NovelToon NovelToon
CEO Posesif Untuk Putri Agresif

CEO Posesif Untuk Putri Agresif

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Percintaan Konglomerat / Obsesi / Chicklit
Popularitas:16.6k
Nilai: 5
Nama Author: Riri__awrite

MAAF KARYA INI di REVISI. BARU SAMPAI BAB 6

Mauren adalah seorang putri dari keluarga kaya yang sedang tergila-gila menyukai adik dari seorang CEO berhati dingin dan tampan.

Suatu hari dia sengaja mengikuti adik sang CEO ke suatu night club. Maureen bertemu dengan Sean, sang CEO.
Mereka berdua beradu mulut, karena sang CEO tidak menyukai sikap Maureen kepada adiknya.

"Berhenti!" Maureen menghentikan seorang pelayan yang membawa dua gelas wine. "Kalo kamu bisa menghabiskan segelas wine ini, aku akan pergi dari sini tanpa mengganggu adikmu," tantang Maureen.

"Tapi, Nona. Wine ini milik-"

"Nanti saya ganti!"

Sang pelayan meneguk saliva-nya kasar. Tugasnya mengantarkan minuman yang berisi obat perangsang untuk seseorang gagal total.

Mau tau kelanjutan ceritanya? Yuk mampir dulu di cerita aku. Ini hasil karya original.
"CEO Posesif untuk Putri Agresif"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riri__awrite, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dia

Seperti biasa, meja makan selalu sepi. Sean sudah terbiasa dengan hal itu, namun ada yang merasa aneh ketika dia tidak melihat Maureen di teras rumah atau di taman. Wanita itu biasanya bangun lebih awal darinya.

"Bi Asih, Apakah Maureen masih tidur?" tanya Sean, karena yakin wanita itu bangun kesiangan. Kemarin malam mereka tertidur jam setengah dua. Sean menepati janjinya dengan menunggu Maureen tertidur hingga pulas, lalu dia beranjak pergi tidur di kamarnya sendiri.

"Iya, Tuan. Nyonya masih tidur, karena demam," jawab Bi Asih, salah satu ART mereka.

"Demam?" beo Sean.

Bi Asih mengangguk. "Iya, Tuan. Saya baru mengetahui pagi ini, karena Nyonya tiba-tiba meminta saya mengompres dahinya," jelas bi Asih.

Sean menghabiskan sarapannya dengan cepat, kemudian bergegas menuju kamar Maureen. Dia membuka pintu dengan pelan dan berjalan mendekati Maureen yang masih menutup matanya.

Padahal tadi malam masih baik-baik aja, batin Sean

Pria itu membenarkan selimut yang tidak tepat menutupi tubuh Maureen, kemudian berjalan keluar untuk mengambil se-baskom air hangat.

Selang beberapa menit Sean balik lagi ke kamar Maureen dan mengganti kompres yang menempel di kening wanita itu. Rasa panas yang keluar dari kulit kening Maureen membuat Sean terkejut. Istrinya harus segera di bawa ke dokter.

"Ck, pake ketinggalan," decak Sean ketika tidak menemukan ponselnya saat merogoh saku celananya. Matanya beralih menatap ponsel Maureen yang berada di atas nakas. Ponsel silver ini tidak disandi, memudahkan Sean untuk menekan aplikasi Instagram. Dia men-DM seorang dokter kepercayaannya.

"Oke, setengah jam lagi dia akan datang," gumamnya setelah sang dokter membalas pesannya.

Dengan sengaja Sean tidak langsung mengembalikan ponsel Maureen. Dia malah membuka aplikasi lain, apalagi kalau bukan pesan-pesan wanita itu.

Beban Pikiran

Matanya membulat ketika membaca nama kontak yang terletak paling atas sendiri itu, bahkan disematkan oleh Maureen. Berani-beraninya wanita itu menamai nomornya dengan Beban Pikiran. Apakah dia selalu membebani pikiran Maureen?

Sean melanjutkan men-scroll pesan-pesan yang masih disimpan Maureen. Ternyata wanita itu menamai nomor orang lain dengan nama yang aneh-aneh. Tapi ada satu pesan yang terlihat menonjol, nomor itu tidak disimpan oleh Maureen.

...12/07/2023....

0867xxxxx: Gaun kemarin memang bagus, tapi sayang. Gak cocok buatmu. Baru kali ini Sean salah pilih.

...Kemarin....

0867xxxxx: Lusa adalah hari peringatannya.

0867xxxxx: Aku akan mengirimkan sebuah hadiah spesial untukmu. Tunggu saja.

"Pesan ini terkesan ... meneror," gumam Sean.

Dia sangat ingin menanyakannya ketika Maureen sembuh, tapi niatnya segera ia urungkan mengingat perjanjian di antara mereka sendiri.

Sean melirik jam tangan yang melingkar di lengannya. Sudah saatnya dia berangkat menuju kantor.

...****************...

Suhu tubuh Maureen mulai menurun setelah seorang dokter tiba-tiba datang memeriksanya. Ditemani Bi Atik, Maureen bersikeras ingin keluar dari kamar menuju taman. Dia ingin duduk di bawah sinar matahari agar tubuhnya lebih membaik.

"Nyonya, jangan terlalu lama agar tidak kelelahan lagi," ujar bi Atik menasehati Maureen.

"Iya, Bi. Ini sudah pukul setengah sepuluh. Cahaya mataharinya lumayan bagus buat kulit dan kesehatan," jawab Maureen.

Dia duduk di kursi kecil dengan menselonjorkan kakinya ke depan hingga menyentuh tanah. Setengah jam yang lalu dia menelpon mamanya agar membawakan masakan kesukaan Maureen.

"Udah mendingan?"Suara bariton yang sangat Maureen kenali memecah keheningan. Maureen sontak memutar kepalanya dan melihat ada Samuel dengan kemeja putihnya membawa sekantong makanan.

"Kak Samuel?" beo Maureen.

"Mama nyuruh aku jenguk kamu. Mama lagi sibuk ngebantu Papa ngurus urusan kantor" jelas Samuel.

Mereka berdua segera meninggalkan taman dan menuju ruang makan.

"Abang Estian pasti sibuk ya, akhir-akhir ini katanya saham kedua perusahaan lagi naik-naiknya," ucap Maureen.

Samuel berdecak. "Udah, gak usah ngurusin dia. Jaga kesehatan kamu dan calon keponakanku itu."

Maureen tersenyum kecut. "Maaf, ya, Kak. Harusnya kamu dan bang Estian dulu yang nikah. Harusnya aku yang pertama kali dipanggil tante sama anak-anak kalian."

Samuel menggelengkan kepala. "Makan. Jangan mikirin yang berat-berat. Kakak gak mau denger kabar kalo kamu sakit lagi, apalagi dalam kondisi hamil seperti ini."

"Iya, Kak," jawab Maureen.

Mereka berdua menghabiskan waktu bersama, walaupun akhirnya sedikit berbincang satu sama lain. Samuel adalah tipe pria dingin yang irit bicara, kecuali di situasi seperti tadi.

Maureen tidak bisa lagi mengunyah makanan. Badannya terasa lemah daripada tadi. Suhu badannya pun mulai naik kembali.

Dari tatapan matanya yang berubah, Samuel bisa merasakan perubahan pada adiknya.

"Minum obat lalu istirahatlah." Samuel memberikan sebuah obat yang dia dapat dari Bi Asih. Obat dari dokter yang memeriksanya tadi pagi.

Maureen mengangguk, kemudian meminum obat-obat itu. Samuel pun segera memapah adiknya menuju ke kamar. Menurutnya ada yang aneh dengan kamar Maureen.

"Kenapa bantalnya cuma satu?" Maureen yang mendengar pertanyaan Samuel terdiam, otaknya masih mencerna ucapan kakaknya itu.

"Sean tidur di mana?" tanya Samuel dengan tatapan penuh pertanyaan.

Maureen yang berusaha menyembunyikan fakta bahwa Sean tidak tidur bersamanya langsung menggelengkan kepala kuat. "Sean tidur di sini, Kak. Di sofa." Maureen menunjuk sofa yang terletak di dalam kamarnya.

"Aku gak mau satu kamar dengannya, jadi ku suruh tidur di sana. Gak seperti dugaan Kakak."

"Emang aku menduga apa?" tanya Samuel berpura-pura tidak mengerti.

Maureen mengangkat bahunya pelan seraya menidurkan dirinya di ranjang.

"Kakak pulang. Masih ada beberapa tugas yang masih kakak review ulang," pamit Samuel.

"Iya, semangat ngejar gelar magister-nya," ucap Maureen dengan tersenyum simpul. Tubuhnya sudah malas dan seolah tidak bisa digerakkan lagi.

...****************...

Sean berharap malam ini segala urusannya selesai dengan cepat. Hatinya meronta-ronta ingin segera pulang. Memastikan keadaan Maureen yang dia tinggal sendirian bersama para ART-nya.

"Rapat berakhir sampai di sini. Saya ingin masakan Timur-Tengah lebih diperhatikan terutama proses pembuatannya yang harus teliti dan tradisional. Pastikan customer tidak bisa membedakan makanan produk kita dengan makanan originalnya. Rasanya harus khas dan sama, seperti yang mereka rasakan di negara asal. Proposal makanan usahakan secepatnya sudah diajukan!" Sean menutup rapat dan segera berdiri. Dengan seorang sekertaris di belakangnya yang membawakan laptop, Sean berjalan dengan langkah lebarnya.

"Bereskan file-file yang saya tandai. Hari ini kamu lembur, saya ada keperluan mendesak," ucapnya kepada sang sekertaris.

"Siap, Pak."

Jalanan yang padat sungguh membuat Sean frustasi. Hatinya tidak tenang. Dia terus mengkhawatirkan Maureen, meskipun bi Asih sudah mengabari jika istrinya itu baik-baik saja. Tidak, lebih tepatnya keadaan wanita itu tidak membaik juga tidak memburuk.

Klakson mobil dia bunyikan secara tak sabaran. Dia menyesal membeli rumah yang jaraknya cukup cukup jauh dengan kantor.

"Cepat buka gerbangnya!" teriak Sean dari dalam mobil. Entah kenapa satpamnya tiba-tiba merasa lelet.

Sean menurunkan kaca jendela mobil. "Jika sampai kamu telat membukakan saya gerbang lagi, saya tidak akan segan-segan mencari satpam baru," ancam Sean lalu menutup kaca jendela mobilnya.

"Apa Maureen masih sakit?" tanya Sean saat dia tidak sengaja menemui bi Asih yang berada di ruang tamu.

"Iya, Tuan. Sejak tadi Nyonya tidak menunjukkan perubahan."

Sean yang mendengar itu langsung mempercepat langkahnya menuju kamar Maureen yang berada di lantai dua. Kaki jenjangnya melangkah dengan begitu cepat menaiki anak tangga satu persatu.

Saat sudah mencapai pintu kamar Maureen, ponsel Sean yang berada di dalam saku celananya tiba-tiba berdering. Membuat pergerakannya yang akan membuka kenop pintu terhenti seketika.

"Alice?" gumamnya terkejut, kemudian mengangkat panggilan itu.

"Hai, good ... night, Darling," sapa Alice dari seberang sana.

Sean segera berbalik arah menuju pembatas tangga. "Oh, Hai, good night Darling," balas Sean.

"Tebak, aku bawa kabar gembira apa?" ucap Alice.

Sean menaikkan sebelah alisnya, dengan wajah penuh tanda tanya dia bertanya. "Good news? What's that?"

"I've a project to Indonesia next week!" Nada keantusiasan sangat terdengar jelas dari seberang sana.

Jantungnya tiba-tiba berdegup kencang. "Jadi ... kamu akan ke Indonesia minggu depan ini?" Sean bertanya seolah-olah masih tidak percaya jika tunangannya akan bertemu dengannya.

"Iya, aku harus menemui managerku sekarang. Good night, Sweety," pamit Alice terburu-buru dengan kecupan di akhir kalimatnya.

1
YouTube: hofi_03
aku mampir thor 🥰 mampir juga yuk ke novelku judulnya Sahabatku Berkhianat
Cokies🐇
jangan galak" bang
Cokies🐇
kelakuan
El
loh kok berhenti mendadak
padahal aku udah sayang sama Sean 😭
El: wkwkwk
maaf yaa baru bisa mampir 🤗🤗🤗
Riri_awrite: hai kak El...
eh knp aku kangen ya sm kamu 😭
nanti mampir deh di karyamu biar ilang nih kangennya😭
total 2 replies
El
aku udah tegang padahal😭
El
si kampret
El
nah kan rasain
El
nanti nyesel
El
akan aku tunggu kebucinanmu Sean 🤨
El
gak Sean, gak Devan kelakuannya bikin pengen nonjok 😤
El
aku senang saat Sean menderitaaaa 🤣
El
hajar aja
hajarr aku dukung 😤
meilin
seru bgt ka..... semangat up nya
raazhr_
ada loh Van, kmu aja yg blum rasain😔
raazhr_
aku mampir kak, aku baca pelan-pelan ya ceritanya bgus auto ku save 😉🌷
raazhr_
waduh, Maureen are you gwenchana?🥺
raazhr_
to the point bgt ya Maureen🤣
〈⎳ FT. Zira
setangkai 🌹mendarat untukmu thor.. buruan update yaa
〈⎳ FT. Zira
mau ketawa takut dosa.. tpi aku gak tahan🤣🤣🤣
Silvi Aulia
ceritanya makin seru 🤗

aku mampir lagi nih bawa like and subscribe 🤗
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!