NovelToon NovelToon
Jika Esok Kita Menikah

Jika Esok Kita Menikah

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / CEO / Crazy Rich/Konglomerat / Diam-Diam Cinta
Popularitas:36.4k
Nilai: 5
Nama Author: dtyas

Pertemuan pertama begitu berkesan, itu yang Mada rasakan saat bertemu Rindu. Gadis galak dan judes, tapi cantik dan menarik hati Mada. Rupanya takdir berpihak pada Mada karena kembali bertemu dengan gadis itu.

Rindu Anjani, berharap sang Ayah datang atau ada pria melamar dan mempersunting dirinya lalu membawa pergi dari situasi yang tidak menyenangkan. Bertemu dengan Mada Bimantara, tidak bisa berharap banyak karena perbedaan status sosial yang begitu kentara.

“Kita ‘tuh kayak langit dan bumi, nggak bisa bersatu. Sebaiknya kamu pergi dan terima kasih atas kebaikanmu,” ujar Rindu sambil terisak.

“Tidak masalah selama langit dan bumi masih di semesta yang sama. Jadi istriku, maukah?” Mada Bimantara

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 31 - Rindu Anjani

Rindu menatap langit-langit kamar, banyak hal memenuhi pikirannya. Kejadian yang belum lama ia alami, keluarganya juga hubungannya dengan Mada. Sungguh masalah yang pelik, ia tidak habis pikir Mada seakan tutup mata dengan kondisinya. Cinta itu buta, Rindu melihatnya sendiri dari diri Mada. Cinta Mada padanya seakan buta. Buta dengan mengabaikan apa yang ada disekitarnya. Hanya berfokus pada Rindu seorang.

Yang lebih mengganggu pikiran Rindu adalah kondisi Sarah. Wanita itu belakangan ini terlihat lebih diam dan murung.

Terdengar ketukan pintu, ia pun beranjak duduk. Siapa pula yang datang. Dengan langkah pelan menghampiri pintu.

“Sayang, keluar dong. Aku kangen nih.” Terdengar suara Mada dari balik pintu meski pelan.

“Bener-bener ini orang. Kalau Om Arya sama tante Sarah tahu, gimana kali.”

Rindu mengabaikan Mada yang kembali mengetuk pintu. Apalagi ini sudah malam, hampir pukul sebelas. Mungkin saja penghuni rumah sudah berada dalam kamar atau mungkin sedang menjemput mimpi mereka. Namun, Rindu menghiraukan perintah Mada.

“Sayang, ayolah. Seharian nggak sama kamu, rasanya ada yang kurang.”

Memilih kembali ke ranjang lalu berbaring dan menarik selimut mengabaikan Mada. Sedangkan di kamar berbeda. Arya yang belum lama tiba, selain ada undangan dari rekan bisnis ia juga menemui Ares tentu saja membicarakan perusahaan.

“Sayang, kalau sudah lelah, istirahatlah,” seru Arya. Padahal sudah mengirim pesan pada istrinya tidak perlu menunggu. Nyatanya wanita itu masih terjaga menunggu kedatangannya.

“Nggak, mana bisa tidur. Cepat mandi, aku tunggu di sini.”

Arya menghela nafasnya. Tadi siang hasil tes DNA sudah keluar dan Arya sempat menemui Doni sebelum pulang ke rumah. Bisa jadi hal itu yang membuat Sarah tidak bisa tidur.

Selesai urusan di toilet dan berganti piyama, Arya membuka tas kerja dan mengeluarkan amplop dengan logo rumah sakit. Menghampiri Sarah yang berada di sofa kamar mereka.

“Ini, bukalah!” Arya menyerahkan amplop itu pada istrinya.

“Mas, kalau benar Rindu putri--”

“Kamu akan benci Rindu?” tanya Arya dan Sarah menjawab dengan gelengan. “Kamu akan pisahkan Mada dan Rindu?” tanya Arya lagi. Sarah kembali menjawab dengan gelengan.

“Berarti tidak ada masalah. Bukalah!”

Sarah akhirnya membuka amplop tersebut dan mengeluarkan lembaran hasil pemeriksaan DNA. Tidak paham lembaran yang didominasi dengan istilah medis, pandangan Sarah langsung tertuju pada bawah tabel. Dalam kolom probability of paternity terisi angka 99,99999999%.

“Mas, ini … Rindu benar putrinya Felix. Astaga, pria itu benar-benar brengs3k. Bisa-bisanya dia ….”

“Ssttt, tidak usah habiskan energimu untuk Felix.”

“Dia sudah punya Amira malah menikah lagi. KAlau lihat usia Rindu berarti dia adiknya Arba. Artinya Felix berulah di kantor setelah menikah lagi dengan istrinya yang sekarang. Ya Tuhan!”

“Bagusnya dulu kamu putus dengan dia lalu ketemu denganku. Bayangkan kalau sampai kalian menikah.”

“Aku juga nggak buta, dari awal Felix memang mencurigakan taunya buaya darat. Apa Felix tahu kalau Rindu adalah putrinya?”

“Entahlah, itu yang harus kita cari tahu. Kalau benar Felix tidak tahu, kewajiban kita menyampaikannya. Aku tidak peduli siapa Ayah Rindu, yang penting saat menikah ada yang menjadi walinya. Dari pada dibawa kabur Mada untuk kawin lari.”

“Ish, sembarangan.”

Arya menarik kertas hasil tes DNA dan menyimpannya di laci nakas.

“Ayo, tidur. Nggak usah mikirin bangs4tnya Felix, nanti kebawa mimpi. Mending kita bikin mimpi sendiri, yuk!”

“Besok, aku mau kunjungi Moza. Kangen anak-anak mereka.”

“Siap nyonya, nanti aku antar.”

***

“Cie, mau kemana nih?” Mada mengejek orang tuanya yang sudah bersiap pergi. “Udah kayak abg aja, weekend begini mau jalan.”

Rindu menyenggol lengan Mada agar berhenti tergelak.

“Rindu kamu di rumah aja ya,” seru Sarah.

“Dih, mana bisa begitu. Aku mau ajak kencan. Iya ‘kan sayang, ayo kita kencan. Masa pasangan lawas boleh, kita yang baru mulai nggak boleh.”

“Pokoknya kalian di rumah aja, kalau mau pergi biar Rindu tetap di rumah. Rindu, jangan mau diajak Mada. Mending ke kamar Gita, dia lagi maraton drakor.”

“Pah, istrimu kenapa sih?” tanya Arya menunjuk Sarah.

“Istriku itu mama kamu,” sahut Arya. “Kita mau ke rumah Dewa, nggak lama kok. Kamu jangan pergi, Papa mau bicarakan sesuatu setelah ini.”

“Rindu, jangan mau diajak pergi oleh mada,” ujar Sarah lagi.

“Iya, tante.”

Bukan tanpa alasan Sarah dan Arya melarang Rindu pergi keluar, sebelum memastikan Felix tau atau tidak mengenai Rindu. Banyak kemungkinan yang mungkin terjadi, belum tentu putra dan putri Felix yang lain akan menerima keberadaan Rindu.

Mada semakin merapatkan duduknya pada Rindu.

“Mas, geser. Nggak enak dilihat bibi.”

“Biarin aja. Aku kangen tahu, semalam aku ke kamar kamu. Dipanggil-panggil nggak keluar juga. Udah tidur ya?”

“Belum sih, tapi aku takut tante Sarah marah. Mas, sumpah ya, aku nggak enak tinggal di sini terus. Bantu bicarakan dengan orang tuamu ya, aku balik ke kosan aja.” Rindu bicara sambil memegang paha Mada dan menggoyangkannya, tidak sadar karena fokus membujuk Mada.

Sedangkan Mada malah fokus menatap tangan Rindu yang terus bergerak.

“Mas, kamu dengar nggak sih?”

“Dengar kok, tapi bisa nggak tangan kamu jangan begini. Bahaya Rin, nyetrum ke seluruh tubuh.”

“Ish.” Rindu malah mencubit pada Mada membuat pria itu mengaduh dan mengusap area yang dicubit.

“Anton kemarin temui pakde kamu,” ujar Mada masih mengusap pahanya.

“Iya kah. Bagaimana kondisi Pakde?”

“Beliau memang kurang sehat, Anton sudah membawakan obat dan makanan yang dia butuhkan. Waktu tahu kalau Anton orang kita, beliau minta maaf juga sempat menangis. Ingin bertemu denganmu, katanya ada hal penting yang ingin disampaikan. Tapi maaf, aku tidak akan izinkan selama masih penyelidikan.”

Rindu mengerti, dia tidak memaksa untuk bertemu pria yang sudah dianggap orang tuanya. Namun, mengingat kejadian lalu rasanya tidak percaya kalau keluarga itu tega akan menjualnya. Pun saat bude Sari bersikap tidak baik, pakde hanya diam tidak pernah membelanya.

“Paling tidak tunggu sampai jadwal sidang keluar,” ujar Mada mengusap punggung Rindu.

“Iya, aku mengerti.”

“Kamu ngerti juga nggak, kalau aku tuh sayang kamu.”

“Ya .. ngerti, lalu aku harus apa?”

“Gimana kalau besok kita nikah, mau ya.”

“Hah!”

***

“Aku nggak mau tahu, mami bujuk papi atau kalian pikirkan gimana caranya aku bisa dengan Mada,” cetus Arba dengan nada tinggi dan emosi.

Amira memijat dahinya. Sikap Arba selalu begitu, memaksakan kehendaknya.

“Nanti mami bicara dengan papi kamu.”

“Papi bilang, Om Arya menolak niat perjodohan Mada dengan aku,” cetus Arba lagi.

“Iya, nanti mami bicarakan dengan papi kamu.”

“Coba mami pikir, aku ini putrinya Felix pemilik Emerald. Bisa-bisanya Mada malah memilih perempuan itu. Dari penampilannya saja dia seperti … orang miskin, Mih. Nggak ada barang branded yang dia pakai. Mana pantas mendampingi Mada.”

“Siapa nama perempuan itu?”

“Rindu, iya Rindu. Rindu Anjani.”

“Rindu Anjani,” gumam Amira seakan tidak asing mendengar nama itu.

1
Nurminah
meta lebih terhormat secara amira menjajakan diri merebut tunangan orang hadeh lebih menjijikkan anak diluar juga hadeh malu dong gih bunuh diri atau sama deh kayak perilaku emaknya modal ngangkang berhubung mada laki-laki terhormat mana mau ama barang gratisan
tiara
sabar Mada waktu masih panjang,
DozkyCrazy
😭😭😭 peluk online buat rindu
Iccha Risa
ada aja cobaanya ya mas Mada
Felycia R. Fernandez
🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Felycia R. Fernandez
mampoooooosss.... 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Dwi ratna
lucu bgd lgi enak² Mlah dganggu ya mada
de2 esih
sabar mang mada karek bae ge halal ges hayang langsung nyosor kawas soang bae lah
Felycia R. Fernandez
ya ampun Mada ...
kamu memank luar biasa 😆
Felycia R. Fernandez
😆😆😆😆😆
hiro_yoshi74
mukurmu harimaumu arba .
hiro_yoshi74
wk wk wk 🤣🤣🤣🤣🤣🤣ini sungkem apa curhat man
de2 esih
hayang di tabok sugan si arba teh,,aduhhh pikasebelen jalma teh
Nurminah
dia anak haram bukan salah dirinya la lho jalang mau naik ke ranjang mada tapi ditolak hadeh
tiara
Mada yang sopan yah
de2 esih
istri lu msh d kurung
hiro_yoshi74
hora sabar no
Felycia R. Fernandez
ya ampun Mada 😆😅😅😅😅
Felycia R. Fernandez
Ares abg nya papa Arya...
Irma Minul
Mada🤣🤣🤣🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!