API ASMARA OM EZAN

"Kamu serius nggak apa-apa Git, itu Alex....

"Sudahlah, jangan di bahas Yu..!"

Ayu pin langsung diam tidak berani lagi bicara.

Kedua sahabat itu berjalan menyusuri koridor kampus yang saat itu terlihat ramai.

Drrrt drrrt drrrt

Ponsel Gita berdering membuat Gita berhenti sejenak. Dia merogoh sakunya dan mengernyitkan dahinya saat nomer asing tercantum di ponselnya.

"Hallo, Assalamualaikum..!"

"Wa_ Wa'alaikum salam, maaf non Gita..saya pak Mursin supir kantor tuan Ezan, ingin menjemput non Gita, apa non Gita sudah selesai kuliahnya?"

"Iya pak, saya sebentar lagi keluar. Bapak dimana?"

"Ah.. saya ada di depan kampus non.."

"Baiklah pak, saya jalan keluar."

Setelah selesai mengatakan itu, Gita mematikan panggilan telpon itu.

"Siapa?"

"Supir jemputan."

"Kayaknya kamu sekarang diantar jemput supir, seberapa kaya sih teman om kamu itu?"

Gita menaikkan kedua bahunya merasa tidak tahu seberapa kayanya suaminya itu.

"Aku nggak tahu dan itu pun tidak penting bukan?"

"Non Gita, saya Mursin...apa non mau pulang sekarang?'

Seorang pria paruh baya datang dan mengenalkan diri pada Gita sebagai supir yang menjemput dirinya.

"Iya pak, saya mau langsung pulang. Yu, aku duluan yaa...bye .!!"

"Bye... hati-hati!!" dengan sedikit berteriak, Ayu meminta Gita untuk hati-hati.

Gita hanya mengacungkan jempol nya saja sebelum dia masuk ke dalam mobil mewah yang menjemputnya.

Mobil yang menjemput Gita pun bergerak meninggalkan area kampus. Saat Ayu akan melangkah tiba-tiba suara seseorang menghentikan langkahnya.

"Ayu tunggu!!' Ayu menoleh ke arah dimana Alex berjalan menghampiri dirinya. Tak jauh dari Alex, dia belakang terlihat Meta berjalan santai di belakangnya.

Ayu sebenarnya sudah hilang respect dengan Alex karena kejadian beberapa waktu lalu. Tapi, dia harus bersikap biasa saja.

"Kenapa Lex?"

"Itu Gita di jemput siapa? Nggak biasa-biasa nya di jemput pake mobil mewah gitu?'

"Owhh...itu orang suruhan om nya, kebetulan supir teman omnya yang jemput, kenapa? Kamu sebagai yang katanya pacarnya kok sekarang jarang banget antar jemput dia bahkan makan di kantin pun jarang. Kalian nggak ada masalah kan?'

"Ohh...nggak ada, aku cuma lagi sibuk saja. Kita sama-sama sibuk bukan?" dengan sikap gugup Alex membuat Ayu tersenyum miring. Mungkin jika tadi dia dan Gita tidak menemukan kejadian di toilet itu, kemungkinan Ayu akan percaya dengan perkataan Alex tapi, nyatanya semua yang di katakan Alex itu bohong.

"Ya sudah ya, aku pergi dulu...bye..!!' Ayu buru-buru ingin pulang karena dia berlama-lama dengan Alex pun rasanya begitu muak dengan perangai laki-laki itu.

...****************...

"Kenapa kita kesini pak?'

Gita mengernyitkan dahinya saat melihat dirinya diantar ke sebuah restoran di salah satu kawasan.

"Ini perintah tuan muda non.., silahkan turun, tuna muda sudah menunggu non Gita di dalam."

Hahh...

Gita membuang nafas kasarnya mendengar penuturan Mursin. Akhirnya dia pun keluar dari mobil dan melangkah menuju pintu restauran.

"Selamat siang kak, apa sudah reservasi?'

"Ah iya, table atas nama tuan Ezan?"

"Owhh..tuan Ezan, silahkan ikut saya.." seorang pelayan membimbing Gita untuk kesebuah ruangan VIP yang di pesan oleh Ezan.

Ceklek..

"Silahkan nona..

" Terimakasih.." Gita pun masuk ke dalam ruangan itu. terlihat Ezan yang duduk dengan santai dan matanya yang fokus dengan tab di tangannya.

"Om..

Ezan menoleh ke arah Gita dan mengulurkan tangannya. Gita mengernyitkan dahinya tapi tetap Gita menyambut tangan itu dan menciumnya dengan takzim.

"Pilihlah, makanan apa yang ingin kamu makan".

"Aku nggak lapar.." jawaban Gita membuat Ezan mengisyaratkan untuk seorang pelayan yang sedari tadi menunggu orderan untuk keluar dari ruangan itu.

Ezan menghela nafas panjang dan meletakkan tab nya di atas meja. Lalu dia beranjak dari tempat duduknya dan beralih duduk di samping Gita.

Gita yang melihat Ezan pindah di sampingnya memutar bola matanya dengan jengah. Ezan meraih tangan Gita dan hal itu membuat gadis itu terkejut. "Om....

"Maaf...!" Ezan memotong ucapan Gita dan kata yang terucap dari bibir adalah kata maaf.

Dua pasang mata mereka saling menatap. Ezan menatap Gita dengan begitu dalam. Sedangkan Gita menatap Ezan dengan tatapan yang penuh kebingungan.

"Maaf, untuk?"

"Untuk tadi pagi. Aku sudah marah-marah nggak jelas sama kamu. Maaf..aku bukan bermaksud untuk bersikap seperti itu.Aku...

"Apa sebegitu pentingnya dan sebegitu mendalamnya kenangan tentang dasi itu?"

Pertanyaan Gita sontak membuat ekspresi wajah Ezan berubah.Hal itu bisa terlihat oleh Gita begitu jelas.

"Tidak perlu di jelaskan kalau memang om tidak ingin menjelaskan. Seberapa berharganya dasi itu, setidaknya om jangan pernah bersikap seperti itu sama orang yang tidak tahu sama sekali tentang masalalu om. Aku juga nggak ingin tahu dengan masalalu om jika bukan om sendiri yang cerita."

Ezan benar-benar di buat merasa salah dengan apa yang terjadi tadi pagi. Apalagi dengan sikap Gita yang enggan mendengar penjelasan darinya.

"Kamu yakin, kamu nggak mau tahu tentang dasi itu?"

Gita hanya menaikkan kedua bahunya merasa enggan membahasnya. "Aku rasa tidak penting."

Hahh...

Ezan menarik nafas panjang dan kemudian tanpa sadar membelai rambut panjang Gita.

"O_om..kenapa..

"Sebenarnya apa arti pernikahan ini bagi kamu Ta?'

Deg ..

Gita terdiam. Dia merasa bingung harus menjawab seperti apa. Cinta? Mungkin tidak ada. Gita menggelengkan kepalanya membuat Ezan mendesah pelan.

"Kamu masih berhubungan dengan pacar kamu itu, hemm?"

"Om, aku...

"Gita, kita sudah punya kesempatan untuk panggilan kan, kenapa...

"Iya, iya mas...maaf. Aku memang masih berstatus pacaran dengan Alex. Tapi, aku berencana untuk memutuskan dia besok."

"Kerena?"

"Aku sudah memiliki bukti soal perselingkuhan nya dengan orang yang berani menjebakku malam itu. Bahkan akhirnya aku menikah dengan mas.."

Ezan menelan silvanya mendengar ucapan Gita. Dia bahkan menjadi korban sahabatnya sendiri untuk menikah dengan keponakan nya.

"Aku akan mendukung mu, hal itu memang harus kamu lakukan." suara yang begitu sexy terdengar di samping telinga Gita hal itu membuat jantung Gita berdetak kencang.

Walaupun memang mereka sering berdekatan, entah mengapa tiba-tiba Gita merasa aura yang keluar kali ini begitu berbeda.

Cup..

Gita melebarkan matanya menatap ke arah Ezan yang tiba-tiba mengecup pipi Gita dan hal itu membuat Gita terkejut.

"Om kenapa harus dici....hpppttthhh

Ezan yang sudah lama menahan benteng pertahanan nya, merasa saat ini sudah tidak bisa lagi di tahan. Dia bukan hanya mengecup pipi dan bibir Gita tapi dia melum*t habis bibir Gita yang terasa begitu manis bagi Ezan. Rasanya Ezan enggan untuk melepas tautan bibir itu dan rasanya dia tak rela mengakhiri semuanya.

To be continued