Elena terikat pernikahan sejak umurnya menginjak 17 tahun. Awalnya pernikahan ini tidak ia ketahui, hingga saat umurnya menginjak 20 tahun, barulah ia mengetahui bahwa ia sudah menikah selama 4 tahun. Namun yang membuat Elena bertanya, siapa pria yang berstatus sebagai suaminya itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wendy081104, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 19
Alex merasakan jantungnya berdegup kencang saat mendengar jawaban Elena. Dia tidak ingin terburu-buru, tetapi hasrAlexat yang membara di dalam dirinya tidak bisa ditahan lagi. Dengan lembut, dia mengangkat wajah Elena, menatap matanya yang penuh dengan keraguan dan keinginan.
Dengan lembut, Alex mencium bibir Elena, perlahan-lahan menambah intensitasnya. Ciuman mereka semakin dalam, seolah-olah mereka berdua ingin menyatu menjadi satu. Tangan Alex merayap ke punggung Elena, menariknya lebih dekat, sementara tangan Elena meremas kemeja Alex, seolah tidak ingin melepaskannya.
Alex menggendong Elena kembali ke kamar mereka, sambil melepaskan setiap kain yang melilit tubuh mereka. Sesampainya di kamar, Alex menutup pintu itu dengan kasar, lalu membaringkan Elena yang tubuhnya hampir naked. Alex membuka kamejanya, lalu membuangnya sembarangan. Dirinya langsung naik dan menindih tubuh Elena, dan kembali menciumnya.
Elena merasakan aliran energi yang mengalir di antara mereka, membuatnya merasa hidup dan bersemangat. Setiap sentuhan, setiap ciuman, seolah menghapus semua kekhawatiran yang ada di benaknya. Dia hanya ingin menikmati momen ini.
"Sweetie, aku akan melindungimu, apapun yang terjadi." bisik Alex, di sela ciuman mereka.
Elena mengerang, mencengkeram seprai dengan erat. Dia merasakan panas yang membara di sekujur tubuhnya, seperti api yang menyala di dalam dirinya. Detak jantungnya berpacu, bergema dengan detak jantung Alex yang kuat.
Mata mereka saling bertemu, dipenuhi dengan gairah dan keinginan. Di antara ciuman mereka yang panas, Alex menelusuri tubuh Elena dengan tangannya yang kasar. Dia membelai kulitnya yang halus, menelusuri lekuk tubuhnya dengan penuh kasih sayang.
"Aku menginginkanmu." bisik Alex, suaranya serak dengan keinginan. Napasnya memburu, membelai telinga Elena.
"Aku juga menginginkanmu..." desah Elena, suaranya terengah-engah. Dia merasakan dorongan yang kuat untuk menyerahkan dirinya sepenuhnya kepada Alex.
Dengan lembut, Alex menarik tubuh Elena lebih dekat, hingga tubuh mereka menyatu. Dia mencium leher Elena, meninggalkan jejak basah di kulitnya yang lembut. Alex menyingkirkan rambut Elena yang halus, membiarkan ciumannya mengembara di lehernya. Dia merasakan jantung Elena berdebar kencang di bawah tangannya. Dia tahu, ini adalah saat yang paling indah dalam hidupnya.
Dengan gerakan yang lembut dan penuh kasih sayang, Alex melepaskan ikatan terakhir yang menahan mereka. Dia menyatu dengan Elena, tubuh mereka bergerak sebagai satu, dipenuhi oleh gairah yang tak tertahankan. Tangan besar milik Alex meraba pinggang ramping milik Elena, desahan yang pelan itu membuat Alex hilang kesabarannya.
Kamar yang gelap di hiasi dengan lampu temaram dari luar, membuat Elena dapat melihat dengan sekilat mata Alex yang di penuhi oleh nafsu, melihat dadanya yang sudah telanjang dan entah sejak kapan Alex sudah melepaskan seluruh pakaian di tubuh mereka berdua. Dan juga Elena bisa merasakan tubuhnya dan tubuh Alex yang menyatu.
"Al...sakit...akhh..." Elena gemetar dan tubuhnya menegang setiap kali Alex menghujamnya dengan kuat, kedua tangan Elena tertahan di dada Alex dan beralih memeluk punggung besar milik Alex, dan menancapkan kukunya di sana sebagai pelampiasan dari rasa sakitnya.
"Shhhh.....apakah itu sangat sakit? Aku akan pelan - pelan" Alex mengusap lembut, air mata yang jatuh di pipi Elena.
Karena ini adalah yang pertama kalinya untuk Elena, Alex tidak ingin terburu - buru, Elena mengcengkram milik Alex di bawah sana, dan membuat Alex hampir kehilangan akalnya. Elena terus memanggil dan mendesahkan nama Alex. Meski Alex membutuhkan kesabaran yang luar biasa, semuanya sepadan karena dirinya berada di dalam Elena sepenuhnya.
"Sweetie, aku mencintaimu, sangat mencintaimu." bisik Alex.
"Al...ahhh..." Elena terus mendesah.
Alex sedikit mempercepat gerakan tubuhnya, namun Elena tidak bisa menahannya, ini adalah pertama kalinya mereka melakukannya dengan pelan dan hati - hati. Meskipun begitu secara emosional dan perasaan Alex akhirnya terpenuhi, perasaannya sangat bahagia karena belahan jiwanya akhirnya menjadi miliknya setelah menunggu cukup lama.
Alex mencium pipi dan kening Elena yang kelelahan berulang kali, bahkan meninggalkan banyak kissmark di seluruh tubuh Elena, tidak ada setiap tubuh Elena yang terlewatkan sedikitpun. Setelah Alex menyentuh Elena dirinya menjadi ketagihan, Elena seperti sebuah narkoba yang membuat Alex tidak ingin berhenti, dirinya tergila - gila pada istrinya.
"Ternyata seperti ini rasanya." batin Alex sambil melihat Elena yang perlahan memejamkan matanya karena kelelahan.
Entah berapa lama mereka melakukannya, Elena bahkan tidak sanggup menyeimbangkan stamina suaminya itu.
·–·–·–·–·
Di negara lain, tepatnya di Kanada, pria itu memandang pada foto keluarga yang tertawa bahagia. Bahkan dirinya juga berada di dalam foto itu, menggendong seorang gadis kecil yang sangat cantik, Elena namanya. Sejak kejadian itu, dirinya memutuskan untuk menghilang dari keluarga itu, dari orang - orang yang menerimanya dengan tangan terbuka, memberinya nama serta tempat tinggal. Dia sangat menyayangi keluarganya itu.
"Kamu sudah besar, keponakanku. Sudah mempunyai suami yang begitu menyayangi dan mencintaimu. Aku ikut bahagia." kata pria itu, sambil mengusap pelan foto Elena.
Dia berharap bisa bertemu lagi dengan mereka semua, dengan ayahnya, ibunya, saudaranya dan keponakan kecilnya, yang sudah di anggap seperti putri kandungnya sendiri. Tiba - tiba ketukan pintu membuat pria itu memakai kembali topengnya.
"Tuan, saya sudah menyelidiki semuanya." kata asistennya.
"Bagus. Ingat jangan mengambil langkah apapun, sebelum perintah dariku." katanya dingin dan datar.
"Baik tuan." asistennya langsung membungkuk sopan, lalu keluar dari ruangan itu.
"Aku tahu kamu punya rencana sendiri, benarkan Alex Castellio?" gumam pria itu.
·–·–·–·–·
Keesokan paginya...
Elena membuka matanya perlahan, saat merasakan sentuhan tangan yang lembut pada tubuhnya, dirinya baru saja bermimpi bertemu dengan seseorang.
Elena perlahan membalikan tubuhnya sehingga dia bisa melihat wajah Alex, sekarang mereka saling berpandangan dan berhadapan tanpa di tutupi apapun. Tangan Elena terulur untuk menyentuh wajah Alex, yang sedang menatap dirinya tanpa mengalihkan sedikit pun pandangannya.
"Apa kamu lapar?" tanya Alex, semalam mereka berdua tidak makan apapun.
"Aku ingin air..." Elena terdiam mendengar suaranya sendiri, lalu wajahnya langsung memerah. Dirinya menarik selimut itu, dan menutupi wajahnya.
Alex tersenyum, dengan perlahan Alex bangun dari atas ranjang tanpa memakai apapun, rasa sakit di bagian dada dan punggung Alex menghentikan sejenak pergerakannya. Alex memperhatikan tubuhnya yang di penuhi dengan goresan kuku panjang milik Elena, dan ada juga bekas gigitan di lengan dan lehernya tentu saja Elena yang melakukannya, dan Alex menganggapnya sebagai tanda cinta dari Elena.
Alex menuangkan air dingin ke dalam gelas, dan membawanya kepada Elena. Saat Elena ingin mengambilnya, tangannya sedikit gemetar dan tubuhnya terasa sangat sakit, terutama di bagian area bawahnya. Alex yang melihat hal itu langsung membantu Elena untuk meminum airnya, Elena membelakan matanya saat Alex memberinya air melalui mulut Alex sendiri.
"Ingin lagi?" tanya Alex dengan lembut.
"Berikan padaku lagi..." kata Elena.
Alex kemudian menggunakan cara yang sama, sampai air di dalam gelas itu habis tidak tersisa. Alex mengusap bibir Elena yang basah itu menggukan jarinya.
"Tidurlah lagi, ini masih terlalu pagi." kata Alex.
Elena mengangguk pelan, dalam hitungan detik dirinya sudah memejamkan matanya dan tertidur dengan nyenyak. Alex bangun dari ranjang perlahan, memakai celananya lalu menelpon David, menyuruhnya untuk datang ke penthouse. Alex harus mulai mengambil langkah sekarang, jika tidak pria tua itu akan semakin tidak tahu diri.
·–·–·–·–
to be continue...