PENGANTIN YANG KABUR

PENGANTIN YANG KABUR

1. H -7

"Buka pintunya!"

Suara seorang gadis yang berteriak dan menggedor-gedor pintu kamar, terdengar sejak pagi. Sudah pulluhan kali dia melakukannya tanpa lelah dan putus asa. Semua orang menggelengkan kepala, lelah mendengar keributan yang sengaja dibuatnya.

Seorang wanita paruh baya yang masih terlihat ayu, datang menghampiri dan menyahutinya. Setelah sekian kali gadis itu berteriak dan menggedor pintu mencari perhatian, akhirnya ada juga yang meladeni.

"Malu, Cah Ayu. Jangan terus berteriak seperti itu. Nanti lehermu sakit. Masa di hari pernikahan, kamu jadi gagu karena tak sabar konser sejak seminggu sebelumnya?" bujuk wanita itu.

"Mami ... Aya ndak mau nikah sama dia!" ujarnya entah untuk yang ke berapa kali pula.

"Dengan masa lalumu, sudah ndak ada lagi pria baik yang berkenan melirikmu, Nduk," bujuk maminya lagi.

"Beruntung sepupu jauhmu datang dari Belanda. Dia ndak tahu apa-apa. Cuma disodori fotomu saja dia sudah setuju. Keberuntungan yang seperti apa lagi yang mau kau cari?" jelas maminya lagi.

"Tapi Aya ndak cinta sama dia ...." Suaranya setengah menangis.

"Cinta bisa datang seiring waktu. Apa kamu pikir mami dulu cinta sama papimu? Orang udik begitu? Tapi karena dijodohin sama eyang, ya harus manut tho!" Mami memberi contoh.

"Kenapa jadi Mami yang curhat sih!" ujar gadis itu jengkel. Suaranya terdengar menjauh dari balik pintu. Lalu sayup-sayup terdengar tangisan dari dalam kamar.

Wanita paruh baya itu menghela napas panjang. Mendekatkan wajahnya ke daun pintu yang tertutup. Dia melihat lobang kunci dengan gemas. Suaminya menyimpan sendiri kunci kamar. Pria itu tak mempercayai siapapun.

"Sayang ... percayalah. Cinta akan datang seiring waktu. Papi dan mami sudah memilihkan pria paling baik untukmu. Biar kamu bisa merasakan kebahagiaan hidup berkeluarga," ujarnya lembut dan sabar.

"Kalau gitu ambil saja buat mami!" Terdengar teriakan balasan dari dalam kamar.

"Hlo! Piye tho. Trus, papimu gimana? Trus kamu gimana kalau mami diboyong ke Belanda? Apa kamu beneran mau punya ayah tiri?" tanya maminya dengan suara serius.

"Mamiiiiiii ... berisik!" balas putrinya kesal.

Wanita paruh baya itu menutup mulutnya agar tidak tertawa. Setelah beberapa waktu, dia akhirnya berkata.

"Yo wes. Mami tinggal mengurus yang lain dulu ya. Kalau kangen sama mami, gedor lagi aja pintunya. Nanti mami datang lagi." Wanita ayu yang anggun itu berlalu dari sana, dengan senyum kemenangan di wajahnya.

Diangkatnya dagu dan membiarkan suara teriakan Gayatri mengalun. Wanita ayu bernama Ajeng Wardhani itu tidak terganggu sama sekali. Langkahnya sangat tenang dan menatap lurus ke depan.

Dari seberang ruangan, seorang pria bertubuh tambun berambut kelabu, hanya menggeleng. Tak ada yang menyadari tarikan senyum di sudut bibirnya sedetik yang lalu.

Di bagian lain rumah, sebagian orang kembali merasa lega karena suara gedoran pintu yang seperti suara drum dalam marching band itu mengalami jeda sejenak. Menyelamatkan jantung dan telinga mereka yang diteror polusi suara sejak pagi.

*

*

Di depan warung sayur, ibu-ibu berkumpul begitu melihat suasana ramai di rumah besar keluarga Sangaji.

"Dari kemaren ramai sekali. Apa mau hajatan ya?" tanya yang satu.

"Mungkin," sahut yang lain sambil terus memilih sayuran.

"Bukan dari kemaren. Kalau ndak keliru, awal bulan lalu juga ramai kok," Ibu lain menambahi.

"Kalau itu, acara arisan keluarga. Kan eike diminta bantu masak di sana," sahut yang lain menimpali.

"Oo ...." wanita yang sebelumnya bicara, mengangguk mengerti.

"Hlo ... hloo. tumben kok ramai sekali sepagi ini. Apa Pak De Yatno lagi kasih diskon sayuran?" Seorang ibu lain datang mendekat.

"Ora!" geleng Pak De Yatno. Tangannya ikut mengibas, menandakan tidak ada diskon bagi ibu-ibu di situ.

"Sekali-kali kasih diskon atau give away kaya toko onlen gitu hloo ...." ujarnya sambil memajukan bibirnya dengan gaya merot ke kanan kiri.

"Lah, mbok ya sekali-kali ndak pake kasbon tho bu-ibu," balas Pak De Yatno telak.

Tangan ibu-ibu yang sedang memegang sayuran jadi terhenti. Mata mereka serempak melotot ke arah ibu yang baru datang dan cari perkara dengan Pak De Yatno. Tatapan tajam yang mematikan itu membuat si ibu tersebut langsung bungkam seribu bahasa.

Untuk mengalihkan dan menenteramkan Pak De Yatno, seorang ibu membawa lagi arah pembicaraan ke topik semula. "Tadi, saat aku lewat depan rumah Pak Sangaji, kudengar suara teriakan Aya hlo. Juga ada suara gedebak-gedebuk gitu. Dia teriak-teriak gak jelas."

"Ho-oh ... aku juga denger. Teriakan "buka ... buka" gitu hlo." Yang menimpali lagi.

"Apa dia dikunci di kamar?" duga ibu yang lain.

"Hloo, untuk apa Bu Ajeng mengunci Mbak Aya di kamar. Ada-ada saja," bantah yang lain.

"Menurutku, semua ini ada kaitannya," ujar yang lain dengan gaya detektif.

"Kaitan bagaimana?" yang lain langsung menoleh, ingin tahu analisa ibu yang mengaku paling cerdas dari semua langganan Pak De Yatno.

"Iya tho. Coba lihat keramaian ini. Aku yakin, gak lama lagi tukang tenda akan datang. Ditambah dengan teriakan Mbak Aya. Petunjuk yang sangat jelas, kalau Pak Sangaji mau hajatan!" jelasnya dengan wajah bangga. Dia selalu bisa memuaskan keingin tahuan para ibu di warung sayur.

"Hajatan? Hajatan opo? Kan Adiknya Aya satu-satunya sudah menikah tahun lalu. Siapa lagi yang mau dinikahkan?" tanya yang lain penasaran.

"Hlo!" ibu tadi menatap teman-temannya dengan pandangan mengecilkan. Terheran-heran kenapa dia bisa begitu cerdas, sementara yang lainnya sulit melihat berbagai petunjuk yang terlihat jelas.

"Kan Mbak Aya belum nikah. Jadi hanya ada satu kemungkinan, Hajatannya Mbak Aya! gitu aja kok ndak bisa nangkep!" ejeknya dengan wajah merendahkan.

"Mosok seh?" ujar seorang lainnya tak percaya.

"Iya. Masa iya sih Bu Ajeng masih mau menikahkan Mbak Aya? Apa udah lupa dengan dua kali acara pernikahan yang gagal?" timpal yang lain tak percaya.

"Iyo. Yang kedua, malah bikin rugi Pak Sangaji ratusan juta karena dituntut sama calon menantu dan calon besannya itu. Mosok ndak kapok?" bantah yang lain dengan argumen.

"Lah, yang namanya jodoh kan tetap harus diupayakan. Mosok orang tua akan membiarkan putri satu-satunya jadi perawan tua, hanya karena rugi ratusan juta?" timpal yang lain, mendukung analisa si ibu cerdas.

"Tapi, kalau nanti dia kabur lagi, gimana? Wah ... bakal geger lagi nih sekota, nyari-nyari dia." Seorang ibu menggelengkan kepalanya, heran dengan perilaku Aya.

"Yo ... resiko. Resiko si calon suami. Resiko keluarga juga, kalau nanti kembali dibawa ke jalur hukum!" jawab si ibu cerdas. Dia merasa puas bisa menjelaskan dengan smart pertanyaan para tetangganya.

"Jadi, Suara teriak-teriak "buka ... buka" itu, kemungkinan Mbak Aya dikunci di dalam kamarnya?" Ibu yang sebelumnya mundur dari barisan akibat memancing omelan Pak De Yatno, kembali angkat bicara.

"Ooo ...."

Ibu-ibu lain kini mengangguk seirama. Misteri teriakan di pagi hari, kini sudah terpecahkan. Mereka bisa kembali memilih sayur dengan tenang.

Pak De Yatno hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat ibu-ibu di gang itu yang sudah seperti kamera cctv saja. Dia merasa mereka itu sangat cocok menjadi pembawa acara gossip di tivi. Ada pembawa berita, ada yang memancing. Ada yang menimpali, ada yang menyajikan fakta-fakta versi mereka. Ada juga yang bertindak sebagai editor yang menyimpulkan berita. Luar biasa!

******

Karya baru dari author untuk pembaca setia. Kali ini genre Komedi Romantis yaa ...

Jangan lupa Vote, tap favorite ❤, Like 👍 dan komentarnya. Kasih rate ⭐ 5 dan gift🌹juga yaa ...

~ Happy reading ~

Terpopuler

Comments

tehNci

tehNci

Hadir Thor... Telat Mulu ya, aku hadirnya. Maafkan....

2024-01-10

1

Kustri

Kustri

penasaran knp kabur yaa, dijodohin kah

2023-10-16

1

Kustri

Kustri

senyum" baca arisan boebo di grobak sayur😁

2023-10-16

1

lihat semua
Episodes
1 1. H -7
2 2. Sumpah Gayatri
3 3. Dewa
4 4. Kesepakatan
5 5. Tekad Dewa
6 6. Ultimatum Eyang
7 7. H-6
8 8. Jebakan Dewa
9 9. H-5
10 10. H-4
11 11. Kehilangan Dewa
12 12. Memanjat Plafon
13 13. Menuju Pernikahan
14 14. Pernikahan Aya
15 15. Rencana Dewa
16 16. Kejutan di kantor
17 17.
18 18. Mencari Pekerjaan
19 19. Akal Bulus Dewa
20 20. Arjuna
21 21. Pulang
22 22. Menunggu Jemputan Dewa
23 23. Kepanikan
24 24. Dewa Kritis
25 25. Operasi Dewa
26 26. Ujian Kesabaran Aya
27 27. Perkembangan Dewa
28 28. Kepergian Dewa
29 29. Rapat Keluarga
30 30. Rencana Pertunangan
31 31. Nasehat Mami
32 32. Arjuna 2
33 33. Protes Aya
34 34. Bertunangan
35 35. Perang Yang Tertunda
36 36. Ketahuan Aya
37 37. Kehilangan Aya
38 38. Diusir Eyang
39 39. Keputusan Papi
40 40. Langkah Baru Aya
41 Bab. 41. Persaingan Kerja
42 Bab 42. Ulang Tahun Jayadi
43 Bab 43. Pertolongan
44 Bab 44. Hukuman Direktur
45 Bab 45. Penangkapan
46 Bab 46. Peringatan Keras Papi
47 Bab 47. Pernikahan Aya.
48 48. Hari pertama Jadi Istri
49 49. Malam Terkutuk
50 50. Penyesalan Arjuna
51 51. Kekasih Arjuna
52 52. Penculikan Gayatri
53 53. Sandra
54 54. Sandra 2
55 55. Kehamilan Gayatri
56 56. Bulan ke Lima
57 57. Rahasia Dewa
58 58. Keluarga Pak Salam
59 59. Kiriman Dewa
60 60. Dicky dan Amplop Coklat
61 61. Pasien Bunuh Diri
62 62. Ruang Persalinan
63 Pengumuman
64 63. Menemukan Aya
65 64. Mencari Bayi Aya
66 65. Perkelahian Polisi dan Penculik
67 66. Sadarnya Aya
68 67. Pelarian
69 68. Diringkus
70 69. Interogasi
71 70. Rahman
72 71. Kepingan Petunjuk
73 72. Robert Giles
74 73. Sumpah Arjuna
75 74. Titik Terang
76 75. Terbunuhnya Dua Tahanan
77 76. Cemburu Pada Dewa
78 77. Bayi Arjuna!
79 78. Kelompok Kalajengking Hitam
80 79. Dicky Ditangkap
81 80. Kau Akan Mati!
82 81. Berhadapannya Musuh Bebuyutan
83 82. Kekalahan Robert Giles
84 83. Terima Kasih Dewa
Episodes

Updated 84 Episodes

1
1. H -7
2
2. Sumpah Gayatri
3
3. Dewa
4
4. Kesepakatan
5
5. Tekad Dewa
6
6. Ultimatum Eyang
7
7. H-6
8
8. Jebakan Dewa
9
9. H-5
10
10. H-4
11
11. Kehilangan Dewa
12
12. Memanjat Plafon
13
13. Menuju Pernikahan
14
14. Pernikahan Aya
15
15. Rencana Dewa
16
16. Kejutan di kantor
17
17.
18
18. Mencari Pekerjaan
19
19. Akal Bulus Dewa
20
20. Arjuna
21
21. Pulang
22
22. Menunggu Jemputan Dewa
23
23. Kepanikan
24
24. Dewa Kritis
25
25. Operasi Dewa
26
26. Ujian Kesabaran Aya
27
27. Perkembangan Dewa
28
28. Kepergian Dewa
29
29. Rapat Keluarga
30
30. Rencana Pertunangan
31
31. Nasehat Mami
32
32. Arjuna 2
33
33. Protes Aya
34
34. Bertunangan
35
35. Perang Yang Tertunda
36
36. Ketahuan Aya
37
37. Kehilangan Aya
38
38. Diusir Eyang
39
39. Keputusan Papi
40
40. Langkah Baru Aya
41
Bab. 41. Persaingan Kerja
42
Bab 42. Ulang Tahun Jayadi
43
Bab 43. Pertolongan
44
Bab 44. Hukuman Direktur
45
Bab 45. Penangkapan
46
Bab 46. Peringatan Keras Papi
47
Bab 47. Pernikahan Aya.
48
48. Hari pertama Jadi Istri
49
49. Malam Terkutuk
50
50. Penyesalan Arjuna
51
51. Kekasih Arjuna
52
52. Penculikan Gayatri
53
53. Sandra
54
54. Sandra 2
55
55. Kehamilan Gayatri
56
56. Bulan ke Lima
57
57. Rahasia Dewa
58
58. Keluarga Pak Salam
59
59. Kiriman Dewa
60
60. Dicky dan Amplop Coklat
61
61. Pasien Bunuh Diri
62
62. Ruang Persalinan
63
Pengumuman
64
63. Menemukan Aya
65
64. Mencari Bayi Aya
66
65. Perkelahian Polisi dan Penculik
67
66. Sadarnya Aya
68
67. Pelarian
69
68. Diringkus
70
69. Interogasi
71
70. Rahman
72
71. Kepingan Petunjuk
73
72. Robert Giles
74
73. Sumpah Arjuna
75
74. Titik Terang
76
75. Terbunuhnya Dua Tahanan
77
76. Cemburu Pada Dewa
78
77. Bayi Arjuna!
79
78. Kelompok Kalajengking Hitam
80
79. Dicky Ditangkap
81
80. Kau Akan Mati!
82
81. Berhadapannya Musuh Bebuyutan
83
82. Kekalahan Robert Giles
84
83. Terima Kasih Dewa

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!