Jangan Takut Jadi Janda, Kita Berhak Bahagia

Jangan Takut Jadi Janda, Kita Berhak Bahagia

Bab 1. Fakta yang terungkap

Saat ini aku berada di dalam mobilku untuk datang ke rumah mertuaku yang saat ini sedang mengadakan pesta ulang tahun keponakan suamiku, Mas Alvin.

Sebenarnya mereka tidak mengundangku. Bahkan aku mengetahui acara ini dari temanku yang kebetulan anaknya diundang ke acara itu.

Tadi siang saat aku berada di restoran milikku, tiba-tiba aku mendapatkan pesan di ponselku dari temanku yang mengatakan tentang pesta ulang tahun itu.

[Amanda! Kenapa kau tidak ada di rumahnya Mas Roni? Padahal di sini sedang diadakan ulang tahun anaknya dengan begitu meriah.]

[Apa masih acaranya?]

[Baru mau dimulai. Cepatlah datang ke sini, biar kita bisa bertemu. kalau tidak kau nanti ketinggalan acaranya]

[Baiklah aku segera meluncur]

Aku tidak tahu kenapa mereka tidak mengundangku untuk datang ke pesta ulang tahun itu. Kemarin Mas ALvin memang meminta uang kepadaku untuk dikirimkan kepada ibunya yang katanya sedang sakit. Aku tidak bertanya banyak kepadanya, hanya langsung mentransfer saja.

Aku sangat sibuk dengan pekerjaanku di restoran warisan kedua orang tuaku sehingga tidak memiliki waktu untuk curiga terhadap keluarga suamiku.

Aku hanya langsung mentransfer setiap kali Mas ALvin selalu meminta uang padaku untuk ibunya, adiknya maupun kakaknya setiap butuh bantuan keuangan.

Kadang aku berpikir bahwa mereka menganggapku sebagai ATM berjalan. Padahal aku tahu kalau mereka selama ini tidak terlalu menerima keberadaanku di sisi Mas ALvin.

Entah kenapa aku terlihat begitu mencintai dia dan begitu takut kehilangannya sehingga selalu menuruti semua yang dia katakan.

Saat aku hendak masuk ke rumah Kak Roni, aku tidak sengaja mendengarkan percakapan mereka di taman samping. Dari suaranya seperti suara ibu mertuaku dan istrinya Mas Roni yang selama ini selalu memperlihatkan ketidaksukaannya padaku.

Mba Tyas adalah kakak ipar dari Mas ALvin yang katanya dulu satu kelas ketika kuliah dengan suamiku. Aku tidak mengerti kenapa wanita itu sampai saat ini selalu menjadi kompor dan berusaha menjelekan namaku di hadapan ibu mertuaku.

"Mama benarkan tidak mengundang Amara untuk datang ke acara anakku? Aku pokoknya tidak mau ya, kalau nanti melihat dia datang di sini. Rasanya enag aja melihat dia yang sok kaya itu di depan semua keluarga kita!" ucap Mba Tyas dengan mata berapi-api.

Hatiku mencolos mendengar apa yang dikatakan oleh wanita itu. Entah apa yang sudah kulakukan di masa lalu yang membuat dia begitu membenciku.

"Kamu jangan khawatir Tyas! Mama tidak mengundang perempuan mandul itu ke rumah ini kok. Mama juga tidak butuh kehadirannya di antara kita. Mama hanya membutuhkan uangnya yang bisa kita gunakan untuk foya-foya dan bersenang-senang. Tyas, selama Amara masih bisa kita keruk uangnya, Mama tidak akan menyuruh Alvin untuk menceraikan dia." Ucap ibu mertuaku sambil tersenyum begitu bahagia kepada Mbak Tyas yang langsung tersenyum sumringah mendengar ucapannya.

"Jadi acara ulang tahun anakku kali ini menggunakan uangnya Amara, Mah?" tanya Mba Tyas seperti terkejut mendengar pengakuan dari ibu mertua kami.

"Ya iyalah, sayang. Kalau bukan dari Amara si mandul itu, dari siapa lagi? Kan cuma dia yang selama ini selalu menjadi ATM di keluarga kita! Memangnya kau kira mamamu ini dapat uang dari mana? Kau ini ada-ada saja. Mama bekerja saja tidak. Uang bulanan dari Alvin yang tidak seberapa itu, sama sekali tidak cukup walaupun hanya untuk pergi ke salon saja. Istri kedua Alvin itu sangat pelit dan selalu melarang Alvin untuk mengirimkan uang buat mama. Untung saja dia tidak mandul dan bisa memberikan cucu lelaki buat keluarga kita. Kalau tidak, Mama pasti sudah menyuruh Alvin untuk menceraikannya sejak dulu. Kebutuhan kita banyak selama hidup di ibu kota. Tentu saja Mama selalu meminta kepada Alvin untuk memanfaatkan kebaikan hati Amara yang bodoh itu!" Mereka berdua pun kemudian tertawa dengan begitu bahagia seakan sedang menertawakan diri ini yang selama ini ternyata hanya dimanfaatkan oleh mereka semua.

Mereka benar-benar keterlaluan dan tidak punya hati nurani. Mereka menginginkan uangku untuk mengadakan pesta mewah untuk anak dan cucunya, tetapi tidak menginginkan aku untuk hadir di acara ulang tahun itu. Sungguh miris nasibku bukan? Hanya di jadikan mesin ATM saja.

Aku berusaha untuk tegar. Walaupun kaki ini rasanya sudah begitu gemetar mendengar semua perkataan dari ibu mertua yang ternyata hanya memanfaatkanku.

Karena aku tidak mau kalau mereka mengetahui bahwa kebusukan mereka sudah aku ketahui, aku dengan perlahan meninggalkan kediaman mertuaku. Aku sudah tidak perduli dengan pesan yang terus beruntun dikirimkan oleh teman lamaku yang tadi mengabarkan tentang acara ulang tahun anaknya Kak Roni.

Aku langsung meninggalkan tempat itu dan pergi ke pantai untuk menenangkan diriku yang saat ini sedang bergejolak dan menyimpan amarah yang begitu besar.

"Aku benar-benar tidak menyangka kalau ternyata mereka tidak pernah benar-benar menerimaku sebagai bagian dari mereka. Ya Tuhan! Apakah salah dan dosaku selama ini?" rintih hatiku yang terasa begitu sakit.

Hatiku sampai saat ini masih terasa berdarah setelah mengetahui semua kenyataan. Aku sejak tadi terus mendapatkan telepon dari Mas ALvin dan juga pesan beruntun darinya.

[Sayang kamu ada di mana? Kenapa kamu sampai sekarang belum juga mengirimkan uang untuk Sassy? Sayang, cepat kirim ya. Tadi Dia menelpon Mas dan menangis karena butuh untuk membayar kuliahnya]

Aku kemudian menonaktifkan ponselku ketika membaca pesan yang dikirimkan oleh suamiku. Mungkin kalau tidak mendengarkan apa yang dikatakan oleh Mertuaku dan Mba Tyas tadi, aku langsung saja membalas pesan dari pria yang sudah membersamaiku lebih dari 10 tahun dan mengirimkan uang untuk adik bungsu Mas Alvin.

Sassy adalah adiknya Mas Alvin yang sampai saat ini masih belum lulus juga kuliahnya. Entah kenapa gadis itu sampai saat ini belum juga mendapatkan gelar sarjananya. Aku sendiri merasa heran dengan dia.

Setiap bulan selalu merongrong keuanganku dengan berjibun aktivitas di kampusnya yang selalu membutuhkan banyak uang.

Tapi sekarang aku tidak mau lagi menjadi sapi perah mereka dan aku bertekad untuk berusaha dan berjuang agar tidak lagi menjadi wanita bodoh yang selalu menurut dengan semua yang dikatakan Mas ALvin.

Setelah pikiranku tenang, akhirnya aku memutuskan untuk pulang ke rumahku yang ada di Bintaro. Karena tubuh yang sudah begitu lelah dan jiwa yang sangat kesakitan.

Niatnya aku ingin menghindari Mas Alvin untuk beberapa saat lamanya dan menyendiri di rumah yang sudah lama tidak ku tempati. Rumah itu adalah peninggalan kedua orang tuaku sebelum mereka meninggal.

Tapi aku heran ketika aku datang ke sana terlihat lampu yang begitu benderang dan ada mobil Mas Alvin di sana.

Terpopuler

Comments

Soraya

Soraya

mampir thor

2024-08-27

0

Cunani Anu Mmh

Cunani Anu Mmh

mampir thor

2023-12-09

0

Ambar Wati

Ambar Wati

/Good/

2023-12-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!