NovelToon NovelToon
Hanya Sebuah Balas Dendam

Hanya Sebuah Balas Dendam

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Mengubah sejarah / Fantasi Wanita / Fantasi Isekai
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Hazelnutz

Wu Lan Cho, adalah sebuah Negeri yang sangat penuh dengan misteri, pertumpahan darah, perebutan kekuasaan. salah satu kekaisaran yang bernama Negeri Naga yang di pimpin oleh seorang Kaisar yang sangat kejam dan bengis, yang ingin menguasai Negeri tersebut.

Pada saat ini dia sedang mencari penerusnya untuk melanjutkan tekadnya, dia pun menikahi 6 wanita berbeda dari klan yang mendukung kekaisarannya. dan menikahi satu wanita yang dia selamatkan pada saat perang di suatu wilayah, dan memiliki masing-masing satu anak dari setiap istrinya.

Cerita ini akan berfokus kepada anak ketujuh, yang mereka sebut anak dengan darah kotor, karena ibunya yang bukan seorang bangsawan. Namanya Wēi Qiao, seorang putri dengan darah gabungan yang akan menaklukan seluruh negeri dengan kekuatannya dan menjadi seorang Empress yang Hebat dan tidak ada tandingannya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hazelnutz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bayangan yang menari di bawah bulan berdarah

Langit malam itu ditutupi awan tipis, dan bulan memancarkan cahaya merah pucat seperti darah. Di tengah halaman Kastil Kaki Naga Langit, Wēi Qiao berdiri dengan nafas teratur, kedua tangannya menggenggam pedang, sementara di hadapannya, proyeksi 3D dari Micro Bots terus bergerak—menirukan jejak pedang yang mereka temukan siang tadi.

Micro Bots: “Langkah kaki kiri mundur delapan sentimeter. Jangan terlalu jauh.”

Wēi Qiao: “Delapan sentimeter itu segimana sih? Aku nggak bawa penggaris.”

Micro Bots: “Otak Anda memang sulit mengukur tanpa alat, tapi coba saja, saya akan koreksi.”

Begitu Wēi Qiao memundurkan kaki, Micro Bots langsung mengeluarkan bunyi bip.

Micro Bots: “Kurang. Mundur lagi.”

Wēi Qiao: “Kalau mundur terus, nanti aku jatuh.”

Micro Bots: “Dengan koordinasi Anda yang buruk, itu sangat mungkin terjadi.”

Latihan berlanjut. Micro Bots mengulang gerakan demi gerakan, memaksa Wēi Qiao menirunya tanpa kesalahan. Setiap kali salah sudut ayunan, proyeksi akan berhenti dan memperbaiki posisinya.

Micro Bots: “Pergelangan terlalu kaku. Anda mengayun seperti petani menebas ilalang.”

Wēi Qiao: “Hei! Aku belum pernah menebas ilalang, tahu!”

Micro Bots: “Saya bisa melihatnya, karena ilalang pasti akan menang.”

Setelah hampir satu jam, Wēi Qiao mulai merasakan perubahan. Gerakannya lebih ringan, pola serangan lebih rapat. Keringat menetes dari pelipis, napasnya cepat, tapi matanya berbinar. Dia tahu dia mulai menguasai setengah dari teknik pedang yang dipelajari.

Micro Bots: “Kemajuan: 54%. Bagus… untuk ukuran Anda.”

Wēi Qiao: “Hei, itu pujian kan?”

Micro Bots: “Pujian dengan catatan: Anda masih payah.”

Wēi Qiao baru saja hendak duduk ketika angin malam berubah arah. Hawa dingin menyusup, membawa aroma besi yang samar. Micro Bots langsung mengeluarkan sinyal siaga.

Micro Bots: “Deteksi pergerakan. Energi tempur… tinggi.”

Wēi Qiao: “Penjaga kastil?”

Micro Bots: “Bukan. Gerakannya terlalu halus dan… terlalu mematikan.”

Dari bayang-bayang pepohonan, sosok itu muncul. Tubuhnya tegap, wajahnya tersembunyi di balik penutup kepala, tapi sorot matanya tajam. Dia menghunus pedang tanpa berkata apa pun.

Wēi Qiao mengangkat pedangnya.

Wēi Qiao: “Siapa namamu?”

Tak ada jawaban. Sosok itu langsung menerjang.

Benturan pertama membuat tangan Wēi Qiao bergetar. Serangan kedua datang dari arah tak terduga, memaksa Wēi Qiao memutar tubuh untuk bertahan. Gerakan lawan cepat, tak seperti siapapun yang pernah dia lawan—lebih liar, penuh variasi, namun setiap tebasannya tetap presisi.

Micro Bots: “Gunakan setengah teknik yang Anda kuasai!”

Wēi Qiao: “Dia nggak kasih aku waktu buat mikir!”

Micro Bots: “Maka jangan mikir. Bertindak!”

Mereka bertukar serangan, logam beradu, percikan api berterbangan. Setiap benturan memaksa Wēi Qiao mundur selangkah demi selangkah. Dia mencoba menyerang balik, tapi lawan selalu satu langkah lebih cepat, memotong jalur serangannya.

Wēi Qiao: “Hei! Seranganmu cepat banget, tahu!”

Micro Bots: “Fokus! Atau saya akan menulis pesan duka untuk keluarga Anda.”

Peluh membanjiri wajahnya, lengan mulai terasa berat. Nafasnya terengah, pandangannya sedikit berkunang. Lawan tetap tak bersuara, hanya pedangnya yang berbicara—setiap tebasan seperti ancaman kematian.

Serangan bertubi-tubi datang, memaksa Wēi Qiao hanya bertahan. Dia tak lagi punya ruang untuk menyerang balik. Setiap blokir pedangnya hanya selisih beberapa senti dari bencana.

Micro Bots: “Hati-hati! Tebasan diagonal berikutnya memotong… kanan bawah!”

Wēi Qiao: “Kamu kira aku robot yang bisa memproses data secepat kamu?!”

Namun, entah bagaimana, Wēi Qiao masih berdiri, meski napasnya nyaris habis. Lawan berhenti sejenak, menatapnya dengan sorot mata yang tak terbaca… lalu kembali maju, lebih cepat, lebih ganas.

Di bawah cahaya bulan merah, dua bayangan itu menari dalam irama pedang—satu berjuang untuk bertahan, satu lagi seperti badai yang tak kenal lelah.

Dan malam itu… Wēi Qiao belum tahu, dia sedang berhadapan dengan gaya pedang salah satu dari Enam Klan Besar.

Benturan pedang demi pedang terus bergema, mengiris keheningan malam. Wēi Qiao menahan nafas, menilai setiap celah—namun celah itu selalu tertutup sebelum dia sempat memanfaatkannya. Sosok misterius itu bergerak seperti bayangan, tanpa suara, hanya meninggalkan jejak angin tajam.

Micro Bots: “Tingkat ancaman: 93%... 94%... error... koreksi, 97%.”

Wēi Qiao: “Apa maksudnya error?!”

Micro Bots: “Maksudnya… Anda akan error kalau ini terus berlanjut.”

Wēi Qiao menggertakkan gigi. Saatnya mengeluarkan semua yang dia punya.

Ilmu Kupu-Kupu Kembar

Bentuk Pertama – Sayap Membuka Fajar

Kedua kaki melangkah cepat ke depan, pedang diayunkan dalam garis melengkung dari bawah ke atas, seperti sayap yang baru mekar di pagi hari. Tujuannya menepis serangan lawan dan membuka jalan bagi serangan balasan.

— Pedang lawan menangkisnya dengan satu gerakan singkat, membuat percikan api berloncatan.

Bentuk Kedua – Terbang di Atas Angin

Gerakan kaki ringan, memutari lawan seperti kupu-kupu mengelilingi bunga. Ayunan horizontal diarahkan ke pinggang lawan, lalu langsung memutar pergelangan untuk tusukan cepat.

— Lawan memutar pedang dan menangkis keduanya tanpa kehilangan posisi.

Bentuk Ketiga – Menggoda di Antara Bunga

Serangan tipu, menusuk ke arah pundak tapi tiba-tiba menukik ke arah kaki.

— Namun lawan seakan sudah membaca gerakan itu sebelum dimulai.

Bentuk Keempat – Riak di Permukaan Air

Ayunan ringan berlapis-lapis, seperti riak yang terus membesar di permukaan kolam. Setiap tebasan memancing pertahanan lawan, berharap menemukan celah.

— Celah itu tak pernah datang.

Bentuk Kelima – Sayap yang Robek

Gerakan tiba-tiba berubah kasar, memanfaatkan kekuatan penuh untuk memecah pertahanan.

— Tapi lawan malah memanfaatkan kekuatan itu untuk memutar pedangnya dan hampir menjatuhkan Wēi Qiao.

Bentuk Keenam – Hujan Kelopak Musim Semi

Puluhan tusukan cepat, setiap gerakan seolah hujan kelopak jatuh bersamaan.

— Semuanya ditepis, dan Wēi Qiao malah hampir kehilangan pegangan pedang.

Bentuk Ketujuh – Bayangan di Balik Cahaya

Menghilang sejenak di sisi lawan, lalu muncul dari sudut tak terduga.

— Lawan membalik tubuhnya dengan cepat, pedangnya sudah siap menahan.

Bentuk Kedelapan – Pelukan Terakhir

Gerakan ini membelit pedang lawan dengan lengkungan rumit, mencoba merampas kendali.

— Lawan menarik pedangnya dengan kekuatan yang mematahkan usaha itu.

Bentuk Kesembilan – Sayap di Tengah Badai

Ledakan kekuatan dan kecepatan, menyerang dari segala arah seperti badai yang merobek udara.

— Sosok itu menangkis semuanya, bahkan mendorong Wēi Qiao mundur.

Micro Bots: “Ilmu Kupu-Kupu Kembar… tidak efektif. Saran: ganti taktik sebelum Anda menjadi fosil.”

Wēi Qiao: “Baiklah, mari coba sesuatu yang lain.”

Aliran Pedang Bayangan (warisan sang guru)

Bentuk Pertama – Bayangan yang Menyentuh Rumput

Gerakan cepat rendah, mendekatkan tubuh ke tanah lalu memotong dari bawah.

— Lawan melompat ke belakang, tetap menjaga jarak.

Bentuk Kedua – Asap Menyusup Jendela

Tusukan dari sudut sempit, masuk melalui celah sekecil apapun.

— Pedang lawan bergerak seperti dinding baja, celah itu menghilang.

Bentuk Ketiga – Lonceng Malam yang Retak

Serangan vertikal dari atas, disertai hentakan kaki untuk menambah daya.

— Dentingan logam terdengar nyaring saat benturan, tapi lawan tetap tak bergeser.

Bentuk Keempat – Arus yang Menelan Batu

Kombinasi tebasan dan dorongan keras yang memaksa lawan mundur.

— Sosok itu malah memutar tubuh, memanfaatkan dorongan Wēi Qiao untuk menyerang balik.

Bentuk Kelima – Bayangan Memeluk Bulan

Gerakan melingkar sempurna, pedang mengurung lawan di dalam jangkauan.

— Namun lawan menembus lingkaran itu dengan langkah yang mustahil diikuti mata.

Bentuk Keenam – Hening Sebelum Petir

Menahan diri sesaat, lalu serangan secepat kilat.

— Lawan seperti sudah mendengar petir itu sebelum petir menyambar.

Bentuk Ketujuh – Paku yang Menancap di Malam

Tusukan tunggal yang mematikan, diarahkan tepat ke jantung.

— Ditangkis dengan satu ayunan singkat yang nyaris memutus pedang Wēi Qiao.

Bentuk Kedelapan – Bayangan Tanpa Wujud

Gerakan menghilang dari pandangan, muncul di sisi berlawanan.

— Lawan memutar pergelangan dan menangkis dari belakang seolah mata di punggungnya.

Bentuk Kesembilan – Gelap Menelan Cahaya

Serangan terakhir, gabungan semua bentuk sebelumnya dalam arus yang tak terputus.

— Semua ditepis, dan pedang lawan berhenti hanya sejengkal dari leher Wēi Qiao.

Wēi Qiao terhuyung, nafasnya terputus-putus, tubuhnya penuh goresan. Lengan kirinya terasa berat, darah mengalir dari luka di bahunya. Micro Bots berbunyi tak henti, nada peringatannya nyaris berubah jadi teriakan.

Micro Bots: “Tingkat ancaman: 99%! Rekomendasi: mundur! Mundur! MUNDUR!”

Wēi Qiao: “Kalau aku mundur, aku pasti jatuh… dan dia akan menyelesaikannya.”

Sosok misterius itu tetap diam, hanya menatapnya, lalu kembali maju dengan gerakan yang membuat udara bergetar.

Dan di bawah bulan merah itu, Wēi Qiao tahu—malam ini bukan tentang menang… tapi bertahan hidup.

Pertarungan itu seperti badai yang tak kunjung reda.

Setiap tebasan pedang dari sosok bayangan membawa tekanan yang cukup untuk memecahkan batu. Wēi Qiao bergerak secepat yang dia bisa, memanfaatkan setiap teknik yang pernah dia pelajari.

Ilmu Kupu-kupu Kembar — dari bentuk pertama yang ringan dan anggun, hingga bentuk kesembilan yang secepat kilat — semuanya dilepaskan. Gerakan melengkung, tusukan menyilang, hingga potongan memutar dilakukan tanpa jeda. Namun setiap kali, pedang lawan menangkis atau membelokkannya dengan presisi yang dingin.

Nafasnya mulai memburu. “Hhh—haah—Hhh—” Keringat bercampur darah mengalir di pelipisnya.

Micro Bots di kepalanya seperti sirene kapal perang, "Peringatan! Pola serangan musuh melampaui kalkulasi 73%! Opsi serangan balik: nihil!"

Tak menyerah, Wēi Qiao langsung beralih ke jurus Aliran Pedang Bayangan yang diajarkan gurunya.

Bentuk pertama, hingga kesembilan, gabungan tipu daya dan kekuatan penuh — tetap tidak ada yang menembus pertahanan sosok bayangan itu.

Tubuhnya kini dipenuhi luka goresan. Lengan kirinya terasa berat, pedangnya nyaris terlepas dari genggaman. Setiap benturan logam melawan logam membuat tulangnya bergetar.

"Peringatan darurat! Anda kehilangan lebih dari 23% darah! Fokus pada evakuasi!" suara Micro Bots semakin keras, seperti mencoba menembus keputusasaan tuannya.

Namun Wēi Qiao, dengan napas tersengal, tetap mencari celah…

Sampai akhirnya — BRANG! — pedangnya terpental, dan dia terduduk di tanah. Sosok bayangan itu melangkah maju, ujung pedangnya menempel dingin di lehernya.

Wēi Qiao mencoba mengangkat pandangan, ingin melihat wajah di balik penutup kepala itu.

Namun sebelum tatapannya bisa menembus kegelapan, Micro Bots memberi perintah tegas:

"Tendang titik vital, sekarang!"

Refleks, Wēi Qiao menendang kedua bola si bayangan, lalu tanpa menunggu reaksi lawan, ia melompat bangkit. Tubuhnya sempoyongan, tapi kakinya berlari secepat mungkin.

Dari satu pohon ke pohon lain, napasnya semakin tak terkendali. Dada seperti terbakar, setiap langkah membuat darah menetes ke tanah.

Akhirnya, ia menemukan sebuah celah goa kecil. Dengan sisa tenaga, ia merangkak masuk, bersandar pada dinding batu yang dingin.

"Pemindaian kerusakan tubuh… 78% kritis… Proses penyembuhan darurat dimulai…"

Suara Micro Bots perlahan melemah, seiring pandangan Wēi Qiao mengabur.

Darah menetes dari dagunya ke tanah, detak jantungnya semakin berat…

Dan malam itu, ia pingsan, dengan hanya suara lembut mesin di kepalanya sebagai saksi.

1
aurel
hai kak aku udah mampir yuk mampir juga di karya aku
Nanabrum
Gila sejauh ini gw baca, makin kompleks ceritanya,

Lanjuuuuutttt
Mii_Chan
Ihhh Lanjuuuuutttt
Shina_Chan
Lanjuttt
Nanabrum
LANJUUUT THOOOR
Nanabrum
Uwihhh Gilaaa banget
Shina_Chan
Bagus, Tapi harus aku mau tunggu tamat baru mau bilang bagus banget
Gerry
karya nya keren, di chapter awal-awal udah bagus banget, semoga authornya bisa makin rajin mengupload chapter-yang bagus juga kedepannya
Gerry
Sumpaaah kereeeeen
Gerry
Gilaaakk
Teguh Aja
mampir bang di novel terbaruku 😁🙏🏼
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!