Namanya Rahayu yasmina tapi dia lebih suka dipanggil Raya. usianya baru 17 tahun. dia gadis yang baik, periang lucu dan imut. matanya bulat hidungnya tak seberapa mancung tapi tidak juga pesek yah lumayan masih bisa dicubit. mimpinya untuk pulang ketanah air akhirnya terwujud setelah menanti kurang lebih selama 5 tahun. dia rindu tanah kelahirannya dan diapun rindu sosok manusia yang selalu membuatnya menangis. dan hari ini dia kembali, dia akan membuat kisah yang sudah terlewatkan selama 5 tahun ini, tentunya bersama orang yang selalu dia rindukan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ana_nanresje, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23_Menyerah Sebelum Berjuang?
Hito melirik kearah luar jendela, melihat air hujan yang masih jatuh dan membasahi bumi. Tak banyak siswa yang fokus pada materi yang sedang guru sampaikan, termasuk Hito yang lebih memilih memperhatikan guyuran hujan melalui kaca jendelanya. Sebentar lagi bel pulang akan berbunyi, Hito tidak sabar menunggu waktu itu tiba.
" Gimana?" Dia menoleh mendapati Rian yang kini tengah menatap kearahnya.
" Gue lagi berusaha," Kedua sudut bibir Rian berkedut, meninju pelan lengan Hito sembari terkekeh pelan " Itu baru temen gue." Hito ikut tersenyum melihat Rian yang antusias memberikan semangat padanya.
" Makasih, Lo udah bikin hati gue yakin dengan keputusan gue."
" Apaan sih lo, udah kaya ke siapa aja. Gue seneng karena lo akhirnya bisa peduli dengan perasaan lo sendiri."
Hito kembali tersenyum. Memang benar, mungkin saat ini dia harus sedikit memperhatikan perasaannya juga. Berdamai. Mungkin kata itu sangat cocok untuk kondisinya saat ini. Karena terlalu dalam menikmati hujan tak sadar para siswa sudah berhamburan. Ciko dan Rian memanggil Hito, membuyarkan lamunan pria itu yang masih betah melamun.
" To, balik nggak lo? Mumpung reda." Ajak Ciko padanya.
" Balik lah. Masa iya gue nginep disini." Hito memasukkan buku bukunya lalu menyematkan tas pada bahunya. Ketiga pria itu berjalan beriringan keluar dari dalam kelas.
" Balik sama Raya lo?" Hito mengangguk lalu merangkul bahu Rian dan Ciko " Udah masuk musim hujan, lo berdua bawa Jas hujan nggak?" Tanya Hito.
" Bawa. Tapi cuma satu." Jawab Rian
" Sama gue juga." Imbuh Ciko menjawab pertanyaan temannya itu.
" Emm nggak ada yang bawa lebih ya? Nanti Raya kehujanan dong? Gue juga cuma bawa satu. Eh nggak usah lah. Gue kan pake jaket." Kata Hito sembari melanjutkan langkah mereka.
" Bukannya waktu pagi lo bareng Raya?"
" Iya. Kan waktu pagi cuma gerimis. Jadi nggak masalah gue pake jaket. Lah sekarangkan cuacanya nggak nentu gue takut ujan makin deras pas di jalan nanti."
" Oh gitu, Yaudah ngedoa aja biar nggak ujan gede." Ujar Ciko. Kedua pria itu mengangguk lalu kembali melanjutkan langkah mereka dimana mereka berjalan menuju pintu gerbang dan pastinya akan melewati kelas Raya.
Saat sudah dekat dengan kelas Raya mereka memelankan langkah mereka. Ciko dan Rian terdiam, melirik Hito yang tengah menatap lurus kedepan lorong. Terasa kosong dan hampa. Seperti siang tanpa matahari seperti saat ini, Semuanya terasa suram dan mendung.
Hito masih melangkahkan kakinya, berjalan sampai dia sampai pada tujuannya " Ndut," Panggilnya. Hito berusaha menarik kedua sudut bibirnya meskipun tepat di depannya ada pria yang sangat dia benci.
Raya yang tengah asik bermain kejar kejaran dengan Dirga menghentikan langah nya, memutar tumitnya menatap pada orang yang baru saja memanggilnya " Ya," Raya membalas senyuman Hito. Dia melangkah lebih dekat padanya membiarkan netra hitamnya melihat dengan jelas pahatan sempurna ciptaan tuhan di hadapannya.
" Mau balik nggak?"
Raya mengangguk " Mau."
" Mau bareng?" Tawar Hito.
" Gue bareng Dirga. Lo duluan aja."
" Emm. Yaudah gue duluan Ya." Raya kembali mengangguk bibirnya tersenyum tipis mengukir bulan sabit disana. Setelah obrolannya selesai Raya kembali memutar tumitnya menarik tangan Dirga untuk bermain air hujan. Gita pun ikut andil, gadis tomboy itu ikut bermain bersama mereka, saling kejar dan tertawa bersama.
Hito masih terdiam menyaksikan tontonan yang terasa menyakitkan untuknya " To?" Rian terlihat kecewa, terlihat jelas dari sorot matanya " Mau lo apa sih To? Kenapa huh, kenapa Lo biarin dia pergi?"
" Yan, Raya bahagia sama dia, lo liat sendiri bukan? Dan ini memang sudah keputusan gue sejak awal." Hito membalas tatapan Rian yang berdiri tepat disamping kanannya " Gue bakal ikhlasin Raya meskipun itu sama dia."
" Nggak!" Seru Ciko dan Rian bersamaan.
" Lo nggak boleh biarin Raya deket sama dia To," Ucap Ciko mengingatkan.
"To, please. Bukan lo aja yang terluka tapi Raya juga. Lo mau liat dia terluka huh? Cuma Lo yang bisa bikin dia bahagia."
" Bahagia apa?" Nada suaranya berubah menjadi lebih dingin " lo buta? Jangan mancing mancing emosi gue. Lo liat sendiri bukan, kalo Pria itu bisa bikin Raya tersenyum bahkan tertawa lepas seperti tadi."
" Nggak To." Rian mengelengkan kepala " Sampai kapan Lo harus seperti ini, sampai kapan huh? Lo juga berhak bahagia, lo berhak mendapatkan cinta dari Raya"
" Tapi Raya nggak cinta sama gue." Tegas Hito semakin dingin " Jadi cukup. Lo nggak usah ikut campur kisah asmaranya lagi. Mau sama pria itu ataupun yang lainnya gue nggak peduli, tugas gue cuma satu yaitu menemukan pria yang tepat untuk dia."
" Sampai kapan kami harus ngomong ini sama lo To, sampai kapan? Pria yang lo maksud itu Lo sendiri Hito." Tunjuk Ciko padanya " Pria itu Lo. Cuma Lo yang Raya butuhin bukan pria itu."
" Gue sedang berusaha mengikhlasan Raya buat pria itu. Lo berdua jangan ngeracunin otak gue lagi."
" Pengecut!" Langkah Hito terhenti saat Rian meneriakinya " Lo itu munafik. Munafik!"
Bugghhh
Satu pukulan melayang pada rahang kokoh Rian. Pria itu tersungkur oleng karena Pukulan Hito yang secara tiba tiba. Rian terkekeh lalu tertawa sumbang sesaat sebelum dia kembali berdiri dibantu oleh Ciko " Lo nggak tau apa yang gue rasain lo nggak tau Yan, Gue ngelakuin ini demi kebaikan dia juga."
" TAPI BUKAN GINI CARANYA ." Balas Rian berteriak.
" Terus Gue harus apa huh? Gue jahatin dia, marahin dia dan mengabaikan kehadiran dia karena gue nggak mau dia bergantung sama gue, gue nggak mau itu terjadi."
" kenapa? Kenapa lo nggak mau Raya bergantung sama lo? To, Raya itu nggak butuh orang lain, dia itu cuma butuh Lo!"
" Bener To, Lo jangan ngorbanin perasaan lo lagi. Sudah cukup. Ini saatnya lo mengambil hak Lo."
" Raya itu bukan hak gue," Ucap Hito " Dia bukan milik gue, Jadi gue mohon sama lo berdua tolong bantu gue, gue butuh pertolongan kalian juga. Tolong biarkan gue berdamai dengan kenyataan ini. Sekeras apapun gue pisahin mereka kalau tuhan ingin mereka bersatu gue bisa apa? Seperti halnya lo berdua yang ingin gue bersatu sama Raya, kalau tuhan menolaknya lo berdua bisa apa?"
" Bukan tuhan yang menolaknya. Tapi lo sendiri yang menolaknya." Serga Rian cepat.
Hito terkekeh menggusar wajahnya sesaat lalu merubah ekspresinya menjadi sendu " Gue? Lo bener gue yang menolaknya karena tuhan tau Ada pria lain yang lebih pantas untuk Raya." Setelah mengatakan itu Hito berlalu meninggalkan Ciko dan Rian yang dibuat pusing dengan pola pikir temannya itu. Ck. Mengorbankan perasaannya dengan Alibi ada pria lain yang mampu membahagiakan Raya? Lalu bagaimana dengan dirinya sendiri? Apa dia tidak berhak bahagia?