Mempunyai paras cantik dambaan semua wanita tak membuat kisah percintaan Rania mulus.
Rania mendapati sebuah penghianatan besar dalam hidupnya, yang dilakukan oleh calon suaminya sendiri.
Terlebih lagi Rania juga harus menerima kenyataan jika dirinya disebut - sebut sebagai perawan tua oleh sebagian masyarakat yang masih mempercayai mitos.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kiyarakey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menyatakan Cinta
Rania dan Kevin pun baru sampai di kampung jam setengah 8 malam, Rania sangat khawatir jika bapak dan ibunya akan marah karena ia pergi terlalu lama.
" mas Kevin langsung pulang saja ya,,, ini sudah terlalu malam,,," ucap Rania mengusir Kevin dengan halus.
"Padahal aku ingin memberikan ini sendiri pada bapakmu,,," ucap Kevin sambil menggangkat kotak martabak telur spesial itu.
"aku saja yang kasih, aku pasti bilang kalau ini dari Mas Kevin,,, sekarang Mas Kevin pulang,,," ucap Rania.
"aku pulang ya,,, jangan kangen,,,, " ucap Kevin.
"apaan sih Mas Kevin"
Perlahan motor Kevin pun meninggalkan Rania yang masih berdiri di bawah lampu penerangan jalan di depan rumahnya.
"ehh,,, mbak Rania,,, baru pulang main ya,,,," ucap Bu Sumi dari balik tanaman semak pagar pembatas antar pekarangan itu.
"astaganaga Bu Sumi aku kaget,,,," ucap Rania setengah berteriak.
"Mbak Rania ini lho, kayak lihat setan aja teriaknya,,,"
"abisnya,, Bu Sumi ngantetin aku aja,,," gerutu Rania.
"mbak Rania itu lho, di deketin sama Mas Irwan yang anak tuan tanah kok malah milih yang sopir,,, mbak Rania itu harus pilih yang masa depannya bagus bukan hanya wajahnya saja yang di lihat"
"kalau Bu Sumi mau boleh lho si Dian di jodohin saja sama Mas Irwan diakan akan tuan tanah,,, lagi pula tahun ini Dian juga lulus SMA kan bu,,," ucap Rania yang membuat Bu Sumi bungkam.
"udah ah,,, Mbak Rania kalau di bilangin orang tua suka ngelawan pantas saja jadi perawan tua" ucap Bu Sumi yang berjalan menjauhi Rania, si biang gosip itu pasti akan mencari berita bagaimana pun caranya.
"ngak papa Bu Sumi dari pada laku terpaksa karena udah di cicil" ucap Rania yang menyindir adik ke dua Bu Sumi yang hamil duluan.
Rania pun perlahan memasuki rumahnya yang masih nampak terang itu, dan Rania pun mengucapkan salam yang di balas oleh semua orang yang ada di rumah itu.
"kok malam sekali nduk pulangnya???" tanya Pak Usman.
"iya pak,,, maaf lain kali tidak aku ulangi,,,"
"memangnya tadi kemana saja??" tanya Bu Ningrum.
"cuma makan sambil jalan - jalan di mall aja bu,,,"
"kamu sampai di kota nduk???"
"iya bu,,, ini tadi di beliin ini sama Mas Kevin, katanya buat bapak,,," ucap Rania yang dengan menaruh dua box martabak yang telah di beli Kevin.
"Rudi,,,Linda,,, sini ayo makan martabak,,," teriak Rania dari ruang tamu.
"wah enak tu,,, biasanya Mbak Rania traktir kita kalau gajian, ini belum waktunya gajian lho,,, ini kok martabaknya enak banget beda dari biasa kita beli" ucap Rudi sambil mengigit satu iris martabak tebal itu.
"itu yang belikan Mas Kevin Rud,,," ucap Rania.
Linda pun melihat merk di kotak pembungkus martabak itu.
"ini kan martabak sultan mbak,,,"ucap Linda sambil menunjukkan pembungkus itu.
"ini satunya bisa 200an ribu buk, mahal sekali, pantesan kalau rasanya enak" imbuh Linda.
"walah,,, Kevin ki lho kok beli makanan yang mahal - mahal" ucap Bu Ningrum sambil menikmati makanan mahal itu.
"tapi enak kan bu,,," ucap Pak Usman.
Mereka pun menyantap makanan mahal itu tanpa banyak bicara, hanya saja dalam hati Rania menemui beberapa kejanggalan.
Kevin yang hanya seorang sopir mampu mengeluarkan uang jutaan dalam satu hari.
"memang berapa gaji sopir???" pertanyaan yang terus tergiang di pikiran Rania.
Apa jangan - jangan dia korupsi uang bensin dari majikannya,,,
Rania pun menggeleng - gelengkan kepalanya menyadari pikirannya yang kemana - mana.
"Mbak Rania kenapa???" tanya Linda.
"engak,,, engak kenapa - kenapa Lin,,," balas Rania.
Rania pun pamit untuk beristirahat dan membersihkan dirinya yang terasa lengket usai berpergian seharian.
Meski udara pegunungan cukup dingin namun Rania tak ragu untuk mengguyur tubuhnya dengan air dingin dari dalam kamar mandinya.
Rania pun duduk di kursi meja riasnya untuk melakukan perawatan rutin kulit wajahnya.
Mulai membersihkan, memakai toner, dan juga memakai serum serta krim malam.
Meski Rania tinggal di desa namun dia tetap melakukan perawatan untuk kulit wajahnya, meski hanya dengan produk - produk yang murah.
Wajahnya berbinar kala mengingat percakapannya tadi bersama Kevin saat mereka memakan es krim di mall.
"Ran,,, es krimmu berantakan,,," ucap Kevin sambil menyeka lelehan es krim di sudut bibir Rania.
"maaf,,," imbuhnya.
"makasih mas,,, harusnya tidak usah repot- repot aku bisa membersihkannya sendiri" ucap Rania yang tak mampu menahan rasa groginya, hingga dia terus saja menundukkan wajahnya.
"wajahmu merah kayak tomat Ran,,," celetuk Kevin.
"kamu cantik, kalau lagi malu - malu gitu" imbuhnya lagi.
"sudah mas stop,,,, aku malu tahu,,,"
"Ran,,, hello,,,," ucap Kevin meraih dagu Rania yang terus menunduk.
"sini deh,,, lihat aku,,, beneran kamu cantik, jangan suka minder gitu,,,,"
"gombal" ucap Rania sambil menepis tangan Kevin dari dagunya.
"aku serius sama kamu Ran,,, aku tidak main - main,,,"
"aku mencintaimu,,, apa kamu mau jadi pacar aku??" tanya Kevin yang membuat Rania gugup sekaligus kaget dengan ucapan Kevin.
"Mas Kevin tidak usah bercanda,,," tepis Rania.
"aku serius aku suka sama kamu,,, "
"Mas Kevin aku sudah tua,, aku tidak akan cari pacar lagi, jika kamu berniat serius maka mintalah aku dari orang tuaku,,,"
"oke,,, aku akan meminta itu dari kedua orang tuamu,,,," ucap Kevin dengan meyakinkan. Padahal dia sendiri belum tahu apakah Omanya akan menyetujuinya atau tidak.
"berarti kita resmi jadian ya,,," ucap Kevin dengan senyum mengambang, yang di balas dengan anggukan kepala Rania.