NovelToon NovelToon
Jika Aku Dipelukmu

Jika Aku Dipelukmu

Status: tamat
Genre:Cintapertama / Diam-Diam Cinta / Cinta Murni / Enemy to Lovers / Rebirth For Love / Idola sekolah / Tamat
Popularitas:501
Nilai: 5
Nama Author: Miss Anonimity

Keinginan untuk dipeluk erat oleh seseorang yang dicintai dengan sepenuh jiwa, merasakan hangatnya pelukan yang membungkus seluruh keberadaan, menghilangkan rasa takut dan kesepian, serta memberikan rasa aman dan nyaman yang tak tergantikan, seperti pelukan yang dapat menyembuhkan luka hati dan menenangkan pikiran yang kacau, memberikan kesempatan untuk melepaskan semua beban dan menemukan kembali kebahagiaan dalam pelukan kasih sayang yang tulus.

Hal tersebut adalah sesuatu yang diinginkan setiap pasangan. Namun apalah daya, ketika maut menjemput sesuatu yang harusnya di peluk dengan erat. Memisahkan dalam jurang keputusasaan dan penyesalan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Anonimity, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 19 : Perkelahian

Di suatu tempat temaram di kota Tokyo, banyak orang berjoget ria dalam suasana panas dan pengap. Lampu berkelap-kelip dengan musik bising yang menganggu indra pendengaran. Suara DJ yang memompa adrenalin membuat suasana semakin hidup. Orang-orang berjoget dengan bebas, menikmati kebebasan dan kegembiraan. Di dekat bar, seorang pemuda dengan rambut hitam dan mata tajam mengamati Sekelompok orang yang duduk di Sofa ujung ruangan.

Di sisi lain, seorang gadis cantik dengan rambut hitam kecoklatan dan mata hitam, nampak tidak nyaman dengan suasana di sekitarnya. Ia juga nampak terganggu ketika pria yang duduk di sampingnya, menyandarkan lengannya ke belakang.

Pemuda dengan rambut hitam dan mata tajam terus mengamati sekelompok orang yang duduk di sofa ujung ruangan, seolah-olah dia sedang mencari sesuatu atau seseorang. Matanya yang tajam memindai setiap wajah, tidak melewatkan detail sekecil apapun. Sementara itu, gadis cantik dengan rambut hitam kecoklatan itu terlihat semakin tidak nyaman, dia berusaha untuk menjauhkan diri dari pria yang duduk di sampingnya yang terus menyandarkan lengannya ke belakang sofa, membuatnya merasa terganggu.

Pria itu tampaknya tidak menyadari atau tidak peduli dengan ketidaknyamanan gadis itu, dia terus berbicara dengan suara keras dan nada yang tidak menyenangkan. Gadis itu berusaha untuk tidak menanggapi, tapi dia tidak bisa menyembunyikan rasa jijik di wajahnya. Pemuda dengan rambut hitam dan mata tajam yang mengamati dari jauh, tampaknya memperhatikan situasi itu dengan seksama, dan tiba-tiba dia melihat gadis berambut hitam itu berdiri dengan kesal, kemudian pergi meninggalkan teman-temannya.

Pemuda dengan rambut hitam dan mata tajam itu memperhatikan gadis berambut hitam kecoklatan itu dengan seksama saat dia meninggalkan tempat duduknya dan pergi meninggalkan teman-temannya. Dia juga melihat pria yang duduk di sampingnya mengejar gadis itu. Pemuda itu menenggak satu gelas Wine.

Dia meninggalkan tempat duduknya di bar dan mengikuti gadis itu, yang berjalan dengan cepat melalui kerumunan orang yang berjoget ria. Pria yang mengejar gadis itu tampaknya tidak menyadari bahwa dia diikuti oleh pemuda dengan rambut hitam dan mata tajam itu.

Pemuda itu terus mengikuti gadis itu sampai mereka keluar dari klub malam, ke jalan yang lebih sepi dan gelap. Dia memperhatikan gadis itu yang berjalan dengan cepat, tampaknya berusaha untuk menghilangkan diri dari pria yang mengejarnya. Dia bersembunyi di balik tembok, sambil melihat pertengkaran antar gadis tadi dengan pria yang ternyata kekasihnya.

"Shan, kamu kenapa sih?"

"Aku sudah bilang, kalau aku gak suka datang ke tempat seperti ini. Dan, jika bukan ayahku yang memaksakan perjodohan kita, aku tidak akan mau." Balas gadis tersebut dengan tegas.

"Shani, apa maksudmu? Kita sudah bertunangan, dan ayahmu sudah setuju dengan perjodohan kita. Kamu tidak bisa begitu saja menolaknya!" kata pria itu dengan nada yang meninggi.

Gadis itu, Shani, menatap pria itu dengan mata yang berkaca-kaca. "Aku tidak peduli dengan perjodohan itu. Aku tidak mencintaimu, dan aku tidak ingin dipaksa untuk menikah denganmu," jawabnya dengan tegas.

Pemuda dengan rambut hitam dan mata tajam itu memperhatikan pertengkaran itu dengan seksama. Dia bisa melihat bahwa Shani benar-benar tidak nyaman dengan situasi itu, dan dia merasa perlu untuk campur tangan.

"Pertengkaran yang menarik," kata pemuda itu dengan suara yang tenang, sambil keluar dari balik tembok.

Pria itu menatap pemuda itu dengan mata yang terkejut. "Kau! Kenapa orang sepertimu ada di sini, Fonix?" tanyanya dengan nada yang kasar.

Fonix tersenyum. "Aku hanya sedang lewat, dan kebetulan aku mendengar suara gonggongan seekor anjing yang bertengkar dengan seorang gadis cantik." jawabnya dengan suara yang tetap tenang.

Gracio menggeram, "Fonix, jangan ikut campur dalam urusan kami!" kata Gracio dengan nada yang kasar.

Fonix tersenyum sinis. "Aku tidak ingin ikut campur, tapi aku tidak bisa membiarkan bibiku menikah dengan seorang pecundang," jawabnya dengan suara yang tetap tenang.

Shani menatap Fonix dengan mata yang bertanya-tanya. "Bibi? Kamu sebenarnya siapa?" katanya dengan suara yang lembut.

Fonix tersenyum dan menatap Shani dengan mata yang hangat. "Kau bisa memanggilku, keponakan jika kau mau," jawabnya dengan suara yang tetap tenang.

Gracio menggeram lagi. "Fonix, kamu tidak berhak untuk mencampuri urusan kami!" katanya dengan nada yang kasar.

Fonix menatap Gracio dengan mata yang tajam. "Aku tidak peduli dengan urusanmu, tapi aku tidak bisa membiarkan bibiku dipaksa untuk menikah denganmu jika dia tidak mau," jawabnya dengan suara yang tetap tenang.

Shani menatap Fonix. "Apa kamu, anak dari kak Feni?"

Fonix tersenyum dan menatap Shani dengan mata yang hangat. "Sebelum itu, aku memiliki beberapa urusan dengan pecundang yang ada di sampingmu." jawabnya dengan suara yang tetap tenang.

Fonix melangkah maju, matanya yang tajam terpaku pada Gracio. Dengan gerakan yang cepat dan tepat, dia menangkap tangan Gracio yang masih memegang lengan Shani, dan memutarnya dengan keras hingga Gracio terpekik kesakitan. Shani terkejut dan mundur beberapa langkah, matanya melebar karena takut. Fonix tidak melepaskan pandangannya dari Gracio, wajahnya tanpa ekspresi.

"Fonix, apa yang kau lakukan!?" teriak Gracio, berusaha untuk melepaskan diri dari cengkeraman Fonix.

Fonix tidak menjawab, dia terus menatap Gracio dengan mata yang dingin. Dengan gerakan yang cepat, dia menarik Gracio ke arahnya dan membantingnya ke tanah. Gracio terkapar di tanah, berusaha untuk bangun tapi Fonix tidak memberinya kesempatan. Dia menendang Gracio dengan keras, membuatnya terlempar ke dinding.

Shani menatap Fonix dengan mata yang penuh kekhawatiran. "Fonix, berhentilah!" katanya dengan suara yang lembut. Fonix berhenti dan menatap Shani. Untuk beberapa saat, dia tidak mengatakan apa-apa, hanya menatap Shani dengan mata yang hangat.

"Bibi tidak perlu ikut campur, cukup diam dan tonton saja.." ucap Fonix.

Fonix menatap Gracio yang masih terkapar di tanah dengan mata yang dingin. Dia tidak mengatakan apa-apa, hanya menatap Gracio dengan ekspresi yang tanpa emosi.

Shani menatap Fonix dengan mata yang penuh kekhawatiran. Dia tidak tahu apa yang akan dilakukan Fonix selanjutnya, tapi dia yakin bahwa Fonix tidak akan membiarkan Gracio begitu saja.

Fonix melangkah maju, matanya yang tajam terpaku pada Gracio. Dia menarik Gracio ke atas dan menatapnya dengan mata yang dingin. "Kau tidak layak untuk menjadi pamanku," kata Fonix dengan suara yang tetap tenang. Gracio menatap Fonix dengan mata yang penuh kemarahan, tapi dia tidak berani untuk melawan. Dia tahu bahwa Fonix lebih hebat dalam hal berkelahi daripadanya.

Fonix melepaskan Gracio dan menatap Shani. "Ayo, kita pergi dari sini," katanya dengan suara yang tetap tenang. Shani menatap Fonix dengan mata yang penuh kekhawatiran, tapi dia tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya mengikuti Fonix meninggalkan tempat itu, meninggalkan Gracio yang masih terkapar di tanah.

1
Riding Storm
Boleh kasih saran?? /Applaud/
Riding Storm: Wkwk, sama aja. Kalau males ya gak bakal ada yang berubah. Semangat, Kak.
Miss Anonimity: Udah lama pengen di Revisi, tapi masih perang sama rasa males.
total 4 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!