lagi. Ah, Abimana tiba-tiba saja merasa sesak dadanya mengetahui kenyataan pahit itu.
Seminggu yang lalu sekretarisnya membawa hasil medical check up atas namanya. Abimana benar-benar kecewa dengan hasil tes tersebut yang menyatakan bahwa dirinya saat ini sedang menderita sakit parah.
Abimana sontak merasa ragu untuk mulai memperjuangkan Amara untuk berada di sisinya.
"Kamu kenapa?" tanya Amara yang merasa heran melihat Abimana yang sejak tadi terus memegang dadanya yang seperti menderita dan kesakitan.
Abimana yang tidak ingin Amara mengetahui kondisinya akhirnya memilih untuk meninggalkan wanita itu dalam tanda tanya besar soal kesehatan Abimana yang wajahnya terlihat pucat.
Amara awalnya berniat ingin mengejar Abimana yang pergi menuju kamarnya. Tetapi kedua bocah itu malah datang dan mendekati Amara dengan senyum dan celotehannya yang begitu membuat Amara bisa melupakan sakit hatinya untuk sejenak kepada Alvin dan Marina.
"Ada apa, sayang?" tanya Amara sambil memeluk mereka berdua dalam pangkuannya.
"Kami rindu Mama dan Papa. Apakah kami berdua boleh bertemu dengan mereka?" tanya Hugo dengan suara polosnya.
Amara hatinya mencolos mendengarkan pertanyaan tersebut lolos dari mulut bocah kecil itu.
"Jangan khawatir! Sebentar lagi papa dan mamamu akan datang kemari untuk menjemput kalian. Kalian sebaiknya sekarang beristirahat di kamar. Supaya saat kedua orang tuamu datang kalian tidak kelelahan untuk kembali ke Jakarta." Amara berusaha untuk membujuk kedua bocah itu agar mau tidur.
Amara saat ini ingin mengurus sesuatu dan berniat untuk meninggalkan mereka di apartemen milik Abimana. Ya, Amara ingin mendatangi rumah sakit tempat dikeluarkannya hasil tes tentang kesuburan suaminya yang menyatakan Alvin infertil yang itu artinya bahwa suaminya tidak bisa memiliki anak.
"Siapa ayah dari mereka berdua dan kenapa Marina malah menipu Mas ALvin? Sepertinya masalah ini bukan sesuatu yang sepele. Aku harus menyelidiki dengan cermat tidak boleh gegabah sama sekali." Amara sudah bersiap untuk meninggalkan apartemen Abimana sampai ketika pemuda itu kembali keluar dari kamarnya.
Abimana menatap ke arah Amara yang sudah rapih dan membawa handbag miliknya.
"Kamu mau pergi?" tanya Abimana masih terlihat canggung dan gugup saat berhadapan langsung dengan Amara.
Amara melengos dan melenggang begitu saja ketika melintas di hadapan Abimana yang saat itu hendak pergi ke dapur untuk mengambil air minum.
"Eh, kamu kenapa tidak menjawab pertanyaanku?" tanya Abimana sambil memegang telapak tangan Amara dengan erat. Terlihat Abimana yang semakin mendekat ke wajah Amara dan seperti hendak mencium wanita itu yang sudah gemetar ketakutan.
teruslah berkarya dan sehat selalu..😘😘
makasih kak thor buat karya nya...