Serafim Dan Zephyr menikah karena di jodohkan oleh kedua orang tuanya, dari awal Serafim tahu Calon suaminya sudah mempunyai pacar, dan di balik senyum mereka, tersembunyi rahasia yang bisa mengubah segalanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Blueberry Solenne, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19 Cinta dan Intrik
(Zephyr)
Serafim bertanya padaku
“Phyr, apa kau membaca semua tulisanku?” sambil menatapnya.
Aku hanya terdiam menatapnya.
Saat Ia menelponmu waktu liburan aku sedang membaca buku hariannya, Ia menulis awal pertemuan kami, Ya memang hanya ada tiga lembar
Lembar pertama dari halaman terakhir.
Aku tidak menyangka pria hidung belang yang kutemui di kereta itu adalah calon suami ku.
Lalu di lembar keduanya.
Aku sudah membujuk Ayahku agar aku tidak perlu menikahnya tapi entah apa yang membuat Ayahku begitu yakin kalau dia adalah pasangan yang terbaik buatku, Aku kecewa pada Ayah dan Ka Louis karena tidak mau memihakku.
Aku hanya tersenyum melihat tulisannya. Dia sudah berusaha agar tidak masuk kedalam hidupku rupanya, komentarku.
Dan lembar halaman terakhir.
Aku tidak tahu kenapa aku menyetujui menikah dengannya, mungkin benar karena aku menyayangi Ibu mertuaku yang selalu bersikap lembut padaku Dan memperlakukanku seperti anaknya sendiri, bahkan kami sering mengobrol, aku jadi kangen ibuku… Dan aku akan…
Tulisannya terputus entah apa, mungkin ada di catatan lainnya.
Lalu aku menyipitkan mata.
“Menurutmu?”
“Ah kau ini.”
Dia cemberut lalu mendorongku keluar dari kamarnya.
Aku terus mengetuk pintu, tapi dia tak mau membukanya, alhasil kami tidur di kamar yang berbeda.
Keesokan harinya aku memasak bubur untuknya. Aku mencoba mengetuk pintunya untuk mengajak sarapan.
“Sayang, ayo sarapan dulu. Hari ini aku masak bubur, kau pasti akan menyukainya.”
Namun tak ada jawaban, aku terus memanggilnya.
“Oke Fim, aku minta maaf, tolong buka pintunya!
Setelah beberapa saat, akhirnya dia membuka pintunya.
Wajahnya masih cemberut, tapi aku mencoba tersenyum padanya dan menggendongnya ke tempat meja makan, tanpa mendengar protes darinya.
Saat aku akan menyuapinya dia menolak.
“Biar aku saja.” katanya.
Dan handphone ku berdering, telepon dari Louis. Aku izin ke serafim karena harus mengangkat telepon. Aku mendesah, lalu menekan tombol hijau.
Louis: “Aku lihat survei internalmu turun. Orang mulai ragu, karena kau jarang tampil di publik. Lakukan sesuatu sebelum semuanya lepas.”
Zephyr: “Aku tahu apa yang harus kulakukan.”
Louis: “Kau bilang begitu juga waktu kau mundur dulu. Jangan ulangi kebodohan yang sama, Zeph.”
Zephyr: “Aku tidak mundur. Aku hanya muak diperlakukan seperti boneka kalian.”
Louis: “Boneka? Tanpa kami, kau bahkan takkan sampai di posisi ini!”
Zephyr: “Dan tanpa aku, perusahaanmu takkan hidup dari proyek pemerintah, kan?”
Hening sesaat. Nafas keduanya berat di ujung sambungan.
Louis: “Hati-hati bicaramu. Aku masih pegang rahasiamu.”
Zephyr: “Lepaskan saja, kalau itu bisa bikin kau tenang.”
Tuut… panggilan terputus. Zephyr menatap ponselnya lama, rahangnya mengeras.
Aku kembali ke ruang meja makan lalu menyodorkan susu untuknya.
Saat ia makan Ia bertanya kenapa aku tidak mengangkat teleponnya darinya waktu dia sedang berlibur.
Aku meletakkan sendok, kalau aku sedang sibuk. Tapi dia tidak puas dengan jawabanku.
“Apa kau kemarin… menemuinya?”
Aku mengangkat wajah dan menatapnya.
“Apa kau sedang mengintrogasiku?”
“Ah bukan begitu, lupakan saja kalau memang kalian tidak bertemu, jangan salah paham aku bukan cemburu, aku hanya ingin kau jujur padaku!”
Aku menyatukan kedua telapak tanganku dan menghela napas.
“Oke kak sudah tahu jawabannya kan?”
Serafim bmmenyeka mulutnya dengan tisu.
“Terserah kau saja, aku tidak mengerti,”
Sambil membawa mangkok kotor ke wastapel dia seolah sedang mencari jawaban yang dia mau.
“Aku melihatmu bercinta dengannya dalam mimpiku?” ucapnya ketus.
Aku masih duduk di kursi dan tertawa.
“Apanya g akan kau lakukan jika itu benar, Fim?
Suara piring jatuh ke dalam wastafel, aku langsung berdiri dan menghampirinya.
“Fim tanganmu baik-baik saja kan?”
Dia mengangguk.
“Mangkuknya retak, aku harus membuangnya.”
Ia mencuci tangan lalu saat ia melewatiku aku menghentikannya.
“Fim kau marah padaku karena aku membaca bukumu, atau kau masih mencurigaiku?”
“Ah tidak apa-apa hidupku milikmu, tapi hidupmu adalah hidupmu.”
Aku memeluknya dari belakang.
“Tolong jangan membesarkan masalah itu hanya mimpimu, saat kau menelpon aku sedang membaca rahasia yang kau sembunyikan selama ini,” dia berbalik.
“Mmm, bukan soal aku, aku tahu dari awal kau membenciku, soal pria yang kau sukai itu, itu rahasiamu kan?”
Dia tersenyum pipinya merona. Lalu aku memeluknya.
Hari ini dia tidak masuk kantor, saat aku akan mengantarnya ke rumah sakit dia menolak.
“Di kantor aku bekerja seperti biasanya, sibuk dengan pekerjaan, proyek dengan Mitra kerjaku Dan aku memantau data saham-sahamku di beberapa perusahaan. Sorenya aku juga meeting dengan tim sukses partaiku, karena sebentar lagi masa kampanye akan tiba.
Malamnya kami mengobrol di balkon aku memeluknya dari belakang.
“Fim atas dukungan kakakmu aku ingin menyumbangkan semen terbaik untuk jembatan di beberapa desa apa kau kau bisa ikut?”
Ia berbalik dan menatapku.
“Kau kan tahu aku tidak suka kau terjun ke dunia politik, alasanmu membiarkan. Karena kakakku menasehatiku. Dan dia juga malah mendukungmu, aku akan kalah suara jika berdebat dengan kalian.”
“Atau karena besok ulang tahunku apa kau mau ikut aku ke kampusmu untuk seminar disana?”
Dia membelalakan matanya.
“Apa, kau mau kesana?”
Aku mengangguk pelan.
Serafim langsung bersemangat dengan mata berbinar.
“Oke.. Aku mau.”
Aku pura-pura cemberut. Karena dia lebih bersemangat akan pergi ke kampus bukan karena ulang tahunku, tapi dia hanya tersenyum.
Keesokan harinya kami pergi ke kampus Serafim, aku
“Dalam dunia komunikasi, pesan bukan sekadar kata, tapi niat di baliknya. Pemimpin gagal bukan karena kurang bicara, tapi karena kehilangan kejujuran dalam menyampaikan makna. Hari ini, generasi kalian memegang kendali narasi bangsa. Kalianlah yang bisa membuat publik percaya, bukan lewat retorika, tapi lewat tindakan. Itulah mengapa saya di sini, karena komunikasi sejati bukan soal berbicara lebih keras, tapi lebih jujur.”
“Sama halnya seperti menjual sebuah produk, jangan hanya mengejar keuntungan, tapi juga jual kualitas dan kejujuran di dalamnya. Saat orang percaya pada nilai yang kita tawarkan, mereka akan datang sendiri, tanpa perlu dibujuk. Tapi begitu kita menjual hati nurani demi uang, kepercayaan itu akan hilang… dan tak ada strategi komunikasi apa pun yang bisa membelinya kembali.”
Semua mahasiswa yang hadir bertepuk tangan riuh. Termasuk istriku. Beberapa cahaya kamera memotret kami, dan sempat ada wawancara juga dari pihak televisi dan
Dan mereka malah salah fokus pada Serafim, mereka terkejut karena Dia anak dari perusahaan cement terkenal di kota Velston , Negara Aurelion.
Banyak juga beberapa mahasiswa berfoto dengan kami.
Lalu kami makan siang dan membiarkan kerumah, dan setiba di rumah aku di kejutkan oleh surprise ulang tahun dari Serafim.
Tiba-tiba ia menekan confetti popper
“Surprise, kata Serafim, disana juga ada Bibi Naureen yang memegang lilin lalu di berikan padanya. Setelah berdoa aku meniupnya dan memberi segigit kue untuknya dia juga memberikan kue itu padaku, dan hadiah ciuman tentunya. Selain itu dia juga memberiku hadiah hand wrap baru berwarna hitam.
“Kau sudah punya segalanya jadi aku ngasih ini buat kamu.”
Aku menerimanya dengan senang hati, aku mengucapkan terimakasih dan mencium kepalanya. Lalu aku membisikkan sesuatu padanya.
“Tapi aku mau hadiah lain lagi darimu.”
Dia mengerutkan alisnya.
“Hadiah apa?”
Aku tersenyum nakal lalu menggendongnya ke kamar.
“Aku melepaskan pakaiannya dan bilang.
“Setidaknya aku ingin punya sepasang Serafim kecil atau Zephyr Junior darimu.”
Lalu kami berciuman dan terlena dalam kehangatan malam itu.
Sekitar Jam sebelas malam lewat lima puluh menit ada seseorang terus menekan bel, Bibi Naureen tidak akan berani membuka pintu tanpa seizinku, aku coba cek keluar dari dan ada sebuah kotak saat kubuka ada catatan
Hai Phyr, ini belum jam dua jelas malam kan?
Selamat Ulang tahun, ku harap kau suka dengan kejutanku?
Aku pun mulai membuka kotak itu dan berapa terkejutnya aku ada bangkai anak burung di dalamnya. Spontan aku langsung melemparnya.
Bersambung...