NovelToon NovelToon
Mencintai Dalam Diam

Mencintai Dalam Diam

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta Seiring Waktu / Persahabatan / Cinta Murni / Romansa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Husnul rismawati

kisah cinta di dalam sebuah persahabatan yang terdiri atas empat orang yaitu Ayu , Rifa'i, Ardi dan Linda. di kisah ini Ayu mencintai Rifa'i dan Rifa'i menjalin hubungan dengan Linda sedangkan Ardi mencintai Ayu. gimana ending kisah mereka penasaran kaaan mari baca jangan lupa komen, like nya iya 🥰

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Husnul rismawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

episode 19 . lamaran

Rifa'i membawa Linda ke sebuah kafe yang terletak di pusat kota . Kafe itu memiliki desain interior yang unik dan romantis, dengan lampu-lampu temaram dan hiasan bunga di setiap sudut ruangan. Suasana yang tenang dan nyaman membuat Linda merasa senang dan terkesan.

"Wah, tempatnya bagus banget! Kamu tahu aja tempat romantis kayak gini," kata Linda sambil tersenyum menatap Rifa'i.

"Hehe, ini salah satu tempat favoritku. Aku yakin kamu pasti suka," balas Rifa'i sambil menggenggam tangan Linda. "Yuk, kita cari tempat duduk."

Mereka memilih tempat duduk di pojok ruangan yang menghadap ke jendela besar. Dari sana, mereka bisa melihat pemandangan jalanan kota yang ramai. Setelah duduk, seorang pelayan datang menghampiri mereka dan memberikan menu.

"Kamu mau pesan apa, sayang?" tanya Rifa'i.

"Hmm, aku ikut kamu aja deh. Kamu yang pilih," jawab Linda.

Rifa'i memesan dua gelas kopi latte dan beberapa makanan ringan seperti roti bakar dan kentang goreng. Sambil menunggu pesanan datang, mereka mengobrol tentang berbagai hal. Mulai dari pekerjaan, teman-teman, hingga rencana mereka di masa depan.

"Oh iya, aku mau cerita sesuatu sama kamu," kata Rifa'i tiba-tiba, membuat Linda penasaran.

"Cerita apa? Kok serius banget?" tanya Linda.

Rifa'i menarik napas dalam-dalam sebelum melanjutkan, "Sebenarnya... aku udah lama pengen ngomong ini sama kamu. Aku sayang banget sama kamu, Linda. Kamu adalah orang yang paling penting dalam hidupku. Aku nggak bisa bayangin hidupku tanpa kamu."

Mata Linda mulai berkaca-kaca mendengar ucapan Rifa'i. Ia merasa terharu dan bahagia. "Aku juga sayang banget sama kamu, Rifa'i. Kamu juga sangat berarti buat aku," balas Linda dengan suara bergetar.

Rifa'i tersenyum dan mengeluarkan sebuah kotak kecil dari sakunya. Ia membuka kotak itu dan memperlihatkan sebuah cincin berlian yang indah. Linda terkejut dan menutup mulutnya dengan tangan.

"Linda... maukah kamu menjadi istri ku ?" tanya Rifa'i dengan tatapan penuh cinta.

Air mata Linda mulai menetes membasahi pipinya. Ia mengangguk dengan cepat dan berkata, "Iya, aku mau! Aku mau jadi tunangan kamu!"

Rifa'i tersenyum bahagia dan segera memasangkan cincin itu ke jari manis Linda. Mereka berdua berpelukan erat, meluapkan rasa bahagia yang tak terhingga. Para pengunjung kafe yang melihat kejadian itu ikut bertepuk tangan dan memberikan selamat kepada mereka.

Setelah pesanan mereka datang, mereka menikmati makanan dan minuman sambil terus bertukar pandang dan tersenyum. Linda tak henti-hentinya memandangi cincin di jarinya, merasa seperti mimpi yang menjadi kenyataan.

"Aku nggak nyangka kamu bakal ngelamar aku secepat ini. Aku bener-bener bahagia," kata Linda.

"Aku juga nggak mau nunggu terlalu lama. Aku pengen segera menghabiskan sisa hidupku sama kamu," balas Rifa'i.

Mereka berdua berjanji akan saling mencintai dan menjaga hubungan mereka hingga akhir hayat. Hari itu menjadi hari yang tak terlupakan bagi Rifa'i dan Linda, hari di mana cinta mereka semakin bersemi dan siap untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius.

Setelah momen lamaran yang mengharukan di kafe, Rifa'i dan Linda memutuskan untuk menikmati sore di Jakarta dengan motor kesayangannya. Linda dengan senang hati membonceng Rifa'i.

"Pegangan yang erat ya, sayang! Kita mau kemana nih?" tanya Rifa'i sambil menyalakan motornya.

"Ke Taman Menteng aja yuk! Udara sore pasti enak buat ngadem," jawab Linda sambil memeluk pinggang Rifa'i.

Rifa'i mengangguk dan membelah jalanan Jakarta. Angin sepoi-sepoi menerpa wajah mereka, membuat suasana semakin romantis. Linda sesekali bersenandung mengikuti lagu yang diputar di radio motor Rifa'i.

"Jakarta kalau sore gini macet ya," keluh Linda sambil melihat barisan mobil yang padat merayap.

"Iya nih, tapi nggak apa-apa deh. Yang penting bisa boncengan sama kamu," balas Rifa'i sambil tersenyum ke arah Linda lewat spion.

Akhirnya, mereka sampai di Taman Menteng. Rifa'i memarkirkan motornya dan mereka berjalan bergandengan tangan menuju tengah taman. Mereka mencari tempat yang nyaman untuk duduk dan menikmati suasana.

"Wah, rame juga ya di sini," kata Linda sambil melihat anak-anak bermain dan keluarga yang piknik di taman.

"Iya, emang tempat ini selalu jadi pilihan buat warga Jakarta buat ngabisin waktu sore," jawab Rifa'i.

Mereka duduk di bawah pohon rindang sambil mengobrol tentang rencana pernikahan mereka. Mereka berdiskusi tentang konsep acara, gaun pengantin, hingga bulan madu impian mereka.

"Aku pengen pernikahan kita nanti sederhana tapi berkesan. Nggak usah mewah-mewah, yang penting sakral dan dihadiri orang-orang terdekat," kata Linda.

"Aku setuju banget! Yang penting kita berdua bahagia dan bisa berbagi kebahagiaan sama keluarga dan teman-teman," balas Rifa'i.

Saat matahari mulai meredup, langit Jakarta mulai berubah warna menjadi oranye keemasan. Mereka berdua terdiam, menikmati pemandangan matahari terbenam yang indah.

"Indah banget ya langitnya," bisik Linda sambil menyandarkan kepalanya di bahu Rifa'i.

"Iya, tapi lebih indah kamu," goda Rifa'i sambil mencubit hidung Linda.

Linda tertawa kecil dan memeluk Rifa'i erat-erat. Mereka berdua merasa sangat bahagia dan bersyukur bisa bersama-sama.

Setelah matahari benar-benar tenggelam, mereka memutuskan untuk pulang. Rifa'i memasangkan helm ke kepala Linda dan mereka kembali naik motor.

"Pegangan yang kuat ya, sayang! Udah malem nih, agak dingin," kata Rifa'i.

Linda memeluk Rifa'i lebih erat dan mereka melaju membelah jalanan Jakarta yang mulai ramai. Sepanjang perjalanan, Rifa'i terus bersenandung ria. Linda tersenyum mendengarnya, tahu bahwa Rifa'i sedang sangat bahagia.

"Nyanyi apa sih, sayang? Kok dari tadi senyum-senyum sendiri?" tanya Linda sambil mengeratkan pelukannya.

"Hehe, nggak apa-apa. Aku cuma lagi seneng aja. Masih kebayang momen tadi di kafe, pas kamu bilang 'Iya, aku mau!'," jawab Rifa'i sambil tertawa kecil. Ia kemudian melanjutkan senandungnya, kali ini dengan suara yang lebih keras.

Linda ikut tertawa dan menyandarkan kepalanya di punggung Rifa'i. Ia merasa sangat nyaman dan bahagia berada di dekat Rifa'i. Ia tahu bahwa mereka akan menghadapi masa depan bersama, dengan cinta dan kebahagiaan yang tak terhingga.

"Kamu inget nggak, dulu waktu pertama kali kita ketemu, kamu jutek banget sama aku," kata Linda tiba-tiba.

"Hah? Masa sih? Perasaan aku langsung jatuh cinta deh sama kamu," balas Rifa'i sambil terkekeh.

"Iya, kamu emang langsung deketin aku. Tapi aku jual mahal tau," goda Linda.

"Ah, itu mah cuma pura-pura aja. Padahal dalam hati udah klepek-klepek kan sama aku?" balas Rifa'i sambil mencolek pipi Linda.

Mereka berdua tertawa dan terus bercanda sepanjang perjalanan. Rifa'i terus bersenandung ria, meluapkan kebahagiaannya. Linda merasa sangat bersyukur memiliki Rifa'i dalam hidupnya.

Sesampainya di depan rumah Linda, Rifa'i memarkirkan motornya.

"Udah sampe nih, sayang. Nggak mau mampir dulu?" tanya Linda.

"Lain kali ya. Udah malem, nggak enak sama orang rumah," jawab Rifa'i.

"Ya udah deh. Makasih ya buat hari ini. Aku seneng banget," kata Linda sambil tersenyum manis.

"Aku juga seneng banget bisa ngabisin waktu sama kamu. Sampai ketemu besok ya," balas Rifa'i sambil mencium kening Linda. Ia kemudian menyalakan motornya dan bersiap untuk pulang.

"Hati-hati ya di jalan! Jangan ngebut-ngebut!" pesan Linda.

"Siap, Bos! Assalamualaikum," jawab Rifa'i sambil melambaikan tangan.

"Waalaikumsalam," balas Linda.

Rifa'i kemudian melaju pulang, masih dengan senandung riangnya. Linda berdiri di depan rumahnya, memandangi Rifa'i hingga menghilang dari pandangan. Ia memegang dadanya, merasakan kebahagiaan yang meluap-luap. Ia tahu bahwa ia telah membuat keputusan yang tepat untuk menghabiskan sisa hidupnya bersama Rifa'i.

1
Guillotine
Sudah nggak sabar untuk membaca kelanjutan kisah ini!
husnul risma wati: trimakasih kakak sudah mampir di karya sayaa🤗 mohon dukungan nya like komen nya iya kak trimakasih... 🤗🤗
total 1 replies
PetrolBomb – Họ sẽ tiễn bạn dưới ngọn lửa.
Ayo thor update secepatnya, kita semua sudah tidak sabar untuk baca terus nih!
husnul risma wati: iya kak , makasih iya kak udah komentar di sini saya akan lebih semangat lagi 🤗
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!