Gayatri adalah gadis berusia 30 tahun. Satu minggu lagi dia harus melangsungkan pernikahannya. Bukan rencana pernikahan biasa, tapi rencana pernikahan yang ke-tiga. Karena dua rencana pernikahan yang sebelumnya, telah gagal dilaksanakan dan menimbulkan kegaduhan.
Seisi kota mencibir dirinya dan keluarga. Melabelinya sebagai gadis sial dan terkutuk.
Lalu siapakah Dewa? Pria bodoh dari mana lagi yang nekad mengajukan lamaran kali ini? Akankah cinta dan tekadnya mampu meluluhkan hati gadis manis itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Seruling Emas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20. Arjuna
"Kamu mau ngapain sih!" sentak Aya tak senang karena ditarik menuju mobil Dewa.
"Kita harus bicara. Jika setelah itu kau masih tak ingin bertemu denganku, tak masalah!" jawab Dewa serius.
"Benarkah? Apa kau akhirnya setuju untuk melakukan pembatalan pernikahan?" tanya Aya antusias setelah didorong masuk ke mobil.
"Tidak!" geleng Dewa.
"Kau ingin ambil cara menceraikanku?" desak Aya lagi.
"Tidak akan!" Mata Dewa menatap Gayatri dengan tajam. Dia sama sekali tak menyukai ide-ide yang dilontarkan gadis itu.
"Lalu, apa untungnya bagiku mendengarkanmu! Orang yang sudah terpergok bikin kesalahan, pasti akan membela diri, untuk kepentingannya!" kata Aya pedas.
"Bisakah kau diam dan bersabar sebentar? Aku ingin menunjukkan sesuatu padamu!" Dewa melirik Aya dengan sudut matanya. Istrinya itu mengerucutkan bibir dan membuang pandang ke luar jendela mobil.
Malam baru saja jatuh. Lampu-lampu jalanan mempercantik jalanan kota yang indah dengan taman-tamannya di sepanjang jalur yang mereka lewati.
"Kita mau ke mana?" tanya Aya. Jalan itu bukan arah ke apartemen Dewa. Bukan pula arah ke kantor ataupun rumah Aya.
Dewa diam tak menjawab. Dia menyetir dengan hati-hati. Gayatri merasa sebal melihat sikap pria ini yang bertolak belakang dengan Dewa yang dipergokinya di kantor dan memeluk seorang wanita.
Aya bersikap waspada. Takut bahwa Dewa benar seperti perkiraannya, punya kepribadian ganda. Dia yang sedang menyetir adalah Dewa yang dikenalnya sebagai suami. Siapa yang tahu kapan pria aneh ini akan berubah menjadi orang asing yang super kasar seperti waktu itu? Atau mungkin bisa lebih jahat dari itu.
"Hiiyyy ...."
Tanpa sadar, tubuh gadis itu bergidik ngeri, membayangkan apa yang ada dalam pikirannya tadi.
"Kau kenapa? Apakah Ac mobil terlalu dingin?" tanya Dewa penuh perhatian.
"Aku ngeri duduk berdua denganmu seperti ini!" jawab Aya jujur.
"Kepalamu itu dipenuhi hal-hal menakutkan. Kau benar-benar penganut teori konspirasi!" ejek Dewa sambil tersenyum.
"Bagaimana kalau aku ternyata benar seperti yang kau bayangkan?" goda Dewa usil.
"Aku akan berteriak dan lompat dari mobil!" jawab Aya otomatis. Dia langsung bersikap waspada. Tangannya sudah memegang tuas pintu mobil, siap untuk membuka dan melompat ke luar.
"Ckckckck ... siapa yang mengisi kepalamu dengan segala hal buruk?" tanya Dewa tenang. Dia sama sekali tak mempedulikan sikap waspada Aya.
"Aku sedang bersiap melompat sekarang. Kalau kau macam-macam, aku akan keluar!" ancam Aya serius.
"Memangnya aku bisa apa sambil menyetir mobil?" tanya Dewa cuek. Pria itu asik mengawasi jalanan ramai. Dia tak memberi perhatian sama sekali pada Gayatri yang sedang menguji kesabarannya.
Aya yang tak mendapatkan respon yang diinginkannya, jadi cemberut.
"Apa kau selalu mencari perhatian keluargamu dengan tingkah konyol seperti itu?" tanya Dewa ingin tahu.
"Bukan urusanmu!" ketus Aya.
"Sekarang jadi urusanku, karena kau istriku," balas Dewa enteng.
"Pernah enggak sih kamu mikir bahwa apa yang kamu lakukan itu melukai hati keluargamu? Atau ... apa kamu tidak menyayangi mereka?" tuduh Dewa dengan wajah serius.
Tentu saja aku menyayangi keluargaku!" bantah Aya.
"Kalau begitu, berhentilah menyusahkan mereka! Kau hanya boleh menyusahkan aku saja mulai sekarang!" ujar Dewa otoriter.
"Kau orang yang aneh. Tak ada orang yang bersedia disusahkan oleh orang lain, selain dirimu! Apa kau sangat ingin dipuji sebagai orang yang baik dan berbudi?"
Sepanjang perjalanan yang entah ke mana, kedua orang itu saling berdebat dan berbantahan. Lalu mobil Dewa berhenti di depan pagar sebuah rumah megah.
Setelah menekan klakson dua kali, pintu pagar itu dibuka dari dalam. Kemudian mobil berjalan masuk.
Seorang lelaki tua yang betul-betul tua dan nyaris bungkuk, menutup kembali pintu pagar. Dengan cepat dia berlari menuju Dewa, saat pintu mobil dibuka.
"Tuan!" sapanya hormat.
"Apakah Arjuna ada di rumah?" tanya Dewa.
"Barusan kembali, Tuan!" jawabnya masih dengan sikap hormat yang sama.
Dewa membimbing tangan Aya dan membawanya masuk ke teras, mengikuti pria bungkuk yang berjalan di depan.
"Sepertinya ada di lantai atas, Tuan. Sebentar saya kabarkan pada Tuan Arjuna."
Dewa dan Aya dipersilakan duduk di ruang tamu besar yang diisi perabotan mewah.
"Siapa Arjuna?" tanya Aya tak dapat menahan rasa penasarannya.
"Bukankah tadi pagi kubilang ingin bertemu denganmu siang hari? Kenapa baru muncul sekarang!" terdengar suara kasar dan ketus dari arah tangga.
Dewa mendongak ke atas dan tersenyum. Aya yang ikut melihat ke atas segera dibuat terkejut. Dia seperti melihat Dewa versi lain tengah berdiri di anak tangga dan menatap ke bawah dengan pandangan tak suka.
"Bukankah sudah kukatakan bahwa aku sedang mengurus resepsi pernikahanku!" balas Dewa. Suaranya tegas, namun wajahnya masih dipenuhi senyum.
"Siapa dia?" bisik Aya pada Dewa.
"Yang kau lihat di kantor waktu itu!" jawab Dewa.
"Siapa dia? Kenapa bisa sangat mirip denganmu?" tanya Aya ingin penjelasan.
"Kenapa kau ingin tahu tentangku? Kau siapa!" tanya pria itu kasar.
"Hei! Jangan bersikap kasar padanya. Dia istriku! Kau harus belajar menghormati dan menghargai orang lain, terutama keluarga sendiri!" tegur Dewa cepat.
"Dia keluargamu?" bisik Aya lagi. Dewa mengangguk.
"Nanti kuceritakan detailnya." Dewa menepuk punggung tangan Aya untuk menenangkannya.
"Keluarga apa! Hanya kau yang kubiarkan dekat! Kalau buka karenamu, sudah kuhancurkan mereka semua!" ketus Arjuna.
"Jangan begitu. Kita akan selalu membutuhkan keluarga pada akhirnya. Jadi jangan lakukan hal yang nanti akan kita sesali. Jangan menempuh jalan di mana tak ada jalan kembali!" nasehat Dewa sabar.
Sekarang Arjuna sudah berdiri di hadapan kedua tamunya. Dia melihat Gayatri dengan sedikit kerut di kening. "Kau ... apa kita pernah bertemu? Rasanya tidak asing!" kata Arjuna pada Gayatri.
"Dia wanita yang waktu itu memergokimu di ruang kantor bersama wanita!" jelas Dewa.
"Dia istriku. Dan karena insiden itu, dia marah padaku dan minggat dari apartemen," jelas Dewa.
"Lalu, apa hubungannya denganku hingga dia kau bawa ke sini?" Sangat jelas terlihat bahwa Arjuna tak terlalu senang bertemu Gayatri.
"Tentu saja ada hubungannya. Aku harus meyakinkan dia hingga percaya bahwa yang dilihatnya di kantor itu bukanlah aku, tapi kau!" bantah Dewa.
"Huh!" Arjuna mendengus mengejek. "Bukankah sudah kubilang, jangan terikat dengan satu wanita! Mereka akan menyusahkan dan memperbudakmu! Ikuti caraku dan lihat bagaimana mereka memohon dan bersikap patuh agar tidak didepak dari sisiku!" katanya sombong.
Aya emosi mendengar kata-katanya. Dia sudah akan menyemburkan kata-kata balasan yang kasar, kalau tidak dicegah Dewa. Suaminya menggeleng. Dan Aya melihatnya dengan heran.
"Apa kau juga termasuk orang yang tunduk padanya agar tidak didepak dari sisinya?" tanya Aya sinis.
"Hahahaa ... sudah kubilang wanita hanya menyusahkan! Kau tak pernah mau percaya!" Arjuna mengejek Dewa.
"Kau membenci bapak. Tapi sebenarnya, sikapmu sangat mirip dengan bapak yang suka main perempuan. Tapi bahkan bapak masih jauh lebih baik, karena dia menikahi wanita-wanita yang disukainya. Tidak sepertimu yang hanya mempermainkan mereka dan membuangnya setelah bosan!" balas Dewa sengit.
"Jangan membuatku menyesal menjalin kerja sama denganmu!" ancam Arjuna pada Dewa.
"Kau yang memulainya. Sikapmu di kantor waktu itu sungguh keterlaluan. Bahkan ibu mertuaku pun kau usir dengan kasar!" Dewa membalas dengan wajah marah dan matanya menatap Arjuna tajam.
"Bukankah sudah kukatakan untuk tidak mengganggu urusan pribadi masing-masing?" tambahnya lagi.
Arjuna mendengus. kemudian mengalihkan pandangannya pada Gayatri. Dia memperhatikan Gayatri dengan seksama seperti sedang menyelidiki karakter dan kelebihan gadis di depannya itu.
"Apa dia sangat berharga, hingga kau bersedia berbantahan denganku demi dirinya?" Kali ini pertanyaan ditujukan pada Dewa.
"Dia istriku! Dan aku sudah menetapkan dalam hatiku, hanya akan menikahi satu istri. Aku tak ingin dia mengalami kesedihan seperti yang dialami ibu dan anak-anak yang kesulitan seperti aku, dan terutama kau!" terang Dewa.
Arjuna melambaikan tangan. Wajahnya kembali seperti biasa. Seperti tak ada perdebatan sengit diantara mereka sebelumnya.
"Apa kau mau aku menjelaskan diriku pada istrimu agar dia bersedia kembali padamu?" Sebelah alis mata Arjuna melihat Gayatri dengan pandangan remeh.
Wajah Dewa terlihat kembali tenang juga. Diajaknya Aya kembali duduk setelah berdiri sepanjang perdebatan tadi.
Dewa mengangguk pada Arjuna dengan tatapan lembut dan senyumnya.
"Baiklah. Biar kukatakan padamu, nona ... siapa namamu?" tanyanya pada Aya.
Aya membuang muka sebal melihat tingkah Arjuna yang menurutnya sangat memuakkan.
"Namanya Gayatri. Kau bisa panggil dia Aya," jelas Dewa menengahi kedua orang di dekatnya.
"Apa dia selalu bersikap menyebalkan seperti ini?" tanya Arjuna dengan alis bertaut.
"Kau juga sangat menyebalkan. Bukankah sudah sering kukatakan, kurangi sikapmu yang menyebalkan seperti itu di hadapan orang lain!" tegur Dewa.
"Baiklah .... Gayatri, aku adalah saudara kembar Dewa yang dipisahkan sejak kami bayi. Yang bahkan ibu pun tak mengetahui kalau dia melahirkan bayi kembar. Karena yang membuangku adalah bapak!"
Arjuna tertawa pahit. "Dia tak sanggup punya lebih banyak anak, tapi mampu menghidupi empat istri sekaligus!"
Aya terhenyak mendengar penjelasan yang di luar dugaannya itu. "Lalu bagaimana kalian bisa bertemu?" tanya Aya heran.
"Semua orang selalu saja bertanya seperti itu. Tak adakah pertanyan yang baru?" sungutnya.
"Baiklah, karena kau sangat berarti buatnya, maka aku akan menjelaskannya. Kami bertemu secara tak sengaja di Amsterdam. Detailnya bisa kau tanyakan padanya! Aku tak terlalu suka bernostalgia!" ujarnya dingin.
Dewa mengangguk. "Nanti kuceritakan saat kita pulang." janji Dewa.
"Aku sudah mengatakan bagianku. Sekarang kalian pulanglah, dan urus diri kalian sendiri. Jangan mengganggu waktuku yang berharga!" ujarnya ketus.
"Berhentilah memanggil sembarang perempuan!" Dewa kembali menasehati saudara kembarnya itu.
"Bukan urusanmu!" Arjuna berkata dengan ketus, lalu berdiri dan kembali menaiki tangga menuju lantai atas.
"Ayo kita pulang!" Dewa menarik tangan Gayatri untuk pergi dari sana. Meskipun tidak merasa puas, tapi Aya tak bisa meminta penjelasan apapun lagi pada Arjuna, karena pria itu bahkan sudah menghilang dari pandangan matanya.
*******
Oia othor mau nanyq, jd dewa knp meninggal sih sebenernya? alasannya,
tolong dijawab ya thor
aku bayangin dewa yg baik, tulus, penyayang, sopan.... semua yg diharapakan seorang perempuan pada laki"
seriussss.... smpe nyesek susah nafas.... bayangin dewa akan pergi