Kisah gadis imut dengan sejuta kenakalannya yang sebenarnya sudah memiliki suami namun tanpa dia ketahui dengan seorang Gus yang memiliki sifat sangat bertolak belakang dengan dirinya.
"Katanya bukan Muhrim kok megang megang sih Dasar Gus Gila! ."
(Alexandra keyla Salsabila.)
"Bahkan tubuhmu sudah halal untukku Zaujati."
(Zio Aqeel Asna Nafis Al Fath)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ido fawaiz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TANGGUNG JAWAB
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM,,,,,
Sebaik baik bacaan adalah membaca Al-Qur'an 🥰🥰🥰
"Tidak ada satupun wanita yang rela cintanya dibagi dua, sekalipun Surga jaminannya"
*****
Happy reading guys 😘
"Qobiltu nikahaha wa tazwijaha alal mahril madzkuur wa radhitu bihi, wallahu waliyu taufiq."
"Alhamdulillahirabbil Al-Amin." ucap semua orang yang berad di ruang operasi.
"Tittt,,,,, tittt,,,,,titttt."
"Ayah,,," Teriak Livy.
"Innalilahi wa Inna ilaihi Raji'un."
Livy memeluk tubuh Ayahnya, dalam sehari dia kehilangan tiga orang sekaligus, dia kehilangan seluruh keluarganya,kini dia sebatang kara,tidak memiliki keluarga sama sekali.
Setelah Puas memeluk jasad Ayahnya dia bangun dan menghapus air matanya.
"Langsung dibawa pulang ke rumah saja." ucapnya pelan.
Hari itu juga pemakaman keluarga Livy di langsung kan, setelah semua orang pulang Livy bersimpuh di samping kuburan orang tua dan Adiknya, dia membuka Al-Qur'an dan membacanya.
"Livy ikhlas,, semoga kalian di tempat kan di surganya Allah." ucapnya kemudian tersenyum sambil menahan sesak di dadanya.
Zio mengakui ketegaran Livy, tidak semua orang bisa setegar Livy disaat dia harus kehilangan tiga keluarganya sekaligus,bahkan dirinya sekalipun.
*****
"Sekarang kamu adalah tanggung jawab saya, jadi kemasi barang barangmu." perintah Pria yang sudah sah menjadi suami Livy.
Tanpa banyak membantah Livy segera membereskan barang barangnya, walaupun terasa sangat berat,namun Livy memang wanita yang sangat penurut, dibesarkan dikeluarga yang sangat menyayangi nya membuat Livy menjadi pribadi yang sangat baik dan lemah lembut.
Di sepanjang perjalanan tidak terucap sepatah katapun baik dari Livy maupun suaminya.
Sekitar empat puluh menit perjalan mereka sampai dikawasan apartemen mewah, dengan menundukkan kepalanya Livy terus mengikuti langkah suaminya.
"Mulai hari kamu tinggal disini." ucap Suami Livy.
"Baiklah Mas." jawab Livy.
"Jangan berharap lebih dengan pernikahan ini,kamu tahu sendiri kan apa alasan saya menikahi kamu."
Livy menundukkan kepalanya dalam dalam, dia tahu pernikahan ini terjadi hanya sebatas tanggung jawab semata, dan kapanpun bisa di akhiri oleh pria yang ber status sebagai suaminya itu.
Saat suaminya hendak pergi Livy segera memanggil nya.
"Em,,, Mas !" serunya.
Tanpa menjawab sang suami hanya menoleh sambil mengangkat alisnya sebelah.
"Bolehkah Livy melanjutkan pendidikan Livy?" tanya Livy hati hati.
"Terserah!,lakukan apa yang ingin kamu lakukan, juga jangan pernah mencampuri urusan saya,karena saya memiliki kehidupan sendiri." Setelah mengatakan demikian pria itu langsung pergi meninggalkan Apartemen.
Livy memandang punggung kokoh pria yang sudah sah menjadi suaminya beberapa jam yang lalu, air matanya berjatuhan.
"Ya Allah pernikahan apa yang hamba jalani ini." tidak pernah terlintas sedikitpun untuk mempermainkan ikatan pernikahan.
"Ayah,,, Bunda, Livy masih butuh kalian."
Alivy Renata adalah nama panjang Livy,gadis yang baru menginjak usia delapan belas tahun,gadis Solehah yang dibesarkan di keluarga biasa saja,rumah yang selama ini dia tinggali hanya rumah kontrakan, sekolah selama ini dia mendapat Beasiswa, dan sekarang dia di terima disebuah Universitas besar di kotanya dengan Beasiswa juga.
Livy adalah gadis yang sangat cerdas, kemarin dia juga menjadi lulusan terbaik, dia tersenyum bangga menunggu kedatangan orang tuanya namun, sampai acaranya selesai orang tuanya tidak datang dan ternyata orang tuanya kecelakaan dan meninggalkan dirinya sendiri di dunia yang keras ini.
Livy membenarkan hijabnya dia memasuki ruangan yang mulai sekarang akan menjadi kamarnya, kamar yang luasnya hampir sama dengan rumah kontrakan nya.
"Masha Allah,,,," ucap Livy penuh kekaguman
*****
Jam sembilan malam Zio baru sampai di pesantren,dia berjalan dengan langkah gontai menuju rumahnya, dilihatnya sang istri yang sudah terlelap dengan nyaman.
"Maafkan aku sayang." Ucapnya kemudian mengecup kening Echa.
"Em,,,,Gus baru datang." tanya Echa yang merasa terganggu dengan kehadiran Zio.
"Maaf,,, "
Dengan manja Echa memeluk tubuh Zio mengendus endus dadanya, Zio langsung mengusap punggung Echa sambil sesekali mencium rambut Echa.
"Gus tahu tidak, Echa capek nungguin Gus tahu, sampai Echa tidur."
"Maaf sayang, tapi tadi kamu belajar kan?"
"Hehehe,,, Echa kan khawatir nungguin Gus sampai Echa kelupaan buat belajar."
Dengan gemas Zio menggigit Pipi Echa, ada ada saja alasan istrinya kalau. Disuruh belajar.
"Bilang saja malas hm,,"
"Ih memang benar kok."
"Benar kalau malas."
"Gus tahu saja kalau Echa malas, lagian ya Echa itu sudah pintar buat apa belajar lagi,nanti kepintaran,kalau Echa terlalu pintar nanti Gus tidak memiliki pekerjaan buat ngajarin Echa." yang namanya Echa pasti memiliki alasan yang memang sedikit tidak masuk akal.
Zio memeluk Echa dengan sangat erat, dia sengaja menjahili Echa.
"Gus,,, Echa tidak bisa nafas, nanti Echa mati, atau jangan Gus sengaja buat Echa mati lagi biar bisa nikah lagi?"
"Astaghfirullah,,,, Sayang."
"Kenapa ber istighfar Gus, kan laki laki memang begitu."
"Tahu darimana sih?"
"Tadi Echa nonton Drakor dan suaminya itu tega meracuni sang istri demi bisa menikahi selingkuhan nya."
"Sayang,,,mulai besok tidak usah ya nonton film seperti itu lagi, sesat."
"Tapi Echa suka Gus,,,"
"Em,,, kalau maksa nanti saya sita ponsel kamu mau?"
"Ih,,, kok Gus jadi galak lagi sih." kesal Echa.
Zio menarik Echa kedalam pelukannya, dia tersenyum melihatnya istrinya yang tengah kesal, melihat wajah kesal Echa menjadi hiburan tersendiri baginya.
"Sudah malam ayo tidur?" ajak Zio.
"Tidak! Gus belum mandi." tolak Echa namun diabaikan Zio dia menghirup dalam dalam aroma tubuh istrinya yang terasa sangat menenangkan.
*****
Pagi tiba tanpa sarapan terlebih dahulu Zio buru buru mau berangkat karena dia memiliki urusan yang sangat penting.
"Gus tidak mau sarapan dulu."
"Maaf sayang,, tapi saya ada pekerjaan mendadak, tidak apa apa ya."
Echa cemberut dia malas jika harus sarapan sendiri.
"Sayang atau kamu sarapan di Ndalem selatan, disana kan rame."
"Ayo saya antar,sekalian saya ada perlu sama Alvian."
"Ayo."
Mereka berjalan bersama menuju Ndalem selatan, Zio terus tersenyum mendengar cerita Echa yang ingin menjodohkan Yusuf dengan Ustadzah Syifa.
"Kamu setuju kan Gus?"
"Hm,, itu tergantung mereka sayang, kalau mereka tidak mau jangan dipaksakan, jodoh tidak akan kemana kok."
"Tapi mereka cocok Gus, dan Ustadzah Syifa juga terlihat menyukai Bang Yusuf kok."
"Tahu darimana kamu?"
"Ih,,, Kalau Echa dengan sengaja membicarakan Bang Yusuf pasti wajah Ustadzah Syifa langsung merah,kata Mutia dan Aurel pasti karena Ustadzah Syifa suka sama Bang Yusuf."
Tanpa terasa mereka berdua sudah sampai di Ndalem selatan.
"Assalamualaikum,,," ucap Echa sedikit berteriak.
"Jangan teriak teriak sayang."
"Waalaikum salam." jawab Ning Syaqila yang kebetulan sedang menyapu.
"Ummi Echa mau bantuin." Echa langsung mengambil sapu, dia sok sok an mau bantu padahal dia tidak pernah memegang sapu sama sekali karena di rumah mereka semuanya dikerjakan oleh bik Ina.
"Sayang jangan mengganggu Ummi."tegur Zio yang tahu jika istrinya itu pasti bukan membantu tapi akan mengacau.
"Tidak apa apa El, biar istrimu sekalian belajar." ucap Ning Syaqila dengan lembut.
"Tuh,, Ummi saja ngizinin, Gus aja yang suka larang larang."
Benar apa yang Zio pikirkan Echa bukannya membantu tapi malah mengacau, dia menyapu dengan berlawanan arah angin, kebetulan anginnya sekarang sedikit kencang jadi daun daun malah bertaburan kemana mana.
"Echa sayang,, menyapu nya bukan seperti itu,jangan melawan arah angin kalau anginnya sedang kencang." Ning Syaqila dengan penuh kesabaran mengajari Echa.
"Ummi,, Alvian ada?" tanya Zio.
"Ada di kamarnya El,kalau mau bertemu Alvian langsung ke kamarnya saja."
"Kalau begitu Zio temui Alvian dulu ya Ummi."
Zio mengetuk pintu kamar Alvin pelan, setelah mendapat izin dari sang pemilik kamar Zio langsung saja masuk, terlihat Alvin yang sudah tapi dengan pakaian kantornya, dia memeriksa beberapa laporan dari asistennya.
"Terimakasih,," ucap Zio.
"Hm,," balas Alvian.
"Em,,, bagaimana,," belum sempat Zio melanjutkan ucapannya Alvian sudah memotongnya.
"Dia sudah menjadi tanggung jawab saya."
"Tapi,,,"
"Kamu cukup diam jangan jangan sampai ada yang mengetahuinya."
Meskipun Usia Alvian dibawah Zio tapi sikapnya seperti seorang kakak, karena didikan Edward yang selalu menyuruh agar menjaga dan melindungi keponakannya itu.
Zio dan Alvian sama sama memanggilnya nama hanya Azmi dan Zia yang memanggil Alvin Uncle.
_
_
_
TBC
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK 🥰🥰🥰
te²p semangat ya thoorrr smoga lancar trus up nya