Ketika Liora terjebak dalam malam penuh kesialan, ia tak pernah menyangka hidupnya akan berubah selamanya setelah bertemu Felix Dawson, Sang CEO yang dingin sekaligus memikat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yourhendr, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kucing-kucingan
Felix melangkah keluar dari penthouse-nya, berjalan menuju halaman parkir. Pria itu sedikit terburu-buru, karena memiliki janji dengan Liora. Besok adalah akhir pekan, dia memutuskan untuk menghabiskan waktu bersama dengan Liora.
Namun, saat Felix baru saja akan masuk ke dalam mobil, langkah kaki Felix terhenti. Ketika melihat sebuah mobil yang dia kenali memasuki halaman parkir gedung apartemen di mana unit penthouse-nya berada.
Felix mengembuskan napas kasar, menatap kesal sosok wanita paruh baya yang turun dari mobil. Wajah kesal Felix nampak terlihat jelas, tapi Felix tak bisa langsung pergi, karena jika dia nekat, maka masalah baru akan terjadi.
“Kau mau pergi ke mana, Felix?!” Bella—ibu Felix—melangkah menghampiri Felix dengan mata yang menyala tajam sambil bertolak pinggang.
“Aku memiliki urusan. Kenapa kau ke sini, Mom?” tanya Felix menahan rasa kesal. Jika ibunya datang, maka hanya memperlama dirinya untuk pergi.
“Felix, sepupumu sebentar lagi akan menikah! Kapan kau menikah, Felix?!” seru Bella kesal pada putra tunggalnya.
Felix mengembuskan napas kasar. “Mom, kau pikir menikah itu permainan?”
“Felix, banyak wanita yang menyukaimu. Mereka mengidolakanmu. Kenapa kau tidak mau memilih salah satu dari mereka? Atau kalau tidak ada yang kau sukai, Mommy bisa mengenalkanmu dengan—”
“Mom, stop! Aku juga tidak ingin dikenalkan dengan siapa pun. Aku juga belum ingin menikah.” Felix mengecup kening ibunya. “Aku harus pergi sekarang. Aku memiliki urusan penting.” Lalu, Felix masuk ke dalam mobilnya—melajukan mobilnya meninggalkan tempat itu.
“Felix, Mommy belum selesai bicara!” seru Bella dengan nada keras, tapi Felix tetap melajukan mobilnya meninggalkan tempat itu. Ya, Felix rasa sudah cukup berbicara dengan ibunya.
***
Liora menatap cermin, melihat wajahnya sudah sangat cantik. Dress sederhana berwarna hijau muda dengan motif bunga kecil, membuat dirinya nampak segar dan sangat cantik. Liora memang memiliki paras yang luar biasa cantik, meski tak memakai riasan tebal.
Malam ini, Liora khusus berias karena Felix akan datang ke apartemennya. Besok adalah akhir pekan, dan dirinya akan menghabiskan banyak waktu dengan Felix. Membayangkan itu membuat Liora tersipu malu.
Liora kasmaran seperti anak remaja, tetapi untuk menyebutnya jatuh cinta rasanya dia masih bingung. Perasaan yang dialaminya terlalu campur aduk, hingga sulit untuk diungkapkan.
Liora tak pernah mengira akan segila ini. Jatuh pada pesona Felix Dawson. Tak pernah sedikit pun Liora memikirkan hal tersebut. Berkali-kali dia menghindar, malah dirinya seakan dipaksa untuk mendekat.
“Cantik.” Suara berat Felix, memasuki kamar Liora. Refleks, Liora membalikkan badannya menatap terkejut Felix yang ada di ambang pintu kamar. Wanita itu sama sekali tak menyadari kalau Felix sudah datang.
“Felix? Kau ini mengejutkanku saja.” Liora melangkah mendekat. “Sebenarnya, kau itu tahu password apartemenku dari mana?” serunya jengkel. Liora pikir, Felix akan menekan bel, tapi ternyata apa yang Liora pikirkan itu salah. Felix tak menekan bel. Liora lupa kalau Felix mengetahui password apartemennya.
Felix melingkarkan tangannya di pinggang Liora. “Mudah bagiku untuk mengetahui password apartemenmu.” Pria itu mendekatkan bibirnya ke telinga Liora sambil berbisik serak, “Ukuran bra-mu dan celana dalammu saja aku tahu.”
“Felix!” Liora memukul lengan kekar Felix, pipinya tersipu malu mendengar apa yang Felix katakan.
Felix terkekeh pelan melihat pipi Liora yang tersipu malu. Pria itu menarik tubuh Liora, dan mengajak Liora berbaring ke ranjang. “Maaf, aku datang sedikit lama.”
Liora mendongakan kepalanya dari dalam pelukan Felix. “Apa kau tadi ada pekerjaan?” tanyanya ingin tahu.
Felix mencium hidung Liora. “Bukan pekerjaan, tapi tadi ibuku datang menemuiku.”
“Ibumu datang?” Raut wajah Liora terkejut.
Felix mengangguk. “Lupakan tentang ibuku. Jangan dibahas lagi, dia sering membuatku pusing.”
Liora tersenyum sambil memukul tangan Felix. “Kau tidak boleh seperti itu pada ibumu, Felix.”
Felix mengecup bibir Liora. “Besok, aku akan mengajakmu makan malam di luar.”
“Hm? Besok kita makan malam di luar?” ujar Liora bertanya memastikan.
Felix membelai pipi Liora. “Ya, besok aku ingin mengajakmu berkencan.”
Liora mendesah panjang. “Felix, kenapa tidak bilang padaku dulu?”
“Ini aku bilang padamu.”
“Felix, maksudku kau bilangnya mendadak. Aku belum mempersiapkan gaun.”
Felix tersenyum samar, dan menggigit bibir bawah Liora sedikit keras, akibat terlalu gemas pada wanita itu.
“Felix, sakit. Kenapa kau menggigitku?” Liora menekuk bibirnya sambil mengusap-usap.
“Besok, akan ada yang mengantar gaun untukmu.” Felix mencubit pelan hidung Liora.
“Felix, aku tidak mau merepotkanmu. Biar aku—” Perkataan Liora terpotong, saat Felix mencium bibirnya. Lembutnya bibir Felix membuat Liora luluh.
“Hanya gaun saja, tidak mungkin merepotkanku,” bisik Felix ketika tautannya terlepas.
Liora tersenyum tak lagi melawan ataupun menolak apa yang sudah diatur untuk diberikan padanya.
Tiba-tiba, terdengar dering ponsel Liora masuk. Refleks, Liora dan Felix mengalihkan pandangannya pada sumber suara itu. Liora mengambil ponselnya menatap ke layar tertera nama ‘Rose’ di sana. Decakan pun lolos di bibir Liora. Temannya itu mengganggunya saja.
“Siapa yang menghubungimu?” tanya Felix seraya menatap Liora.
“Rosewood,” jawab Liora memberi tahu.
Felix mengangguk. “Jawab saja. Mungkin ada yang penting.”
“Biarkan saja. Tidak usah dijawab.” Liora menggeser tombol merah, menolak panggilan telepon tersebut, tapi saat Liora sudah menolak panggilan telepon, malah ponselnya kembali berdering.
“Astaga, Rose mengganggu saja,” gerutu Liora kesal.
Sebelah alis Felix terangkat, menatap ponsel Liora yang tak henti berdering. “Liora jawablah. Mungkin ada yang ingin Rose katakan padamu.”
Liora menghela napas dalam. “Tapi kau diam jangan bersuara. Aku tidak mau sampai Rose tahu kau di sini.”
Felix mengulum senyumannya sambil mengangguk. “Alright, aku akan diam.”
Akhirnya, dengan raut wajah Liora yang sedikit kesal, dia memutuskan menjawab telepon temannya itu.
“Ada apa, Rose?” ujar Liora kala panggilan terhubung.
“Liora, aku sudah di depan apartemenmu. Cepat buka pintu apartemenmu,” jawab Rose dari seberang sana, yang sontak membuat Liora terperanjat kaget.
“K-kau di depan apartemenku?”
“Iya, aku di depan apartemenmu. Ayo cepat buka pintu.”
“Tunggu-tunggu.”
Buru-buru, Liora menutup panggilan itu dan wajahnya sangatlah panik.
“Rose datang?” tanya Felix santai.
Liora gelisah. “Iya, Rose datang.” Lalu dia bangkit dari tempat tidur sambil menarik tangan Felix. “Cepat kau bersembunyi di lemari.”
“What? Kau memintaku bersembunyi di lemari?” Mata Felix sedikit melebar mendengar permintaan Liora.
Liora mengangguk cepat. “Iya, kau harus bersembunyi di lemari.”
“Liora—”
“Felix, jangan menolak. Ini darurat. Rose itu sering sekali masuk ke dalam kamarku. Kau harus bersembunyi di lemari.” Liora mendorong tubuh Felix masuk ke dalam lemari. Tampak Felix mengumpat pelan saat terpaksa harus menuruti keinginan Liora. Pertama kali dalam hidup, Felix Dawson bersembunyi di lemari.
Liora mengatur napasnya, berusaha untuk tenang, lalu dia pun segera melangkah pergi meninggalkan kamar.
“Liora? Liora? Kenapa kau lama sekali,” seru Rose dari luar.
“I-iya, iya.” Liora langsung membuka pintu apartemennya. Suara temannya itu begitu nyaring dan keras membuat telinga Liora sakit.
“Liora, kau ini lama sekali,” gerutu Rose kesal kala pintu terbuka.
“A-aku tadi sakit perut,” jawab Liora cepat, dan berusaha untuk tenang.
Rose mendengkus pelan, menyelonong masuk ke dalam apartemen Liora, tanpa permisi, Rose masuk ke dalam kamar Liora. Sontak, Liora terkejut—dan berjalan cepat mengikuti Rose.
Raut wajah Liora sedikit memucat panik. Meski sekarang Felix sudah berada di dalam lemari, tetap saja Liora khawatir kalau Rose tahu Felix datang. Sungguh, memiliki hubungan tersembunyi seperti ini, membuat Liora selalu dilingkupi rasa was-was.
Di kamar Liora, Rose membaringkan tubuhnya di ranjang, tapi Rose merasakan punggungnya terasa terganjal sesuatu. Rose pun segera memindahkan posisi tubuh—menoleh ke samping mendapati kunci mobil tergeletak di atas ranjang.
Rose mengambil kunci mobil itu, menatap bingung siapa pemilik kunci mobil mewah tersebut. Tampak Liora panik melihat kunci mobil Felix sudah di tangan Rose. Buru-buru, Liora menyambar kunci mobil yang ada di tangan temannya itu.
“Liora, kunci mobil milik siapa itu?” tanya Rose seraya menatap Liora, dengan tatapan bingung.
“Ah, itu kunci mobil sepupuku. Hari ini ini aku meminjam mobilnya. Mobilku mogok,” ucap Liora berdusta. Kepalanya sudah bingung bagaimana cara Liora mencari alasan. Jalan satu-satunya yang muncul di kepala Liora adalah beralasan bahwa pemilik kunci mobil itu adalah sepupunya sendiri.
Alis Rose menaut bingung. “Kunci mobil ini milik sepupumu?”
Liora mengangguk cepat, merespons ucapan Rose.
“Wow, itu artinya sepupumu sangat kaya. Itu mobil mewah, Liora,” seru Rose takjub. “Ah, atau jangan-jangan sebenarnya kau ini anak orang kaya, Liora? Kau hanya menyamar menjadi orang biasa agar mendapatkan cinta sejatimu sesungguhnya.” Rose mulai mengeluarkan dugaan yang tak masuk akal sehat.
Liora mengumpat dalam hati. Dia lupa kalau mobil Felix itu mobil mewah. Tak mungkin sepupunya memiliki mobil semewah mobil milik Felix. Dan sekarang, Liora semakin pusing karena Rose menduga-duga sangat konyol.
“Rose, kau ini bicara konyol sekali. Kau pikir kita hidup di dunia dongeng? Kau terlalu banyak membaca novel. Sudahlah, aku ingin istirahat. Badanku sedang kurang enak. Aku ingin tidur seharian,” ucap Liora tersirat meminta Rose untuk pulang.
Rose mendecakkan lidahnya tak suka. “Kau mengusirku, Liora?”
“No, Rosewood. Aku bukan mengusirmu, tapi aku memintamu untuk pulang. Badanku sedang kurang enak. Aku ingin istirahat,” jawab Liora.
Rose mendesah pelan. “Ya sudah, besok saja aku ke sini.”
“Eh, jangan!” jawab Liora lagi cepat, saat Rose bilang besok ingin ke apartemennya lagi. Besok saja dirinya akan berkencan dengan Felix. Astaga gawat kalau sampai Rose datang lagi.
“Memangnya besok kau memiliki acara?” tanya Rose lagi bingung, serta curiga. Dia sengaja mendatangi Liora, karena tahu Liora sekarang single. Rose ingin menghibur temannya itu.
“Hm, tidak. Aku ingin tidur. Aku lelah.” Liora memegang bahu Rose, mendorong pelan temannya itu keluar dari kamarnya. “Kita bertemu senin saja, saat di kantor. Okay?” Liora tersenyum manis, agar Rose tidak curiga pada keanehannya.
Rose kembali berdecak. “Kau ini aneh sekali. Ya sudah, aku pulang saja. Hubungi aku jika kau membutuhkan bantuanku.”
Liora mengangguk. “Iya, aku pasti menghubungimu. See you on Monday.”
Rose masih tetap kesal, tapi akhirnya dia melangkah pergi meninggalkan apartemen Liora. Rose berusaha mengerti saat Liora ingin menyendiri. Walau tentu rasa jengkel masih ada.
Liora mendesah lega melihat Rose sudah pergi. Paling tidak Hati Liora menjadi tenang, damai. Karena jika sampai Rose tahu di kamarnya ada Felix, pasti Rose sudah berpikiran macam-macam. Temannya itu terkenal paling heboh.
Selanjutnya, Liora melangkah masuk ke dalam kamarnya ...
Di kamar, Liora menatap Felix yang baru saja keluar dari lemari. Buru-buru Liora mendekat dan memeriksa keadaan Felix. Sempat terpikir dalam pikiran Liora bahwa Felix bisa kehabisan napas.
“Felix, kau baik-baik saja, ‘kan?” tanya Liora cemas.
“Kau bisa membuatku mati, Nona Jolie,” jawab Felix sedikit kesal.
“Maaf, aku tidak tahu kalau Rose akan datang.” Liora menatap Felix penuh penyesalan.
Felix menarik tubuh Liora, membawa ke ranjang, dan menindih tubuh wanita itu. “Kau harus dihukum. Aku belum pernah masuk ke dalam lemari. Kau Wanita pertama yang memasukkanku ke dalam lemari.”
Liora mengulum senyumannya sambil melingkarkan tangannya di leher Felix. “Kan aku sudah minta maaf, Felix. Kenapa kau masih ingin menghukumku?”
“Permintaan maaf seperti itu ditolak,” balas Felix menatap lekat Liora.
“Lalu harus seperti apa aku minta maaf?” tanya Liora.
“Seperti ini.” Felix membenamkan bibirnya ke bibir Liora, melumat lembut bibir wanita itu.
Liora tersenyum saat Felix menciumnya. Perlahan, Liora mulai membalas ciuman Felix dengan lembut dan penuh gairah. Desahan lolos di bibir Liora saat Felix menciumnya dengan begitu lembut. Mereka berciuman dengan amat menggelora serta hasrat yang berkobar.
mampir karna nama PM sama kayak nama di cs aku Felix & Leora (Saudara kandung)/Sob//Sob/
lah disini malah nikah