NovelToon NovelToon
THE MASK OF SILENCE

THE MASK OF SILENCE

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Reinkarnasi / Kelahiran kembali menjadi kuat / Akademi Sihir
Popularitas:366
Nilai: 5
Nama Author: MishiSukki

Di balik reruntuhan peradaban sihir, sebuah nama perlahan membangkitkan ketakutan dan kekaguman—Noir, sang kutukan berjalan.

Ditinggalkan oleh takdir, dihantui masa lalu kelam, dan diburu oleh faksi kekuasaan dari segala penjuru, Noir melangkah tanpa ragu di antara bayang-bayang politik istana, misteri sihir terlarang, dan lorong-lorong kematian yang menyimpan rahasia kuno dunia.

Dengan sihir kegelapan yang tak lazim, senyuman dingin, dan mata yang menembus kepalsuan dunia, Noir bukan hanya bertahan. Ia merancang. Mengguncang. Menghancurkan.

Ketika kepercayaan menjadi racun, dan kesetiaan hanya bayang semu… Siapa yang akan bertahan dalam permainan kekuasaan yang menjilat api neraka?

Ini bukan kisah tentang pahlawan. Ini kisah tentang seorang pengatur takdir. Tentang Noir. Tentang sang Joker dari dunia sihir dan pedang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MishiSukki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10: Kebencian di Bawah Hujan

Di dalam gudang yang sunyi dan terlupakan itu, Noir tergeletak di lantai dingin dengan tubuh kurusnya, tubuhnya lemah dan tak berdaya. Dia menarik bajunya untuk menutupi tubuhnya yang terekspos. Matanya kosong, menatap ke langit-langit yang retak-retak, memperhatikan cahaya yang masuk dari celah-celah kayu usang.

Waktu seakan berhenti di sana, dan di saat itu, ia merasa seperti tidak ada yang peduli—seperti tak ada satu pun alasan untuk bangkit lagi.

Di luar sana, dunia terus berputar dengan kebodohan dan kebusukannya. Namun, dalam keheningan itu, Noir merasa hampa, jauh lebih dalam dari sebelumnya. Kegelapan yang mengisi ruangan itu terasa lebih nyata daripada segalanya, lebih kuat dari rasa sakit fisik yang ia rasakan.

Ia tak tahu lagi apa yang harus ia rasakan. Tidak ada rasa marah, tidak ada rasa benci. Hanya kehampaan yang mencekam seluruh dirinya.

"Apa yang terjadi padaku?" pikirnya, namun tidak ada jawaban yang datang.

Semuanya berputar seperti mimpi buruk yang tak kunjung berakhir. Dunia yang penuh dengan kebohongan, ketidakpedulian, dan kekerasan. Dunia yang tidak pernah ada keadilan. Dan dalam keheningan itu, Noir hanya terdiam, berbaring tanpa daya.

Sore itu, langit yang biasanya cerah kini dipenuhi awan gelap. Noir, yang baru saja menyelesaikan pekerjaannya di sekitar akademi, berjalan kembali ke tempat yang ia sebut rumah—sebuah sudut jalan di balik gedung megah itu. Tubuhnya terasa berat, otot-ototnya pegal setelah seharian memungut sampah. Namun, yang lebih berat dari fisiknya adalah beban emosional yang terus membelenggu pikirannya.

Tiba-tiba, langkahnya terhenti. Dari kejauhan, sekelompok anak muda berjalan menuju ke arahnya. Mereka mengenakan pakaian yang lebih mewah dari yang biasa dilihat oleh Noir—anak-anak bangsawan yang berusia sekitar lima tahun lebih tua darinya, yang seharusnya berada di kelas elit akademi. Mereka melihat Noir yang berjalan menyendiri dengan pakaian lusuh, tangannya penuh debu sampah.

Salah satu dari mereka, seorang anak laki-laki dengan senyum mengejek, melangkah maju.

"Hei, lihat siapa yang datang! Si miskin pemungut sampah," katanya sambil tertawa.

Sekelompok anak muda itu berhenti tepat di hadapan Noir. Mereka berdiri mengelilinginya, menatapnya dengan tatapan jijik dan merendahkan. Noir tidak bergerak, matanya hanya menatap ke tanah, mencoba mengabaikan mereka, berharap mereka akan pergi begitu saja. Namun, tidak ada belas kasihan.

"Kenapa tidak pakai seragam seperti kita?" seorang gadis dengan rambut pirang melengking.

"Oh, tunggu, kamu bukan murid di sini. Kamu cuma sampah."

Tawa mereka mengisi udara, makin membuat Noir merasa lebih kecil. Ia tahu apa yang akan terjadi. Kejadian seperti ini bukanlah hal baru baginya. Selalu ada yang lebih besar, lebih kuat, lebih kaya yang akan menginjak-injak orang sepertinya.

Tiba-tiba, salah satu anak laki-laki menendang kaki Noir. Noir terjatuh ke tanah, dan tubuhnya terseret beberapa meter.

"Hey, jangan diam saja!" gadis itu berteriak, sambil menarik rambut Noir.

"Kamu merasa layak berada di sini? Tempat ini bukan untuk orang seperti kamu!"

Noir tidak membalas. Ia tidak punya tenaga untuk melawan. Tubuhnya terluka, dan hatinya semakin hancur. Setiap kata, setiap tendangan, membuatnya merasa semakin kosong. Mereka melanjutkan ejekan mereka, menghujani Noir dengan kata-kata kasar dan perlakuan yang tak adil.

Namun, dalam hatinya, Noir hanya merasa satu hal: keletihan. Keletihan yang mendalam. Keletihan untuk hidup di dunia yang begitu kejam, yang hanya memberi tempat bagi mereka yang kuat dan kaya. Keletihan untuk terus bertahan dalam dunia yang tidak peduli padanya.

Saat mereka akhirnya pergi, tertawa puas setelah melihatnya tergeletak di tanah, Noir hanya terdiam. Tubuhnya terasa hancur, tetapi ada sesuatu yang lebih dalam yang hancur—suatu bagian dari dirinya yang perlahan-lahan mati, yang mencoba bertahan meski dunia terus-menerus menginjaknya. Ia hanya tergeletak di sana, merasakan dingin yang semakin mencengkeram.

Namun, di tengah-tengah kehancuran itu, sesuatu yang lain mulai muncul. Sebutir kebencian yang dingin, yang sudah lama terpendam, kini mulai tumbuh. Kebencian pada para penindas, pada dunia yang tidak adil, pada dirinya sendiri yang begitu lemah. Kebencian itu tidak lagi hampa, ia memiliki tujuan. Dan di mata Noir, tujuan itu adalah balas dendam.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!