Kisah tragis harus dialami oleh wanita bernama Bilqis Adara Alkyara Putri, disaat usianya yang masih berusia 20 tahun ia harus menerima kenyataan pahit, hidupnya hancur akibat ulah kekasih dan Sandra Oktaviani, wanita yang sudah ia anggap sudah seperti saudara kandungnya sendiri.
Mengandung darah daging dari Lelaki bernama Rahendra Wijaya, tapi nasib malang menghampiri wanita itu sadar sang kekasih tak mau mempertanggung jawabkan perbuatannya, dibenci bahkan tak dipedulikan keluarga akhirnya wanita itu memilih pergi meninggalkan kota dimana ia dilahirkan.
Memutuskan menetap dan memulai kehidupan baru di kota ( J ) siapa sangka ia dipertemukan dengan sesosok nenek yang sangat baik sudah menganggapnya seperti cucu kandungnya sendiri.
Tak hanya bertemu nenek, ia juga bertemu Elgar Kenanndra Putra, lelaki menyebalkan yang siapa sangka ia cucu kandung dari nenek tersebut.
Akankah cinta Adara akan berlabuh pada Elgar, ataukah malah bersatu kembali dengan Hendra?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Fatimah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31 [ Akankah Keduanya Mulai Dekat ]
Awan yang mulai gelap telah menunjukkan jika waktu telah menunjukkan pukul 16:00 sore, puas menikmati pemandangan indah ditengah lautan yang megah.
Adara lega ia bisa menghirup udara segar, sesekali memandangi pemandangan lautan yang begitu indah ini.
Sedangkan Elgar dan Hendra yang sedang berbicara sibuk pada urusan pembahasan suatu bisnis yang telah mereka rencanakan.
Jika Hendra dan Elgar masih sibuk, berbeda dengan Sandra tatapan amat tak suka lagi-lagi menyerang pikirannya, tangannya mengepal entah sampai kapan ia akan membiarkan Adara bisa hidup bahagia tanpa perusak seperti dia.
Adara yang masih memandangi lautan secara perlahan siapa duga Sandra menghampirinya, langkahnya yang pelan dan tepat berada dibelakang Adara siapa sangka ia nekat akan mendorong Adara, tapi belum sampai buat jahatnya berhasil terlebih dulu Adara memergoki dari pantulan terpaan sinar matahari, dicengkeram pergelangan tangan Sandra, ekpresi Sandra kini tak bisa terhindarkan lagi.
"Kamu gila? Kamu mencoba ingin mendorongku?"tegas Adara dengan tatapan tajamnya.
"Iya, mungkin tempat ini tempat yang cocok untukmu, pergilah dari dunia ini dan janganlah kembali!"
Mencengkram kedua pundak Adara dan langsung mendorongnya, tubuh Adara yang akhirnya tak ada keseimbangan tubuh itu seketika berbalik terjun kebelakang.
Suara jatuhan terdengar keras membangkitkan langkah Elgar dan Hendra berbalik mengarah ke arah belakang menghampiri Sandra yang telah berpura-pura menangis.
"Adara ...tolong ...."
Langkah Elgar seketika terhenti melihat hanya ada Sandra.
"Apa yang terjadi?!"tanya Elgar dengan tegas.
"Adara terjun kelaut! Kalian harus menolongnya."
Tanpa berfikir Elgar langsung terjun tanpa memikirkan resiko besar yang mungkin saja bisa menimpa dirinya sendiri.
Dara!
Teriak Elgar. Ia kembali menyelam kedalam air mencari sosok gadis yang ia cari, panik Elgar tak kunjung mereda, kekacauan yang terjadi raut wajah Elgar terlihat mencekam dan tak bisa menahan rasa cemasnya, ia pun tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi sehingga ia tidak bisa mengendalikan rasa kekhawatirannya jika sesuatu buruk akan terjadi pada Adara.
"Kita harus pergi!"
"Kamu gila? Mereka masih ditengah lautan?"seru Hendra.
"Aku tidak peduli! Kita harus segera pergi jika tidak mau sesuatu buruk akan terjadi pada kita? Kamu mau?"
Membayar supir dua kali lipat kapal kecil yang ditumpangi mereka perlahan menjauh dari lokasi terjunnya Adara. Elgar tak memikirkan resikonya tak memperdulikan kapal telah menjauh ia fokus mencari dimana keberadaan Adara.
Mencarinya susah payah lirikan Elgar dikejutkan adanya tubuh Adara yang sudah mengapung dari beberapa jarak meter arah belakangnya.
Dara ....
Elgar kini bisa tersenyum dengan sumringah, bergegas berenang kearah sana mendapati seseorang yang mengapung benar-benar Adara.
Wajah pucat yang berselimut pada wajah Adara membuat wajah panik Elgar akan keadaan Adara. Menepuk beberapa kali pipi Adara, tapi tak ada hasil, lagi-lagi tanpa arahan dan perintah, Elgar memegang b1b1r Adara dan sekejap nafas buatan ia kembali ia berikan.
Memberikan dorongan nafas agar air dari dalam tubuh Adara keluar, tapi tindakan itu tak membuahkan hasil.
Lagi-lagi Elgar lakukan berulang kali memberikan nafas buatan itu sadar hanya itu cara yang bisa ia lakukan sadar keduanya berada dalam dinginnya air laut.
Alhamdullilah Tuhan masih menyertai dan melindungi mereka keajaiban datang Adara seketika memuntahkan air dan kesadarannya pun pulih.
"Ka ...mu baik-baik saja?"
Tak percaya Elgar langsung memeluknya dengan erat.
"Perasaan lega apa ini? Kenapa aku dipeluk olehnya hatiku terasa sangat lega tanpa ada beban? Bahkan kita yang berada ditengah-tengah lautan aku tidak merasakan cemas sama sekali?"batin Adara yang heran akan perasannya.
Waktu telah mereka tempuh hampir 30 menit lamanya. Telah berhasil sampai ditepian pulau terpencil ini, keduanya seketika merebahkan diri diatas pasir dengan tubuh basah dan juga tubuh yang sedikit melemah.
"Akhirnya kita selamat,"ucap Adara bersamaan nafasnya yang memburu.
"Tempat ini sepertinya tak asing? Tempat ini sering biasa orang-orang buat uji nyali camping disini dan disini aman karena tidak ada binatang buas, tenanglah,"ucap Adara.
"Bukan itu yang aku takutkan, kita terdampar maksimal harus menahan lapar. Kita hanya bisa menahan sekiranya 3 atau 4 hari sedangkan Minum anggap saja air laut ini persediaan kita, jadi permasalahannya kamu tidak apa-apa menahan lapar sampai sejauh itu? Apalagi dalam keadaan hamil?"ucap Elgar.
"Bisa atau tidak kita harus berusaha, bangkitlah kita cari ranting kayu yang kering, kalau ada kita fokus cari tumbuhan yang sekiranya bisa kita makan untuk pengganjal perut,"timpal Elgar.
"Baiklah."
Berjalan berdua karena tak ingin terpisah sadar posisi mereka sedang dihutan, entah pikiran Elgar ataupun Adara saling berkecamuk memikirkan orang-orang yang katanya sangat mencintainya, tapi ternyata tidak pernah peduli pada keduanya ataupun melakukan pengorbanan.
"Apakah ini arti jika Hendra memang bukanlah Lelaki yang pantas untuk kamu jadikan Ayah untuk anak kamu Adara? Kenapa juga harus Elgar? Lelaki yang kamu kenal tidak memiliki hati! Kenapa malah dia yang memiliki sifat perduli sampai-sampai terjun langsung kelaut hanya untuk menolong mu tanpa memikirkan resiko terbesar jika sesuatu akan terjadi pada nyawanya sendiri?"batin Adara sesekali memperhatikan wajah tampan Elgar, lelaki yang dia anggap lelaki tak punya hati.
"Jangan menatapku seperti itu?"timpal Elgar yang mendapati Adara memandanginya.
"Aku tidak tau dengan cara apa aku bisa berterima kasih, tapi kali ini aku sungguh berterima kasih, pengorbanan kamu menolongku aku sungguh sangat berterima kasih."
"Jangan dipikirkan jika orang lain ada di posisiku mungkin dia akan melakukan hal yang sama, lagian tujuan utama aku melakukannya juga karena Papa! Aku hanya tidak ingin jika kamu sampai kenapa-kenapa nasibku juga yang jadi taruhan! Sudahlah sekarang fokus cari tumbuhan yang bisa kita makan."
"Baiklah."
Menyisir tepi pantai, hutan kecil yang menjadi tempat ia berteduh fokus keduanya mencari sesuatu yang sekiranya bisa mereka gunakan membantu untuk bertahan. Satu kaleng kecil bekas sarden telah mereka temukan, tak berapa lama satu buah korek ikut mereka temukan bertumpukan pada sampah-sampah yang lainnya.
"Alhamdulillah kita menemukan dua barang penting ini, ini bisa kita gunakan untuk merebus, dilihat dari sampah-sampah ini sepertinya tempat ini pernah ada orang yang mendatangi dan mungkin mereka telah camping disini,"ucap Adara.
"Tempat ini memang biasa menjadi tempat camping, kita hanya perlu menahan lapar entah sampai berapa lama bantuan datang,"timpal Elgar lagi.
"Apakah selama ini aku hanya salah mengira jika seseorang disampingku ini memiliki hati yang buruk? Apakah hanya perasaanku saja kali ini dia terlihat berbeda tidak seperti Elgar yang aku kenal?"batin Adara yang terus saja memperhatikan lelaki disampingnya.
BERSAMBUNG.