NovelToon NovelToon
Basmara

Basmara

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Playboy / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Romansa
Popularitas:120
Nilai: 5
Nama Author: keisar

Basmara, dalam bahasa sansekerta yang berarti cinta dan tertarik. Seperti Irma Nurairini di mata Gervasius Andara Germanota, sebagai siswa anak kelas 11 yang terkenal Playboy menjadi sebuah keajaiban dimana ia bisa tertarik dan penuh kecintaan.

Namun apalah daya, untuk pertama kalinya Andra kalah dalam mendapatkan hati seseorang, Irma sudah ada kekasih, Andrew, seorang ketua OSIS yang terkenal sempurna, pintar, kaya, dan berbakat dalam non akademi.

Saat terpuruk, Andra mendapat fakta, bahwa Irma menjalani hubungan itu tanpa kemauannya sendiri. Andra bangkit dan memerjuangkan Irma agar sang kakak kelas dapat bahagia kembali.

Apakah Andra berhasil memerjuangkan Irma atau malah perjuangan ini sia-sia?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon keisar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 19: Janeth, suka?

Andra, laki-laki dengan celana pendek dan hoodie tebal itu berjalan sebuah bangunan villa besar. Terlihat dua pria kekar dengan pakaian rapih menjaga pintu masuk.

"Dia Andra, sahabatnya bos Farel," belum sempat Andra membuka mulut, Diska, pria berambut keriting itu mengikutinya dan menyambar.

Kedua orang itu mengangguk, mereka membuka pintu lebar-lebar, menandakan Andra di izinkan untuk masuk. Begitu masuk, ruang tamu yang lumayan luas dan sangat estetik ceunah.

Terlihat sahabat-sahabatnya, kecuali Debrong, sedang mengobrol, reflek atensi mereka tertuju pada Andra yang baru datang. Farel, sang tuan rumah berdiri, menghampirinya dan memeluk Andra erat. "Andra! My friend."

Yang lain pun ikut memeluk Andra. "Dra! Welcome to the club!" seru Indra.

"Eh bangsat! Kita baru ketemu tadi! Lu pada nggak usah drama, gua kayak bang Toyib gak pulang-pulang," kesal Andra, bagaimana tidak? Bayangkan saja dihimpit empat orang dari berbagai penjuru.

Bagas, Indra, Farel, dan Mora tertawa, masing-masing dari mereka melepaskan pelukannya. Andra tampak kaget, Janeth, gadis bermata ngantuk itu menatapnya dan tersenyum tipis.

"Eneng ngapain disini?" tanya Andra.

"Diajak Indra," Janeth berdiri dan menghampiri Andra. "Nggak apa-apa kan?"

"Nggak apa-apa Dra," Mora menyambar, ia mengambil gelas besar yang berisi es teh dan memberikannya pada Andra. "Kan dia nggak ngasih masalah."

Andra diam, membiarkan gelas itu dalam genggaman Mora dan menatap tajam laki-laki berketurunan Sunda itu. Tentu Farel dan Bagas menyadari itu, dengan cepat Farel gelas dan Bagas merangkul Mora.

Entah apa yang dibisikkan Bagas, tapi Mora hanya membalas dengan mengangguk. Farel, ia mendekatkan mulutnya ke telinga Andra. "Tahan emosi lu Dra, gua ngajak kalian ke sini mau have fun, bukan berantem."

Andra menutup matany, mengatur napas agar dadanya yang sedari tadi terasa panas mereda. Farel menaruh gelas tadi. "Udah-udah, sekarang lu pada duduk lingkaran meja, gua mau ngambil sesuatu."

Mereka pun menurut dan duduk dengan urutan Debrong, Bagas, Janeth, Mora, Andra, dan Indra di meja melingkar tak terlalu besar.

"Ngambil apaan rel?" tanya Indra, namun Farel tidak membalas. "Rel? Farel!"

"Sabar anjing!" maki Farel sembari fokus mengorek isi tasnya. "Nah ini dia," terlihat sebuah kardus kecil, hanya sebesar telapak tangan, Farel melempar kardus itu keatas meja.

Farel duduk ditengah, diantara Debrong dan Indra. "Brong geseran dah," titah Farel, Debrong menggeserkan badannya. "Yang bener napa, lagian lu kurusin badan kek, ntar mati karena obesitas, gua ketawain lu."

"Eh pantek, salahkan Bagas kimak, dia nggak mau pindah," kesal Debrong.

Bagas terkekeh pelan, ia menggeserkan tempat duduknya, tangannya yang cukup kekar itu merangkul dan mengelus dada Debrong. "Brong, sabar, istighfar, tahan emosi lu, ntar tensi naik, meninggal, nggak bisa continue."

Yang lain pun tertawa melihat respon Bagas, Debrong menurut, ia mengatur napasnya yang mulai terasa sesak. "Jadi lu bawa apaan rel?" tanya Andra mengalihkan topik.

"Oh iya," Farel membuka kardus berwarna hijau tua itu. "Ini kartu truth or dare, awalnya gua mau ngajak kalian truth or dare kayak biasa, tapi kalau kalian yang nentuin, jadi kapal pecah ini villa."

Farel mengeluarkan kartu berwarna merah dan biru lalu ia memisahkannya. "Jadi kita nentuin truth or dare dari kartu aja, di mulai dari gua."

"Terus ke Debrong atau ke gua?" tanya Indra sembari menyanggah kepalanya dengan tangan.

"Clockwise, berarti ke Debrong," Farel memiringkan kardus, dan keluarlah semacam koin dengan sisi berwarna merah dan biru dengan tulisan truth dan dare.

"Kita nentuin dapet truth or dare dari koin ini," Farel melempar koin itu, dan menunjukkan sisi merah, dare. "Anying, feeling gua nggak enak," Farel mengambil kartu dari tumpukan paling atas, wajah tampak malas setelah membaca perintah disana.

"Kecup bibir pemain didepanmu," Farel menatap Mora yang berada didepannya, remaja itu tampak enggan. "Mor, kita udah sahabatan lama."

"Nggak mau!" Mora beranjak kabur, namun Janeth dan Andra yang barada dikanan kirinya langsung memegangi badannya. "Dra, lepasin gua, lu sahabat gua kan Dra?"

"Iya gua sahabat lu, tapikan challenge tetap challenge," Andra tersenyum jahat.

Dengan wajah menakutkan Farel mendekati Mora. "Mora sayang," wajah Farel mendekat dan... cup.

Beberapa ada yang tertawa, dan ada yang bergidik ngeri. Ketika Farel berjalan kembali ke tempatnya, Mora kembali duduk dan mengelap pipinya tempat ia dicium oleh Farel. "Bangsat, disturbing banget, bikin orang trauma."

Indra tertawa. "Kebawa mimpi dong Mor?"

"Kebawa mimpi," balas Mora. "Tapi bisa nggak kebawa kalo gua nonton bok*p sepuluh kali."

"Tolol,"'ucap Farel. "Otak lu keburu rusak bego."

Permainan kembali berjalan, Debrong yang mendapat dare yaitu push up 10 kali, Bagas mendapat truth yaitu hal memalukan yang ia lakukan, Janeth mendapat truth yaitu nama mantan yang terngiang, dan Mora mendapat dare yaitu push up 20 kali.

Dan kini giliran Andra, ia melempar koin, dan mendapat dare, ia mengambil kartu dare lalu membacakan perintah. "Pilih salah satu pemain untuk digendong sampai giliranmu kembali."

Andra berdiri, menatap teman-temannya satu persatu, ia berpikir sejenak. "Rel, kalo pegel boleh nggak sampe giliran gua."

"Boleh, tangan lu yang bisa kepake tinggal satu, ntar dipaksa buat gendong sampe giliran lu, taunya saraf atau urat kenapa-napa nggak bisa dipake, nggak lucu," ucap Farel.

Andra tersenyum dan menghampiri Janeth. "Eneng," Janeth berdiri, mereka pun saling bertatapan.

Setelah beberapa saat saling menatap, Janeth mengalihkan pandangannya. "Aa milih eneng?" tanya Janeth sembari memiringkan kepalanya, dan dijawab anggukkan oleh Andra.

Janeth mengulum mulutnya. "Aa mau gendong eneng gaya apa?"

Andra tampak berpikir sejenak. "Hm, bridal."

Janeth tampak kaget. "Emangnya aa kuat?"

Andra terkekeh. "Aa aja bisa angkat barbel 50 kilo satu tangan sampai lima kali, masa gendong eneng gak bisa."

"Okay, tapi kalo kenapa-napa eneng gak tanggung jawab ya," ucap Janeth.

Andra mengangguk, ia menggerakkan tangan kanannya ke paha Janeth yang dibalut oleh celana panjang itu, sembari menarik napas, ia mengangkat Janeth, untungnya, Andra berhasil menggendong Janeth.

Andra menatap Janeth dan memasang wajah bangga. “Gimana? Bisa kan?” Andra mengalihkan pandangan ke sahabat-sahabatnya. “Udah, Indra, giliran lu.”

Indra yang sedari tadi memperhatikan langsung menunduk menatap kartu. “O…oh, iya baru nyadar gua.”

Janeth, perempuan berketurunan Jawa dan Sunda itu menatap Andra dengan seksama, melupakan orang-orang disekitar, jantungnya berdetak sangat kencang.

Sekarang Janeth tahu kenapa Andra dulu begitu dicintai oleh siswi-siswi di kelasnya. Rahang yang tegas, mata yang berbentuk seperti berlian, jakun yang terlihat jelas ditambah bau yang mainly, dan lesung pipinya yang menjadi poin tambahan.

“Apa… gua bener-bener suka sama Andra?”

To be continue

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!