NovelToon NovelToon
Mengandung Anak CEO Arogan

Mengandung Anak CEO Arogan

Status: tamat
Genre:CEO / One Night Stand / Nikah Kontrak / Tamat
Popularitas:585.4k
Nilai: 4.8
Nama Author: Myoo

⛔BOCIL MENYINGKIR!!

Ameera Khansa adalah gadis yatim piatu yang menjadi tulang punggung untuk dua adiknya. Suatu malam ia dijebak sehingga ternodai oleh seorang CEO muda sebuah perusahaan terkemuka, Ghazi Finn Cullen.

Ameera menuntut tanggung jawab atas harta berharga yang sangat dijaganya selama ini, tetapi lelaki itu malah melemparkan uang sebagai harga keperawanannya. Finn juga menudingnya sebagai perempuan murahan yang rela menjual diri demi materi. Ia tidak tahu bagaimana kerasnya Ameera bekerja halal, meski butuh banyak uang untuk menutupi hutang, dan biaya berobat sang adik.
___

Ghazi Finn Cullen, seorang pria kaya raya penikmat kebebasan dan membenci keterikatan, terutama hubungan pernikahan. Ia butuh kekasih tetapi tidak merasa tidak butuh istri. Namun suatu hari, tindakan Ameera membuatnya terpaksa menikahi perempuan itu.

Bagaimanakah kehidupan pernikahan mereka?

FB/IG : Myoonaa

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Myoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20 Ada Apa Dengannya?

Ameera setengah lari masuk rumah.

"Gimana keadaan Naja, Mbak?" tanyanya dengan wajah pasi. Dari kedai ia segera pulang, begitu ditelepon Yuni kalau Naja terlihat sangat lemah.

Anak itu terbaring seakan sedang tidur lelap, tapi denyut nadi saat Ameera cek amat lambat.

"Dek? Dek Naja." Ia menepuk pelan pipi, tapi kepala Naja terkulai lemah seakan tak bertulang.

Ya Allah! Ameera merasa seperti baru jatuh dari ketinggian.

"Kenapa?" Juna yang mengantarnya pulang barusan, menyusul masuk kamar.

"Tolong bantu angkat Naja, Jun. Aku mau pinjam mobil tetangga dulu!" Tak ada waktu menghubungi Mang Darman, atau menunggu lelaki paruh baya itu datang. Ini darurat.

Setelah ada tetangga yang gegas keluarkan mobil untuk membantu, Naja segera dilarikan ke rumah sakit.

***

Telapak tangan dingin, dada berdebar-debar. Ameera sebenarnya sangat gelisah meski ia terlihat duduk tenang.

"Minum dulu, Ra. Kita doakan Naja baik-baik saja." Juna mengangsur air mineral gelas, juga berikan untuk Yuni yang tampak sama tegangnya.

Pemuda itu baru kembali dari kantin rumah sakit, ia berinisiatif tetap di sini. Dalam keadaan tegang Ameera sangat butuh teman. Sedangkan Sami masih di sekolah, dan belum dikabari.

Tak ada suara dari perempuan di sebelah. Setiap menghadapi saat genting begini jiwa Ameera kadang tak di tempat. Banyak ketakutan dan trauma yang kembali mampir dalam benaknya. Telinga berdenging, pandangan samar tak fokus, dan otaknya bekerja melambat. Telapak kakinya pun nyaris dirasa tak berpijak. Butuh beberapa saat ia berusaha tetap terkendali.

Setelah menunggu beberapa lama, baru dokter dan perawat yang menangani Naja keluar.

Ameera berdiri sempoyongan, ia bertanya keadaan Naja dengan lidah kaku.

"Oh, Mbak saudarinya adek Rurita Lailin Naja?"

"Y-ya, Dok, saya."

"Ikut ke ruangan saya sebentar ya Mbak."

Juna membimbing bahu Ameera mengikuti arah sang dokter.

"Tindakan cepat mengantarkan pasien ke sini sudah tepat, Mbak. Terima kasih kerjasamanya." Sang dokter bicara sambil membuka riwayat periksa Naja, kebetulan memang di rumah sakit ini sang adik rutin berobat sejak kecelakaan itu.

"Dengan jujur saya bilang kalau kondisi adek Mbak sedang lemah. Trombositnya sangat rendah." Telinga Ameera makin berdengung mendengar ada komplikasi dan pendarahan di otak. Tubuh Naja sudah menolak infus ataupun darah yang coba ditransfusi untuk memperjuangkan hidupnya.

Dokter wanita berwajah tenang itu menatapnya dengan tatapan menguatkan. "Kita sudah berusaha maksimal, dan masih memantau perkembangan sementara. Mbak kuatkan doa, minta yang terbaik pada Tuhan."

Air mata Ameera berlelehan membasahi pipi. Ia pernah merasakan ini... tanda-tanda kalimat yang akan membawanya kembali pada keadaan menyakitkan, bernama perpisahan.

***

Tidak ada tempat berpegang kuat selain pada pencipta, mengembalikan semua yang terjadi pada-Nya. Sebab, jika lepas kendali mungkin Ameera sudah kehilangan kewarasan.

Apa yang ia takutkan akhirnya terjadi. Dua hari melemah di ruang ICU adik tercintanya menyusul ibu dan ayah.

Rasa sakit itu hadir tak terkatakan, nyeri menguasai hati, menyesakkan dada yang sempat membuatnya tak sadarkan diri. Beruntung ada keluarga Rayhan, dan juga Juna yang siaga di sisi membantunya. Mereka bersama warga mengurus jenazah Naja dengan baik, dari rumah sakit hingga ke pemakaman.

"Ingat janin di perutmu, Ra. Kalau mau nangis menangislah. Jangan ditahan begini. Lepaskan." Juna takut melihatnya mengalirkan air mata tapi terdiam bagai patung. Wajah pucat dan tatapan Ameera kerap kosong. Hanya bibirnya kadang komat kamit beristighfar tanpa suara.

"A-ku ng-gak papa, Jun... bisa minta minum lagi?"

"Ini, Mbak Amee. Istighfar terus. Ingat Dek Naja sudah ndak sakit lagi." Dengan cepat Mbok Arti, ibunya Rayhan berikan minum ke mulutnya.

Ameera berpindah tatap pada wanita tua yang selama ini juga banyak berikan perhatian pada Naja. "Mbookk...!"

"Ya, Mbak Amee. Ndak apa nangis, asal ndak meraung... kasian adekmu." Mbok Arti menerima pelukan sambil mengusap lembut punggung Ameera.

Ameera bukan menolak takdir, ia hanya merasa belum sempat membahagiakan sang adik. Bahkan di hari-hari terakhir hubungan mereka tak sedekat sebelumnya. Banyak kekecewaan Naja ungkap. Naja masih menyebut ia pembohong atas Finn yang nyata tidak benar-benar peduli mereka. Finn tidak datang untuknya dan Sami, makanya tidak pernah ada saat hari-hari ia menunggu.

Naja juga sempat minta Ameera menjauh saja, biar ia tidak merasa kehilangan saat sayang kakaknya ini harus terbagi dengan baby nanti.

***

"Maafkan opa tidak bisa ke rumahmu. Opa sudah kirim untuk bantu tahlilan."

"Nggak apa, Opa. Harusnya nggak usah repot Opa, di sini sudah siap semua juga. Tahlilan sederhana aja di musholla dekat rumah."

"Tidak apa. Yang opa kirim pakailah mana yang dibutuhkan. Bagaimana dengan Finn, kapan dia balik dari Jogja?"

Ameera terdiam sesaat. Sejak hatinya kembali tenang di malam pertama perginya Naja, ia ada menghubungi nomor Finn tapi panggilannya tidak diangkat, tak lama coba lagi nomor itu sudah tidak bisa dihubungi.

Dari berangkat ke Jogja sampai hari ketiga ia berduka ini mereka tidak ada kontak sama sekali. Mungkin Finn masih menyimpan amarah besar atas keributan hari itu.

"Nanti opa telepon dia. Dari kemarin sepertinya sangat sibuk. Kamu yang sabar ya, Ameera. Finn kalau kerja suka lupa diri, lupa waktu."

"Ya, nggak papa, Opa. Terima kasih atas perhatian Opa. Maaf saya baru bisa kabari hari ini."

"Tidak apa-apa. Opa akan ke rumahmu sepulang dari sini."

"Semoga Opa sehat-sehat."

"Ya, begitu juga harapan orang tua bau tanah ini." Eddie sedikit bercanda di akhir panggilan mereka.

Lelaki tua itu masih di Penang, dua hari lalu ke sana untuk cek kesehatan lututnya yang sering nyeri saat jalan.

***

Finn mengusap wajahnya yang lengket minyak dan debu. Ia dan sopir mampir sebentar ke rumah Aldi. Kemarin, asistennya itu jatuh hingga terkilir saat melalui jalanan proyek yang belum rata.

"Eh, Pak Finn, mari silakan masuk, Pak." Dayuk, adik perempuan Aldi membuka pintu.

"Mas! Mas Aldi! Niki enten bos'e!"

Segera datang pria memakai kruk ke ruang tamu.

"Bagaimana, Al?"

"Alhamdulillah, Pak."

"Masih bengkak?"

"Sudah kurang, Pak, cuma napak masih belum kuat."

"Ya, pelan-pelan akan semakin membaik." Finn duduk, tapi kemudian berdiri lagi saat seorang wanita paruh baya tergopoh dari dapur, menyapa ramah ia dan sang sopir.

Rumah Aldi sederhana, bangunan tua yang masih berlantai tegel hitam. Namun hawanya sejuk, dan suasana rumah ini sangat hangat. Mamaknya Aldi suka ngobrol, begitupun adik perempuannya yang masih kuliah semester 4 di UGM. Mereka juga menyajikan banyak makanan kecil khas Jogja, termasuk bakpia kukus.

Makanan khas yang dibuat dengan model kekinian itu berisi aneka rasa. Tanpa sungkan beberapa buah habis dilahap Finn. Ah, lidahnya terasa baru dimanjakan, lumayan melenyapkan lelah otak dan raga usai berjibaku dengan pekerjaan di lapangan.

"Ng, Mas boleh minta foto ndak bareng bos'e?" Permintaan adik Al itu langsung mengundang senyum Finn. Yang diminta foto Finn, tapi izinnya sama Aldi.

"Boleh," sahut Finn tanpa pikir lama.

"Kamu itu lho, Dhek. Foto Pak Finn mesti arep dipamerin kanggo koncone. Ora oleh ah!"

Gadis itu tak ragu mengiyakan. "Abise Pak Finn koyok artis nang majalah majalah luar iku lho. Cakep. Untung aku masih nahan diri ndak tak ajak ngonten, hee."

Sebenarnya itu kode, kalau Finn mengiyakan pastilah Dayuk gerak cepat bikin video di applikasi Tok Tik-nya. Dijamin bakal nambah followers. Bakal bantu mendongkrak jualan onlinenya juga. Sayang, tak lama Finn malah pamit pulang.

***

Setelah seminggu di Jogja Finn kembali ke Jakarta, tapi ia enggan langsung menuju rumah. Apartemen adalah tempat beristirahat yang paling nyaman sementara ini. Dua hari terakhir ia menyibukkan diri di kantor, seakan lupa rumah.

"Ameera berduka kehilangan adiknya, Finn. Dia butuh kamu. Jangan diabaikan. Pikirkan atur itu pekerjaan supaya kamu cepat pulang." Potongan percakapan opa di telepon saat ia masih di Jogja tiba-tiba kembali terngiang.

Di kantor ini, di tempat duduk sama ia pernah ribut dengan Ameera, juga pernah merasa sangat manis saat perempuan itu menyuapinya rujak buah.

Ah, mengingat nikmat segar makanan itu membuatnya berkali-kali meneguk ludah yang langsung berlimpah.

Ia menaruh bolpoin, menggeser berkas yang baru usai ditandatangani.

Apa kabar dia setelah kehilangan adiknya?

"Adekku ngidolain Mas Finn, lho...!" Kata-kata Ameera itu menggema. Seakan baru terjadi. Di mana ia mengecup kepala Naja yang berbau kayu putih, dan difoto... agh! Sekali sentak Finn berdiri.

Ia menyambar jas, memakainya sembari keluar.

Mobil Finn berhentikan di seberang kedai, beberapa lama mengintai tak terlihat perempuan itu, maka ia pun langsung menuju rumah.

Kakinya menginjak lagi rumah yang selalu sepi, kecuali beberapa pelayan hilir mudik, membersihkan setiap bagian yang maminya wajibkan selalu bebas debu. Ah, rumah bak istana ini jauh berbeda dengan suasana rumah Aldi. Ada rindu ia ingin memiliki keluarga seperti asistennya itu.

Sampai di kamar jantungnya tak normal. Apa yang akan ia katakan jika bertemu perempuan itu. Kata 'aku turut berduka' pasti sangat lucu di telinga. Sudah sangat terlambat, apalagi setelah dengan keras hati ia sengaja mengabaikan kabar itu beberapa hari lalu.

Kamar masih sangat rapi, dan aroma pekat lemon pun masih sama menyambut penciumannya. Tapi... tidak ada siapapun di dalam.

"Di mana dia?" Finn cek ke kamar mandi, dan ruang ganti, Ameera juga tidak ada, tapi pakaiannya di lemari masih seperti sebelumnya.

"Hah, kamu memang tidak mungkin pergi begitu saja," ucapnya tanpa sadar merasa lega.

Pasti ada di rumahnya!

Ia segera keluar kamar dengan langkah terburu.

Entah apa tujuannya mencari, ia hanya mengikuti naluri, mau melihat keadaan Ameera setelah kehilangan sang adik. Itu saja.

Namun, wajah Finn sekejap terpaku, tepat saat pintu terkuak ia menemukan wajah pucat yang juga terkejut melihatnya. Beberapa saat mata mereka beradu, sampai Ameera mengangguk kecil tanpa ekspresi, sebelum melewatinya tanpa kata.

Finn dalam gerak lambat berbalik. Menatap punggung yang bergerak layu. Kenapa perempuan itu tidak seperti Ameera yang ia kenal?

Ada apa dengannya?

Bersambung....

1
Sugiarti
Luar biasa
Merica Bubuk
Sumpah gw ga jd Nonjok lu, Finn
Skrang Lu sdar arti seorang Istri kan ?
Merica Bubuk
Mami, aq padamu 😘😘😘
Merica Bubuk
Si Jonas tuh ada dendam apa sih sm si Finn, 2x jebakan loh ? 🤔🤔🤔
Merica Bubuk
Jiwa'y Mayor Teddy 🤣🤣🤣
Merica Bubuk
Ga papah, aq lagi glantungan 🤣🤣🤣
Merica Bubuk
Kata bang Komeng mh, Lu jual... gw borong
Begitu jg Ameera, kapoookk
Merica Bubuk
Sampe lupa gitu ya ?
Untung aja saluran nafas lu masih Allah biarkan terpasang 🤦‍♀️🤦‍♀️🤦‍♀️
Merica Bubuk
Badan aja gede gaban, nyali Hello Kity
Merica Bubuk
Kapoookk lu 🤣🤣🤣
Merica Bubuk
😭😭😭😭
Merica Bubuk
Sahabatan sm tante LUX, lama² lu impoten Finn 🤪🤪🤪
Merica Bubuk
Aq padamu Ameera 😘😘😘
Merica Bubuk
😁😁😁 itu teh efek ngidam, ameera
Merica Bubuk
Kan kan kan 🤣
Merica Bubuk
Nah kan, gw bilang apa Finn ?
Lu bakalan ❤️ sm Ameera
Merica Bubuk
🤣🤣🤣
Merica Bubuk
/CoolGuy//CoolGuy/
Merica Bubuk
Cieeehh... 😄😄😄
Merica Bubuk
🤪🤪🤪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!