NovelToon NovelToon
BALAS DENDAM ISTRI YANG DIBUNUH SUAMI

BALAS DENDAM ISTRI YANG DIBUNUH SUAMI

Status: tamat
Genre:Action / Fantasi / Balas Dendam / Romansa / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Tamat
Popularitas:4.5k
Nilai: 5
Nama Author: Khusus Game

PERINGATAN!!!! SELURUH ISI CERITA NOVEL INI HANYA FIKTIF DAN TIDAK RAMAH ANAK ANAK. PERINGATAN KERAS, SEMUA ADEGAN TAK BOLEH DITIRU APAPUN ALASANNYA.

Setelah membantu suaminya dalam perang saudara, dan mengotori tangannya dengan darah dari saudara-saudara suaminya, Fiona di bunuh oleh suaminya sendiri, dengan alasan sudah tak dibutuhkan. Fiona bangkit kembali, ke lima tahun sebelum kejadian itu, dengan tekad kuat untuk membalas Dendam.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khusus Game, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 33

Sory kemaren otor belajar nulis lagi. Semoga kualitas tulisannya gak jelek-jelek amat. Happy reading,😘

Fajar menyusup melalui tirai sutra tebal yang terlipat rapi, melukis Kamar Tidur Raja dan Ratu dengan cahaya keemasan lembut. Fiona terbangun, merasakan berat pelukan Vergil yang hangat dan menenangkan melingkari pinggangnya. Dia berbalik, membenamkan wajahnya di dada bidang Raja, menghirup aroma maskulin yang dikenalnya dengan baik. Untuk sesaat, seluruh dunia terasa damai.

Namun, kedamaian itu berumur pendek. Rasa dingin perlahan merayap naik. Ini adalah pusat kekuasaan, di mana setiap napas adalah politik. Gelar Ratu Fiona terasa asing dan terlalu berat. Dia telah kembali ke kandang emas yang dulu dia tinggalkan. Apakah dia telah menukar keselamatan dan kedamaiannya dengan takhta dan bahaya yang menyertainya? Keraguan mulai berbisik di benak.

Merasa gerakannya yang gelisah, Vergil mendengkur pelan, mempererat pelukannya.

“Jangan pergi,” bisik Vergil serak, matanya masih terpejam.

Fiona mendongak. "Aku tidak akan pergi," jawabnya, tetapi suaranya mengandung keraguan yang tidak bisa dia sembunyikan sepenuhnya. "Hanya... ini terasa seperti mimpi, Vergil. Semua ini. Kembali ke sini. Menjadi Ratu."

Vergil membuka mata, menangkup wajah Fiona dengan kedua tangannya, memaksa mata mereka bertemu.

"Ini bukan mimpi, Sayang," kata Vergil, suaranya dalam dan meyakinkan. "Ini adalah kenyataan kita. Kenyataan yang aku bangun untukmu." Dia mendekatkan dahinya ke dahi Fiona. "Aku tahu apa yang kau pikirkan. Kau takut takhta ini akan mengambilku darimu lagi, atau bahkan yang lebih buruk, mengambilmu dariku."

"Aku menghancurkan diri sendiri sekali, Fiona. Aku tidak akan melakukannya lagi. Aku tahu apa yang benar-benar penting." Dia mencium bibirnya dengan cepat dan lembut. "Dengarkan aku, Ratu," desisnya, menegaskan setiap kata. "Kau kembali karena cinta, bukan karena kewajiban. Kita di sini bersama, dan kita akan membesarkan Verdian di sini, di bawah perlindungan kita. Aku berjanji padamu. Tidak ada kekuatan, tidak ada musuh lama atau baru, yang bisa memisahkan kita lagi."

Dia membalik posisi mereka dengan gerakan lembut, menindihnya dan menatapnya penuh arti. "Satu-satunya hal yang akan mengambilmu dariku adalah pagi hari," bisik Vergil. "Dan aku tidak berniat membiarkan itu terjadi secepat ini."

Keraguan Fiona meredup di bawah tatapan mata Vergil yang penuh gairah dan janji yang tulus. Dia tahu pria ini telah berubah. Dia memeluk lehernya erat.

"Baiklah, Yang Mulia," balas Fiona, dengan senyum tipis yang tulus. "Lanjutkan janji itu."

Di tengah hari, Vergil duduk di ruang kerjanya yang disinari oleh cahaya siang, menanti putranya. Ruangan itu diselimuti oleh keseriusan dan ketenangan. Vergil duduk di belakang meja besarnya. Di hadapannya, Verdian berdiri tegak. Postur tubuhnya yang lurus mencerminkan tekad.

“Kau sudah pulih sepenuhnya, meskipun aku tahu kau akan menyangkal jika belum,” Vergil memulai.

"Aku hanya tidak ingin berlama-lama menjadi beban. Ada banyak hal yang harus dilakukan," balas Verdian, senyum kecil Vergil tercetak di wajahnya.

"Kau adalah pewaris takhta, Pangeran. Keamananmu adalah prioritas utama," kata Vergil. "Jadi, apa rencanamu sekarang?"

"Aku akan kembali ke Akademi Alvez untuk melanjutkan latihan, dan aku ingin tetap aktif dalam urusan istana," kata Verdian lugas. "Aku ingin menyeimbangkan keduanya. Latihan di Akademi akan memberiku kekuatan fisik dan strategi yang dingin. Sementara peranku di sini, di samping Anda, akan memberiku pemahaman yang dibutuhkan untuk melawan Monarch. Aku tidak ingin menjadi pewaris yang hanya tahu cara bertarung."

Vergil menatap putranya dalam diam. Tekad Verdian, caranya memprioritaskan kekuatan dan tanggung jawab, adalah cerminan dari Fiona.

"Itu adalah keputusan yang bijaksana," Vergil mengakui, sebuah pujian langka. "Kau ingin memiliki keduanya: pedang di medan perang dan mahkota di ruang dewan. Persis seperti ibumu yang ingin melindungi apa yang ia cintai dengan segala cara."

"Aku adalah putra kalian berdua, Yang Mulia. Aku mengambil yang terbaik dari kalian," jawab Verdian bangga.

"Aku mengizinkannya," kata Vergil, mengangguk perlahan. "Kau mendapat restuku untuk menempuh jalan yang kau pilih. Tetapi ada syarat yang tidak bisa ditawar."

"Apapun itu, Ayah."

"Syaratnya adalah keselamatanmu. Kronos melukaimu karena ia ingin menyakitiku. Sekarang, dengan ancaman yang belum diketahui, bahaya akan mengikutimu seperti bayangan. Kau bisa berlatih, kau bisa belajar memimpin, tetapi kau harus selalu aman. Jangan pernah melakukan tindakan gegabah yang membahayakan dirimu sendiri. Jika kau terluka, kau tidak bisa melindungi apa pun." Vergil menatapnya dengan kekhawatiran yang jarang ditunjukkannya.

"Aku mengerti. Aku akan berhati-hati. Aku akan selalu kembali," janji Verdian.

Vergil mengakhiri pertemuan itu dengan anggukan singkat. "Pergilah. Luis sudah menunggumu untuk evaluasi ringan sebelum kau kembali ke Akademi. Mulai besok, kau adalah Pangeran yang sibuk."

Ruang Dewan Kerajaan yang megah terasa lebih berenergi sore itu. Raja Vergil duduk tegak dengan Ratu Fiona di sisinya. Kehadiran Fiona adalah pernyataan kuat tentang persatuan takhta yang baru.

Para menteri dan bangsawan yang berkumpul tampak tidak nyaman dan ingin tahu. Fiona tidak membuang waktu untuk basa-basi. Dia mengambil alih diskusi yang stagnan tentang rekonstruksi kerajaan pasca-perang.

"Yang Mulia Raja telah menetapkan bahwa prioritas utama kita adalah menstabilkan kembali ekonomi perbatasan utara, bukan hanya perbaikan infrastruktur di ibu kota," kata Fiona, suaranya jelas dan membumi. "Rekonstruksi harus disalurkan melalui sistem insentif mandiri, bukan hanya dana bantuan. Saya telah menyusun proposal yang akan mengurangi pajak untuk dua tahun ke depan bagi warga yang berpartisipasi langsung dalam perbaikan jalan dan irigasi di wilayah bekas konflik," jelas Fiona, sambil menggerakkan tangannya ke arah gulungan di hadapannya.

Itu adalah rencana yang kejam secara politik—memaksa warga untuk bekerja sambil memberikan insentif, sekaligus mengurangi beban kas kerajaan. Itu adalah cara Fiona—menggunakan logika yang dingin dan taktis untuk mencapai stabilitas.

Vergil mengamati setiap reaksi dan setiap kata yang diucapkan Fiona. Ada kilatan kebanggaan yang tak terbantahkan di matanya. Dia mendapatkan mitra politik yang setara, seseorang yang bisa menganalisis masalah dari sudut pandang yang lebih praktis. Ratu Fiona memimpin diskusi dengan lancar, menjawab pertanyaan-pertanyaan sulit dari para menteri tentang logistik dan rantai pasokan tanpa terlihat ragu. Dia menunjukkan bahwa dirinya adalah kekuatan politik yang harus diperhitungkan.

Saat diskusi mencapai kesimpulan, seorang utusan khusus yang mengenakan jubah abu-abu masuk, membawa gulungan tersegel. Utusan itu mendekati takhta dan berbisik serius di telinga Vergil.

Ekspresi Vergil berubah menjadi kaku, dan matanya menjadi gelap. Fiona merasakan perubahan itu. Dia mencondongkan tubuhnya sedikit, menatap kertas yang diletakkan Vergil di meja.

"Rapat Dewan selesai," Vergil mengumumkan dengan suara keras dan otoriter, menutup pertemuan itu secara tiba-tiba. Setelah semua orang pergi, hanya menyisakan Vergil dan Fiona di ruang dewan yang megah, dia membuka gulungan itu lagi.

"Laporan rahasia dari pos pengintaian utara," bisik Vergil. "Anomali kekuatan. Energi kuno yang tidak stabil. Sumbernya berasal dari lokasi yang dikuasai oleh salah satu Raja Pendiri Monacrh yang diyakini telah lama menghilang."

Vergil menatap Fiona, matanya penuh kekhawatiran. "Zeus. Energi itu... ini adalah jejak Zeus."

1
ZasNov
Berharap banyak sm Kakak Othor yg baik. hati.. biar Vergil, Fiona sm Verdian sllu bahagia. Ga peduli ada banyak masalah yg datang bertubi2.. 🙏😆😂🤣
Khusus Game
jangan percaya laki-laki ka🤣
ZasNov: Iya juga ya.. 😅😂
total 1 replies
ZasNov
Akhirnya Vergil bisa berkumpul bersama Fiona & Verdian 🥰
Tepati janjimu ya Vergil, jangan ada wanita selain Fiona..
ZasNov
Karyamu keren banget Kakak Author 🔥
Alurnya bagus, tokoh & karakternya kuat, penulisannya juga rapih banget..
Semangat terus ya.. 💪😎
ZasNov
Semangat up-nya Kakak..
Karyamu keren banget.. 💪😄👍
Cha Sumuk
kurang menarik krna mc ceweknya lemah,, biasa' nya klo setelah kelahiran jd kuat tp ini mlh lemah hemmm
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!