Asih begitu mencintai Rahmat, sampai sang biduan yang begitu terkenal dengan suara indahnya itu rela menyerahkan mahkotanya kepada pria itu. Sayangnya, di saat ada biduan yang lebih muda dan geolannya lebih aduhay, Rahmat malah berpaling kepada wanita itu.
Saat tahu kalau Asih mengandung pun, Rahmat malah menikahi wanita muda itu. Asih tersingkirkan, wanita itu sampai stres dan kehilangan calon buah hatinya.
"Aku akan membalas perbuatan kamu, Rahmat!"
Bagaimana kehidupan Asih setelah mengambil jalan sesat?
Gas baca, jangan ketinggalan setiap Mak Othor update.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucu@suliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
Mirna begitu ketar-ketir mendengar perdebatan antara pak Lurah dan juga Bu Lurah, tetapi dia bisa bernapas lega ketika mendengar Rahmat yang mencoba untuk mendamaikan kedua mertuanya tersebut.
Namun, dia kembali dibuat tegang karena suaminya tiba-tiba saja menendang meja tempat dia bersembunyi. Mirna lebih tegang lagi ketika Rahmat mengetahui bahwa yang bersembunyi di meja itu adalah dirinya.
"Mirna! Sedang apa kamu di situ, hah?!"
Mirna yang ketakutan hanya diam saja, tubuhnya bergetar hebat. Pikirannya sedang sibuk mencari alasan, alasan yang pasti agar suaminya percaya dengan apa yang nantinya dia jadikan alasan.
"Keluar kamu dari kolong meja itu! Terus jelaskan apa yang kamu lakukan di sini!" teriak Rahmat.
Dengan takut-takut Mirna keluar dari kolong meja itu, dengan tubuh bergetar wanita itu menghampiri suaminya.
"Aku tadi ngumpet." Mirna menunduk tanpa berani bertatap mata dengan suaminya, dia hanya menunduk sambil memilin ujung gaun tidur yang dia pakai.
Mendengar jawaban dari istrinya tentu saja Rahmat menjadi murka, dia jadi berpikir kalau istrinya itu berselingkuh dengan ayahnya dan hampir terpergok oleh ibunya. Makanya Mirna tadi bersembunyi di kolong meja kerja ayahnya itu.
"Ngapain kamu ngumpet? Jelaskan kepadaku, Mirna!"
Rahmat menuntut penjelasan, Mirna yang tidak mau semuanya kacau langsung memberikan alasan yang menurutnya masuk di akal. Alasan seperti yang tadi suaminya bilang.
"Jadi ceritanya itu begini, Sayang. Aku tadi mau ke dapur, terus denger suara aneh dari ruang kerja ayah. Pas aku lihat ternyata ayah lagi nonton video dewa sa, aku mau menegurnya. Tapi bunda kebetulan lewat, jadi ayah meminta aku untuk ngumpet. Takutnya kalau bunda liat aku di sini, kami disangka sedang melakukan hal yang tidak-tidak."
Rahmat menatap tajam ke arah Mirna, wanita itu sampai tidak berani menatap wajah suaminya. Dia takut sekali dengan Rahmat yang saat ini terlihat serius sedang marah kepada dirinya.
"Benar seperti itu atau ini hanya karangan kamu saja?"
"Be---- benar, Sayang. Aku mana mungkin bohong," jawab Mirna.
"Kamu berada di sini bukan karena kamu merupakan selingkuhan ayah?"
"Bu-- bukan, Sayang. Mana berani aku mencari selingkuhan ayah kamu, lagian kamu itu lebih muda. Lebih tampan, lebih gagah. Aku itu cintanya sama kamu, mana mungkin cinta sama ayah kamu yang sudah punya istri dan juga berumur."
Mirna mencoba untuk memeluk Rahmat, dia ingin meyakinkan pria. Namun, Rahmat malah menepis Mirna dengan kasar. Dia bahkan memundurkan langkahnya dan menatap wanita itu dengan tatapan mengintimidasi.
"Dengar, Mirna! Jika benar kamu menjadi selingkuhan ayahku, aku akan langsung menceraikan kamu!"
"Nggak dong, Sayang. Mana ada kaya gitu, aku tuh cintanya cuma sama kamu."
Mirna dengan cepat memeluk Rahmat, pria itu malah menghindari istrinya dan melangkahkan kakinya untuk keluar dari dalam ruang kerja ayahnya tersebut. Rahmat lelah dan ingin beristirahat.
"Sial! Hampir saja ketahuan, lagian kenapa juga sih aku bisa tergoda sama ayah? Ayah sih! Kenapa dia ganteng banget? Kenapa dia itu tubuhnya gaga banget? Duh!" ujar Mirna mengeluh.
Mirna sebenarnya merasa kesal karena tidak mendapatkan kepuasan malam ini, sungguh miliknya terasa begitu gatal ingin digaruk oleh milik pak Lurah.
"Ck! Nggak bisa tidur," ujar Mirna lirih dengan tubuhnya yang sudah terbaring di samping suaminya.
Selamat nampak tidur dengan lelap, sedangkan dirinya sampai hampir pagi masih gelisah. Akhirnya wanita itu menurunkan segitiga pengamannya, dia melebarkan kedua kakinya dan memainkan miliknya dengan jari tangannya sendiri.
"Emph! Ini lumayan," ujar Mirna sambil merem melek keenakan.
Tak lama kemudian dia menatap suaminya yang sedang tertidur dengan begitu pulas, tiba-tiba saja dia merasakan kekesalan yang luar biasa.
"Nggak boleh melakukannya dengan pria lain tapi sendirinya tidak memberikan nafkah batin, liat saja Rahmat. Nanti aku akan mencari waktu agar bisa melakukannya dengan ayah kamu yang sepertinya lebih perkasa dari kamu," ujar Mirna.
niat hati mau menutupi perbuatannya justru dengan kata-katanya malah menunjukkan kalau pak lurah ada sesuatunya dengan Mirna... ini kayak senjata makan tuan... wkwkwkwkwkwk....
jadi bukannya Rahmat percaya, dia malah makin curiga...
banyak-banyakin minum air putih kak...