NovelToon NovelToon
Gadis Sultan & Cowok Pas-pasan

Gadis Sultan & Cowok Pas-pasan

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: @Asila27

Di dunia yang penuh gemerlap kemewahan, Nayla Azzahra, pewaris tunggal keluarga konglomerat, selalu hidup dalam limpahan harta. Apa pun yang ia inginkan bisa didapat hanya dengan satu panggilan. Namun, di balik segala kemudahan itu, Nayla merasa terkurung dalam ekspektasi dan aturan keluarganya.

Di sisi lain, Ardian Pratama hanyalah pemuda biasa yang hidup pas-pasan. Ia bekerja keras siang dan malam untuk membiayai kuliah dan hidupnya sendiri. Baginya, cinta hanyalah dongeng yang tidak bisa dibeli dengan uang.

Takdir mempertemukan mereka dalam situasi tak terduga, sebuah insiden konyol yang berujung pada hubungan yang tak pernah mereka bayangkan. Nayla yang terbiasa dengan kemewahan merasa tertarik pada kehidupan sederhana Ardian. Sementara Ardian, yang selalu skeptis terhadap orang kaya, mulai menyadari bahwa Nayla berbeda dari gadis manja lainnya.

dan pada akhirnya mereka saling jatuh cinta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon @Asila27, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

perseteruan Ardi dan papa nya nayla

Setelah Ardi membalas chat Nayla, ia langsung tidur kembali.

Keesokan paginya, tepat pukul 9, Ardi telah tiba di rumah Nayla.

Melihat rumah Nayla untuk pertama kalinya, Ardi dibuat takjub oleh kemegahannya. Sambil menunggu pintu dibuka, ia tak lupa memandangi sekeliling rumah. Namun, karena terlalu asyik mengamati rumah itu, Ardi tidak menyadari bahwa pintu sudah terbuka.

“Mas Ar,” panggil seseorang dari balik pintu.

Ardi yang merasa namanya dipanggil langsung menoleh. Setelah melihat siapa yang memanggilnya, ia berkata, “Eh, Mbak Nayla. Maaf, Mbak, saya mengganggu.”

“Gak apa-apa kok, Mas. Lagian kita sudah buat janji semalam, jadi gak mengganggu. Ya sudah, silakan masuk, Mas! Papa sudah menunggu di dalam,” kata Nayla sambil mempersilakan Ardi masuk.

“Iya, Mbak,” ucap Ardi, lalu mengikuti Nayla ke dalam rumah.

Begitu masuk ke dalam, Ardi kembali terkesima dengan penataan rumah yang begitu megah.

Sementara itu, di lantai atas, Andi—ayah Nayla—sudah memperhatikan Ardi sejak tadi. Matanya penuh kecurigaan saat melihat Ardi yang celingukan, padahal sebenarnya Ardi hanya takjub dengan rumahnya.

Di lantai bawah, Nayla berkata kepada Ardi, “Mari, Mas, saya antar ke tempat kerja Papa.”

“Iya, Mbak, silakan duluan,” ucap Ardi sopan.

Setelah menaiki tangga menuju lantai tiga, mereka akhirnya sampai di ruangan kerja Andi.

Nayla mengetuk pintu. “Pa? Mas Ardi sudah sampai,” ucapnya dari balik pintu.

Dari dalam, terdengar suara Andi. “Iya, suruh masuk saja, Ay. Pintu gak dikunci.”

Setelah masuk ke dalam ruangan, Nayla langsung memperkenalkan Ardi. “Kenalin, Pa, ini Ardi.”

Ardi segera mengulurkan tangannya. “Pak, saya Ardi.”

Andi hanya berdehem tanpa membalas uluran tangan itu. “Hemm.”

Melihat hal itu, Nayla buru-buru menjelaskan, “Oh iya, Mas Ar, ini Papa saya, Andi Kurniawan.”

“Oh iya, Mbak,” sahut Ardi.

Tak lama kemudian, Andi menoleh ke Nayla. “Ay, kamu keluar dulu. Papa mau bicara sama Ardi.”

Nayla menurut dan melangkah menuju pintu. Sebelum menutupnya, ia bertanya kepada Ardi, “Mas Ar, mau minum apa? Nanti biar saya suruh Bik Sumi antar.”

Ardi menolak dengan sopan. “Gak usah repot-repot, Mbak.”

“Gak repot kok, Mas. Jadi, mau minum apa?”

“Apa saja deh, Mbak.”

“Ya sudah, kalau begitu saya suruh Bik Sumi buatkan minuman dulu.”

Setelah Nayla keluar, Andi menatap Ardi tajam.

“Kamu!” ucapnya.

“Iya, Pak, saya,” sahut Ardi.

“Nama panggilanmu apa?” tanya Andi.

“Biasanya teman-teman memanggil saya Ar, Pak.”

“Oh iya, Ar. Apa kamu sudah mengambil keputusan tentang tawaran putri saya?”

“Sudah, Pak. Dan saya memutuskan untuk menjadi supir Mbak Nayla.”

“Hemm... Kenapa kamu menolak tawaran kerja di kantor?” tanya Andi curiga.

Ardi menjawab dengan jujur, “Bukan saya menolak, Pak. Saya hanya merasa belum pantas dan takut mengecewakan Mbak Nayla kalau saya tidak bisa mengerjakan pekerjaan dengan baik.”

“Alasan yang mengesankan,” sahut Andi sinis. “Lalu, kenapa kamu menerima pekerjaan sebagai supir anak saya?”

“Karena saya merasa pekerjaan ini lebih cocok untuk saya, Pak. Apalagi saya belum lulus kuliah, dan dengan pekerjaan ini, pikiran saya tidak terlalu terganggu oleh hal lain.”

“Tapi saya rasa bukan itu alasanmu,” kata Andi semakin curiga.

“Maksud Bapak bagaimana?” tanya Ardi bingung.

Andi menatapnya tajam. “Saya ingin kamu bukan hanya sebagai supir, tapi juga melindungi anak saya. Saya melihat gelagat mantan pacarnya tidak baik.”

“Saya siap, Pak,” jawab Ardi mantap.

“Dan satu lagi,” lanjut Andi. “Saya ingin menanyakan sesuatu di luar pekerjaan.”

“Iya, Pak, silakan.”

“Oke, saya langsung ke poinnya. Kamu ada maksud apa mendekati anak saya?”

Ardi tersentak. “Maksud Bapak apa?” tanyanya berani.

“Maksud saya, kenapa kamu mendekati Nayla?”

Andi melanjutkan, “Dari cerita Nayla, kalian pertama kali bertemu dengan cara bertabrakan, bahkan sampai cekcok. Lalu tiba-tiba kamu muncul saat Nayla bermasalah dengan mantannya, menjadi pahlawan kesiangan. Dan akhirnya kamu dipecat. Apa ini memang rencanamu dari awal? Membuat Nayla merasa bersalah dan berhutang budi, lalu memanfaatkan situasi ini?”

Ardi tersinggung dan membalas dengan nada tegas, “Pak, jika itu yang Bapak maksud, saya tidak punya niat sedikit pun untuk merencanakan sesuatu terhadap putri Bapak. Kalau bukan karena ketulusan Mbak Nayla, saya pun tidak akan datang ke sini, apalagi menerima pekerjaan ini.”

Andi masih belum percaya. “Jangan coba-coba membodohi saya. Mungkin kamu bisa mengelabuhi anak saya, tapi saya tidak akan tertipu. Bahkan sejak kamu masuk ke rumah ini, saya sudah curiga.”

Ardi semakin emosi. “Pak Andi Kurniawan yang terhormat, saya memang orang miskin, tapi saya tidak serendah itu. Saya tidak punya niat memanfaatkan anak Bapak!”

Andi pun naik pitam. “Kamu berani merendahkan saya, anak muda?”

Di tengah ketegangan itu, tiba-tiba pintu terbuka. Nayla masuk sambil membawa cappuccino untuk Ardi.

“Ada apa, Pa? Aku dengar suara Papa seperti marah-marah,” tanya Nayla.

Pak Andi segera menenangkan diri. “Gak ada apa-apa, Ay. Papa cuma bahas kontrak kerja Ardi.”

Nayla curiga. Ia pun bertanya kepada Ardi, “Apa benar begitu, Mas?”

Tak ingin Nayla curiga terhadap ayahnya, Ardi akhirnya berbohong. “Iya, Mbak, benar.”

Nayla mengangguk, lalu menyerahkan minuman. “Oh iya, Mas Ar, ini minumannya.”

“Oh iya, Mbak, terima kasih.”

Andi menyela, “Ay, kenapa bukan Bik Sumi yang antar?”

Nayla menjawab, “Ada, Pa. Tapi aku minta biar aku saja yang bawa.”

“Oh iya, Pa. Ngomong-ngomong, apa Papa sudah selesai membahas kontraknya?”

“Belum, Ay. Papa baru jelasin isi kontraknya. Dia juga belum baca,” ucap pak Andi berbohong.

Kemudian, Andi berkata, “Ya sudah, Papa ke bawah dulu. Urusan kontrak, kamu urus dengan dia.”

“Baik, Pa,” sahut Nayla.

Setelah pak Andi pergi, kini hanya tinggal Nayla dan Ardi di ruangan itu.

1
Nyoman Nuarta
....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!