NovelToon NovelToon
Dendam Dan Cinta Tuan Mafia

Dendam Dan Cinta Tuan Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Balas Dendam / CEO / Janda / Romansa / Menikah dengan Musuhku
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Annavita

Aira tak menyangka jika pernikahan harmonis yang ia bina kini hancur lebur, karna orang ketiga.

Dunianya hancur, hingga sebuah kecelakaan menimpanya dan membuat ia koma. setelah sadar, ia dihadapkan dengan seorang pria yang tiba-tiba saja menjadikannya seorang budak. hingga dimana Aira dijadikan bak seorang tawanan oleh pria misterius itu.

sementara disisi lain, Rayyan berusaha menjalani dendam yang diamanatkan padanya dari sang ayah. dendam yang begitu membuatnya berapai-api pada Aira.

akankah Rayyan berhasil menuntaskan dendamnya? atau malah rasa cinta timbul dihatinya untuk Aira?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Annavita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

23

Flashback off

Setelah menuturkan kisah pilu itu, Rayyan kembali menatap Aira dengan tatapan yang sulit diartikan. Ada kebencian yang membara di matanya, namun juga ada sesuatu yang lain, sesuatu yang lebih kompleks dan tersembunyi. Aira dapat merasakan bahwa Rayyan masih menyimpan banyak rahasia, bahwa ia belum mengungkapkan semua yang ada di hatinya.

"Baru satu tahap aku menghancurkan keluarga Pandu," desis Rayyan, suaranya dingin dan menusuk tulang. "Aku ingin pria yang sudah mengambil nyawa ayahku mendapatkan ganjaran setimpal, dan itu dimulai dari dirimu, Aira. Anak yang begitu disayanginya, kebanggaannya."

Rayyan melempar sebuah pil ke arah Aira, pil kontrasepsi yang menjadi simbol dari penolakannya terhadap keturunan Aira.

"Minum itu! Aku tak ingin punya anak dari darah pembunuh!" sindirnya, kata-katanya tajam dan menyakitkan. Tanpa menunggu jawaban dari Aira, Rayyan berbalik dan pergi dari kamar itu, meninggalkan Aira yang terisak dalam kesendirian.

Aira hanya menatap pil itu dengan sudut bibirnya, tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Ia merasa jijik dan muak dengan Rayyan, dengan segala perbuatannya dan kata-katanya. Ia tidak ingin memiliki apa pun yang berhubungan dengan pria itu, termasuk seorang anak.

Dengan gerakan cepat, Aira mengambil pil itu dan menelannya. Ia tidak ingin mengandung anak dari orang sekejam Rayyan, anak yang mungkin akan mewarisi sifat-sifat buruk ayahnya. Ia ingin memutus rantai dendam dan kebencian yang telah menghancurkan keluarganya.

Meskipun telah mendengar cerita Rayyan, Aira tidak bisa begitu saja mempercayainya. Ia tidak bisa menghakimi ayahnya hanya berdasarkan satu sisi cerita. Ia sangat mengenal ayahnya, Pandu adalah panutan dan kebanggaan keluarga. Ia tahu, ayahnya adalah orang yang jujur, adil, dan berani.

Walaupun tak pernah bertukar kabar selama menikah dengan Dimas, Aira masih merasakan jika sang ayah mengawasinya dari kejauhan. Ia tahu, ayahnya selalu menyayanginya dan menginginkan yang terbaik untuknya.

Dan Aira yakin, saat ini ayahnya pasti sedang kewalahan mencari keberadaannya. Ia membayangkan ayahnya yang khawatir dan cemas, berusaha sekuat tenaga untuk menemukannya.

"Pah, maafin aku," lirih Aira, air matanya kembali mengalir deras di pipinya. "Maafin aku karena sudah membuatmu khawatir. Maafin aku karena sudah menjadi beban untukmu. Aku janji, aku akan berusaha untuk keluar dari situasi ini. Aku akan membuktikan bahwa ayah tidak bersalah. Aku akan membersihkan nama baik keluarga kita."

Aira memejamkan matanya, mencoba menenangkan dirinya. Ia tahu, ia harus kuat dan tegar. Ia tidak boleh menyerah pada keadaan. Ia harus berjuang untuk dirinya sendiri, untuk keluarganya, dan untuk kebenaran.

Ia membuka matanya kembali, menatap langit-langit kamar dengan tatapan yang penuh dengan tekad. Ia akan mencari tahu kebenaran tentang masa lalu, tentang pengkhianatan dan kematian yang telah menghancurkan keluarganya. Ia akan mengungkap siapa pengkhianat sebenarnya, dan membawa mereka ke pengadilan.

Aira bangkit dari ranjang, berjalan menuju jendela dan membuka gorden. Cahaya mentari pagi menyinari wajahnya, Aira membuka jendela itu lebar-lebar, menghirup udara segar yang bercampur dengan aroma tanah dan dedaunan.

Dari sana, ia dapat melihat bahwa tempat ia berada dikelilingi oleh pepohonan yang menjulang tinggi, membentuk dinding hijau yang rapat dan tak tertembus. Aira yakin, Rayyan telah membawanya jauh ke tengah hutan, tempat yang terisolasi dari dunia luar.

Ia menatap ke bawah, melihat Rayyan yang berdiri di depan mobilnya. Pria itu terlihat begitu tampan, gagah, dan berwibawa dengan jas hitam dan kacamata hitam yang menutupi sebagian wajahnya. Ia baru saja masuk ke dalam mobilnya, bersiap untuk pergi.

Tak dapat dipungkiri, Aira mengakui ketampanan Rayyan. Bahkan, sentuhan Rayyan terasa berbeda dari sentuhan Dimas, suaminya. Sentuhan Rayyan membangkitkan hasrat yang selama ini terpendam dalam dirinya, hasrat yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya.

Dan hal itu membuatnya semakin benci dengan pemikirannya yang sangat menjijikkan itu. Ia tidak ingin tertarik pada Rayyan, pria yang telah menghancurkan hidupnya.

Menatap kepergian mobil Rayyan yang melaju semakin menjauh, Aira mulai berpikir keras mencari cara agar ia bisa keluar dari istana mengerikan ini. Ia tidak bisa terus-menerus menjadi tahanan Rayyan. Ia harus melarikan diri, mencari bantuan, dan membalas dendam.

"Aku harus keluar dari sini!" gumamnya, tekadnya bulat. Ia tidak akan menyerah begitu saja. Ia akan melakukan apa pun untuk mendapatkan kebebasannya kembali.

Namun, tiba-tiba pintu kamarnya diketuk. Aira terkejut dan segera bersembunyi di balik tirai, mengintip dari celah kain. Pintu terbuka, dan masuklah seorang pelayan wanita, membawa nampan berisi makanan untuknya.

Pelayan itu nampak mencelos, terkejut melihat penampilan Aira yang berantakan. Rambutnya kusut masai, wajahnya pucat, dan matanya sembab karena menangis. Ia terlihat seperti orang yang baru saja mengalami trauma yang mendalam.

Namun, pelayan itu segera menetralkan ekspresinya, berusaha untuk tidak menunjukkan rasa terkejutnya. Ia berjalan mendekat ke meja, dan mulai menyiapkan sarapan itu dengan hati-hati. Ia meletakkan piring berisi nasi goreng, segelas susu, dan sepiring buah-buahan di atas meja.

Aira menelisik pelayan itu dengan tatapan tajam, berharap ia akan membantunya keluar dari sana. Ia melihat ada ketakutan di mata pelayan itu, namun juga ada sedikit rasa iba. Ia yakin, pelayan itu memiliki hati nurani, dan mungkin bersedia membantunya.

"Siapa namamu?" tanya Aira, mencoba untuk memulai percakapan. Namun, pelayan itu hanya diam saja, tidak menjawab pertanyaannya. Ia terus menyiapkan sarapan itu tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.

"Kau sudah lama bekerja di sini?" tanya Aira lagi, mencoba untuk memancing reaksinya. Namun, masih tak ada jawaban. Pelayan itu tetap diam, seolah-olah ia tidak mendengar apa pun.

"Baiklah," ucap Aira, merasa frustrasi. "Aku tahu kau pasti takut dengan majikanmu itu. Tapi aku mohon, bantu aku sekali saja. Aku ingin keluar dari sini. Kau mau apa pun akan ku berikan. Uang sepuluh juta? Tiga puluh? Lima puluh? Atau seratus juta? Akan ku berikan, asal kau bantu aku kabur dari sini. Yah?" mohonnya, suaranya bergetar dan penuh dengan

Aira kehilangan kendali atas dirinya. Emosi yang selama ini ia tahan meledak bagai bom waktu. Ia meraih gelas berisi air putih di atas nakas, lalu dengan sekuat tenaga melemparnya ke arah pintu yang baru saja tertutup. Gelas itu pecah berkeping-keping, meninggalkan noda basah dan serpihan kaca di mana-mana.

"Memangnya siapa dia, hah?! Apa haknya mengurungku di sini seperti binatang?!" teriak Aira, suaranya serak dan bergetar. Air mata mengalir deras membasahi pipinya, bercampur dengan keringat dingin yang membasahi pelipisnya. Ia merasa sesak, seolah ada beban berat yang menindih dadanya.

Namun, teriakan dan amarahnya seolah hanya bergema di dalam ruangan itu, tidak ada yang mendengarnya, tidak ada yang peduli. Pelayan itu tetap diam, tidak menghiraukan amarah Aira. Ia terus melangkah keluar dari kamar, menutup pintu dengan perlahan, lalu menghilang di balik lorong.

Aira semakin meradang melihat sikap acuh tak acuh pelayan itu. Ia merasa diremehkan, diabaikan, dan diperlakukan seperti sampah. Amarahnya semakin membuncah, meluap-luap tak terkendali.

Dengan gerakan kasar, Aira menarik taplak meja yang menutupi meja makan. Tarikannya begitu kuat hingga semua makanan, piring, gelas, dan peralatan makan lainnya berjatuhan ke lantai dengan suara berisik yang memekakkan telinga. Nasi goreng berhamburan, susu tumpah membasahi karpet, dan buah-buahan menggelinding ke segala arah. Pecahan piring dan gelas berserakan di mana-mana, menciptakan pemandangan yang sangat berantakan dan menyedihkan.

Aira tidak peduli dengan kekacauan yang ia ciptakan. Ia terus menangis, menjerit, dan meronta-ronta. Ia merasa hancur, terluka, dan tidak berdaya. Ia merasa seperti terperangkap dalam labirin yang gelap dan menyesatkan, tanpa tahu jalan keluar.

Ia berlutut di lantai, memeluk dirinya sendiri, dan terisak-isak. Air matanya membasahi pakaiannya, tubuhnya gemetar hebat. Ia merasa sendirian, ketakutan, dan putus asa. Ia merindukan keluarganya, merindukan teman-temannya, merindukan kehidupannya yang dulu, sebelum ia bertemu dengan Rayyan dan terjerat dalam jaring-jaring dendamnya.

"Tolong... tolong aku..." lirih Aira di tengah isak tangisnya. Ia berharap ada seseorang yang mendengarnya, seseorang yang peduli padanya, seseorang yang mau membantunya keluar dari neraka ini. Namun, yang ada hanyalah kesunyian yang mencekam dan kegelapan yang pekat.

Bersambung---

1
Annvita
Ala Moh../Doge/
Annvita
komen dong woey.../Whimper/
Annvita
kalian serius diemin aku kayak gini? /Left Bah!/
Annvita
komennya ges... komen/Chuckle/
Annvita
eit eit eit.... komennya jangan lupa ditinggal disini ya .../Hey//Hey/
Annvita
Novel yang buagus banget... hati-hati loh Rayyan dari benci bisa loh jadi cinta UPS....

guys baca juga ini seru buanget loh... apalagi mantan suami Aira, nanti sadar dan ngejer ngejer lagi tu mantan bini... hoho
Annvita
jangan lupa tinggalkan komentar kamu gesss . /Determined//Determined//Determined/
Bé tít
Tertinggal sama ceritanya, cepat update author!
Annvita: jangan lupa komen disetiap bab nya ya.../Smile/
total 1 replies
Amanda
Buat mood pembaca semakin bagus!
Annvita: maacih /Kiss/
total 1 replies
Cleopatra
Seru banget, aku nggak sabar nunggu chapter berikutnya!
Annvita: jangan sampe kelewat ya.../Bye-Bye/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!