NovelToon NovelToon
Hadiah Penantian

Hadiah Penantian

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Dokter
Popularitas:283
Nilai: 5
Nama Author: Chocoday

Riyani Seraphina, gadis yang baru saja menginjak 24 tahun. Tinggal di kampung menjadikan usia sebagai patokan seorang gadis untuk menikah.

Sama halnya dengan Riyani, gadis itu berulang kali mendapat pertanyaan hingga menjadi sebuah beban di dalam pikirannya.

Di tengah penantiannya, semesta menghadirkan sosok laki-laki yang merubah pandangannya tentang cinta setelah mendapat perlakuan yang tidak adil dari cinta di masa lalunya.

"Mana ada laki-laki yang menyukai gadis gendut dan jelek kayak kamu!" pungkas seseorang di hadapan banyak orang.

Akankah kisah romansanya berjalan dengan baik?
Akankah penantiannya selama ini berbuah hasil?

Simak kisahnya di cerita ini yaa!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chocoday, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pengalaman Baru

"Yang dimaksud teteh itu emang dia, tapi—"

"Tapi apa? Kalau emang dia pacar kamu kenapa harus menghindar begitu? Kenalin aja ke abang,"

"Bukan pacar, bang,"

"Terus apa? Calon suami?" tanya abang.

Iya sih kalau bisa mah.

"Neng,"

"Baru temenan kok bang. Beneran," jawabku, "lagian masa dia mau sama aku. Padahal temen-temen di tempat kerjanya pada cantik, masa tertarik sama aku yang begini."

"Emangnya adik abang gak cantik?" tanya abang membuatku terdiam seketika.

"Neng, kamu itu cantik terus pinter juga, mau bekerja keras. Nikah itu bukan sekedar pendidikan, buktinya kemarin kamu bilang kayak gitu ke abang kan? Kamu juga bisa liat sendiri rumah tangga abang kayak gimana," ujar abang.

"Jadi percaya diri aja kalau kamu suka sama dia, dianya juga suka sama kamu. Gak ada yang salah, kalau misalnya kamu jodohnya bakal dimudahkan jalannya," ucap abang melanjutkan.

Aku mendelik dengan tatapan curiga padanya, "perasaan kemarin abang gak terima kalau aku bilang rumah tangga abang itu aneh."

Laki-laki itu terkekeh, "sekarang abang sedikit sadar. Apalagi beberapa hari ini, teteh terus bilang lembur dan gak perhatikan abang sama sekali. Makanya abang mending cari kesibukan kayak main voli juga."

Aku tersenyum padanya sembari menggandeng tangannya untuk masuk ke rumah, "ya udah biar neng yang masakin aja ya?" abang mengangguk mengiyakan.

Kita makan malam bersama setelah sholat magrib dan juga isya, sedangkan teteh iparku masih belum terlihat kembali bahkan saat aku sudah bersiap untuk tidur.

Keesokan paginya, pagi-pagi sekali aku sudah menyiapkan sarapan, berikut dengan nasi yang cukup banyak untuk stok seharian. Kebetulan, bapak juga kemarin memberikan aku cukup banyak beras agar tidak semuanya menumpang pada abang.

"Neng, kamu kerja di PAUD depan?" tanya teteh ipar yang sudah siap akan kembali bekerja.

Aku mengangguk, "iya teh. Kemarin dikasih tau sama abang tentang lowongannya."

"Bagus lah, jadi tinggal di sini pun kamu punya gaji. Seenggaknya gak numpang banget sama kita," ucap teteh ipar.

Wanita itu langsung terdiam saat suaminya keluar dari kamar dengan seragam kerja dan juga tas-nya.

"Kamu udah siap neng?" tanya abang dengan senyumannya.

Aku mengangguk, "insyaallah bang. Do'ain ya!" laki-laki itu mengangguk dengan senyumannya.

"Kamu nanti berangkatnya bareng sama abang aja. Biar sekalian," ajaknya.

Baru saja aku akan menjawab, teteh langsung menyela, "kan aku mau nebeng sama kamu. Masa bertiga?"

"Loh motornya kenapa?" tanya abang.

"Semalem kempes ban-nya, terus agak susah kalau di nyalain," jawabnya.

Aku menyimpulkan senyuman, "gak apa-apa bang. Neng bisa jalan kaki, lagian cuman beberapa meter juga kan."

"Yakin gak apa-apa?"

"Udah lah A. Kan adik kamu juga udah gede, masa harus ditemenin kemana-mana sih," timpalnya lalu mengajak abang untuk berangkat duluan dibanding aku.

Wanita itu bahkan tidak membereskan piring kotornya dan hanya ditaruh pada meja makan. Aku menghela napas lalu membereskannya lebih dulu dan segera pergi ke PAUD.

Sesampainya di sana, aku ditunjuk untuk masuk ke kelas 1A dan memperkenalkan diri dengan baik pada murid-murid.

Aku menghela napas cukup gugup hingga teman abang itu menyimpulkan senyumannya, "gak usah gugup begitu. Bukannya kata abang kamu, kamu itu suka anak kecil? Kayaknya cocok kalau ngajar PAUD."

Aku hanya terkekeh pelan sembari terus mengatur napas.

Saat masuk ke kelasnya, semua perhatian anak itu tertuju padaku. Teman abang sekaligus orang yang menangani sekolah itu memintaku untuk mulai memperkenalkan diri.

"Assalamualaikum anak-anak!! Perkenalkan nama kakak, Riyani. Kalian boleh panggil kak neng, atau Kak Riyani,"

Seorang anak mengangkat tangannya—ingin bertanya, "kenapa gak ibu guru?"

Aku terkekeh pelan mendengarnya, "itu juga boleh. Senyamannya kalian, asal sopan."

"Siapppp Bu guru!!!!" jawabnya dengan kompak membuatku tersenyum senang karena merasa diterima.

Aku mulai mengajar setelahnya, tentu dengan arahan sedikit dari teman abang itu. Aku mulai beradaptasi dengan kegiatan baru ini, padahal jam pelajaran juga baru saja dimulai.

Aku ditugaskan untuk mengajar seni seperti menggambar dan merakit sebuah mainan di kelas.

Seorang anak datang padaku yang sedang duduk membantu sedikit kesulitan murid yang lain, "ibu guru bisa bantu Adit juga?"

"Boleh Sayang. Yuk!" ajakku sembari menggenggam tangannya—berjalan menuju bangkunya.

Anak itu duduk kembali sembari menunjukkan kerangka mainan yang belum bisa dipasangnya.

"Bu guru cantik inget aku gak?" tanyanya membuatku menoleh.

"Loh, kamu kan yang waktu itu ngejar-ngejar anak kucing?" tanyaku dianggukinya dengan senyuman.

"Radit sekolah di sini?" tanyaku dianggukinya.

"Rumah radit gak jauh dari sini bu guru, cuman beda beberapa gang aja," jawabnya membuatku mengangguk dengan senyuman.

Aku mengobrol dengan anak-anak yang lain juga agar lebih akrab, tapi disela-sela itu—seorang anak tiba-tiba menangis.

Aku mendekat padanya, "loh Haikal kenapa nangis?" tanyaku.

Anak itu malah semakin menangis, aku kebingungan menanganinya. Tapi Radit datang lalu membisikkan sesuatu padaku.

Aku menoleh pada celananya, "ya udah gak apa-apa kalau pipis di celana. Sekarang Haikal ikut ibu aja yuk ketemu bunda!"

Anak itu mengangguk lalu keluar bersamaku yang menggandeng tangannya.

Seorang wanita paruh baya menghampiri kita berdua, "kenapa anak saya dibawa keluar?" tanyanya.

"Ibunya haikal ya?" wanita itu mengangguk.

"Maaf ya bu!! Saya bawa keluar terus anaknya juga nangis, itu dia ngompol. Mungkin tadi gak kuat sampe gak ketahan, makanya ngompol di kelas sampe gak bilang kalau dia kebelet," ucapku dengan baik-baik.

Wanita paruh baya itu mengangguk paham, "gak apa-apa bu. Justru saya yang minta maaf karena udah ngerepotin ibu!!"

"Ah gak repot kok bu. Saya juga baru pertama kali kerja di sini soalnya, jadi kalau ada saran atau kurang perhatian saya. Saya minta maaf!!"

Wanita paruh baya itu terkekeh, "emangnya kalau udah memperlakukan selembut ini kurang ya?" aku terkekeh mendengarnya.

"Kalau gitu saya pamit masuk lagi ya bu!" ucapku membuatnya mengangguk.

Tidak lama setelahnya, pembelajaran selesai. Aku meminta anak-anak untuk membawa mainan rakitannya saja dibanding disimpan di kelas yang cukup sempit ini.

Radit pulang paling terakhir, anak itu membawa tas-nya keluar lalu berlari pada seseorang yang sudah menunggunya.

Sembari memangku Radit, walinya itu menghampiriku yang baru saja menutup pintu kelas.

"Astaghfirullah!!" ucapku terkejut.

Laki-laki itu tersenyum menanggapinya.

"Kok bisa di sini? Sama Radit juga," tanyaku kebingungan.

"Dia ponakan aku, bundanya tadi gak bisa jemput makanya aku yang jemput,"

"Emang lagi libur?" tanyaku membuat Hanif mengangguk.

"Jadi ini kegiatan kamu yang baru?" tanyanya.

Aku tersenyum dengan anggukan, "lumayan lah. Daripada gak sama sekali buat nyoba."

"Iya bener," jawabnya, "mau pulang sekarang gak?" tanyanya.

"Ya mau dong. Masa nginep di sini," jawabku membuatnya terkekeh.

"Ya udah yuk bareng aja!" ajaknya.

"Eh gak usah. Aku mau jalan kaki aja, mau ada yang dibeli dulu," tolakku.

"Aku gak terima penolakan, nanti aku antar kalau kamu mau beli sesuatu dulu," ucapnya.

"Ya kan Dit?" tanyanya pada sang ponakan yang dipangkunya.

1
Chocoday
Ceritanya dijamin santai tapi baper
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!