NovelToon NovelToon
Sepupuku, Canduku

Sepupuku, Canduku

Status: sedang berlangsung
Genre:Dosen / Cinta Terlarang / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Trauma masa lalu
Popularitas:997.9k
Nilai: 4.9
Nama Author: alfajry

Gagal menikah karena calon suaminya selingkuh dengan sesama jenis, ternyata membuat Bulan tidak lagi menyukai laki-laki bertubuh atletis seperti yang telah menjadi kesukaannya. Dia bahkan menganggap laki-laki bertubuh kekar semua sama seperti Andra, mantan tunangannya.

Lalu ia dikirim ke rumah kakak dari sang ibu, dan bertemu dengan Samudra Biru, sepupu yang sama sekali tak dilirik Bulan karena traumanya terhadap laki-laki. Berbeda dengan Samudra Biru yang ternyata juga dosen Bulan di kampus, Biru menyukai Bulan dengan segala keanehannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alfajry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bisikan Biru

Setelah pulang kuliah, Bulan berjalan kaki menuju salah satu toko servis ponsel yang berada tak jauh dari kampus. Tadi sebenarnya, Patriot ingin menemaninya. Namun gadis itu menolak lantaran sekalian ingin jalan-jalan sendiri.

Klakson terdengar nyaring, Bulan menoleh dan mendapati mobil Biru berhenti tepat di sebelahnya. Kaca mobilnya terbuka dan menitahkan gadis itu untuk masuk.

"Mau kemana kamu? Saya kan, udah bilang. Tunggu di depan Fakultas, nanti saya jemput." Ucap Biru saat Bulan sudah memasang seatbelt.

"Saya ga mau kalau ada yang liat saya naik mobil kakak. Kakak mau kita dijadikan bahan gosip?"

"Kan, kamu tinggal bilang kalau kita sepupu."

Mata yang semula melebar itu mendadak ciut. Bibirnya merapat dan Bulan pura-pura menggaruk belakang leher dan memutakan kepala ke arah luar jendela.

Iya juga, ya. Mendadak rasa malu menguasai dirinya. Terlalu kepedean. Bulan sampai lupa kalau mereka sepupuan lantaran sikap Biru padanya tidak terlihat sedang menjalin persaudaraan. Lebih tepatnya menjalin cinta.

Biru menahan senyum. Apalagi melihat sikap Bulan yang selalu mengalihkan wajah ke jendela jika gadis itu merasa malu padanya.

"Oh, ya. Aku ada sesuatu buat kamu." Biru mengambil sebuah kotak di kursi belakang, lalu menyerahkannya pada Bulan.

Gadis itu membelalak. "Hp?"

"Katanya hp kamu rusak, kan? Jadi saya belikan aja yang baru."

"Cuma rusak dikit, kak. Kayaknya bisa diperbaiki, kok." Tolak gadis itu secara halus.

"Saya pengennya beliin kamu. Habisnya kalau saya kasih uang, kamu pasti nolak." Biru membantu Bulan membukakan kotak ponsel keluaran terbaru. "Sini, sim kamu."

Gadis itu memberikannya dengan lamban, lalu Biru segera masukkan nomor Bulan ke ponsel itu.

"Sudah, ya. Saya pusing kalau nomor kamu ga aktif."

"Ta-tapi ini..."

"Ngga gratis." Tegas Biru. "Jelas saya mau kamu bayar. Tapi bukan dengan uang."

'Bukan uang? Jadi apa? Jangan-jangan....' Bulan menelan ludah.

"Masakin saya makanan. Gimana?"

"Itu aja?" Tanya Bulan tak percaya. Pasalnya ini ponsel harganya belasan juta. Kok cuma masakin makanan.

"Memangnya kamu mau saya suruh apa?"

Bulan menelan ludah, memaki diri. Bisa-bisanya dia berpikir soal itu. Padahal jelas Biru bukan orang seperti itu, walau memang agak mesum.

"Tapi, kak.."

"Ngga ada tapi-tapian. Itu sudah saya kasih bonus di galeri. Cek aja."

Bulan bingung bonus apa maksudnya, sampai ia mengecek galeri dan mendapati banyak foto Biru disana. Mulai dari foto aneh, cringe, sampai foto-foto kerennya.

Bulan menahan senyum. Apalagi ada foto Biru yang bertelanjang dada begitu. Membuat imajinasi Bulan melalang buana.

"Di rumah aja mandanginnya. Sekarang kita makan siang dulu, gimana."

"Apaan, sih." Bulan langsung memadamkan ponsel saat tak sadar dia terlalu lama menatap foto-foto Biru.

Sementara Biru hanya tertawa lirih sembari menjalankan mobil ke tempatnya makan siang bersama Bulan.

...🍀...

'Mbuuuullll!! Kemana aja, siiihhh. Kita nyariin tauuukk!'

'Tau, nih. Aku sampe nyariin ke prodi juga kamu ga ada!' Omel Nadin.

'Bul, Are you okey?'

Bulan melipat kakinya di atas kasur, memposisikan ponsel di depan wajah supaya ketiga temannya bisa melihat jelas. "Okey kok, guys. Belakangan aku sibuk soalnya udah kerja juga, kan."

'Jangan sibuk-sibuk dong, Mbul, jadwal ngumpul kita kapan??' Tanya Wina.

'Iya, Mbuul. Terakhir ketemu malah kabur sama pak dosen.' Sambung Nadin.

"Kok... kalian tau??"

'Tau, lah. Kan, kita ngikutin. Kita juga mau nyamperin, Mbul. Tapi udah kedeluan sepupu tampanmu itu...' Kata Yeshika.

'Mbuuul, kamu ga ada hubungan apa-apa sama sepupumu, Mbul? Kok kayaknya dia ngelindungin kamu banget?' Tanya Wina penasaran.

"Nggak ada!" Jawab Bulan cepat. Pasalnya dia juga tidak tahu hubungan apa yang terjalin. Belum jelas, dan tidak mau terlalu berharap.

'Kalau nggak ada, kenalin kita dong, Mbuuul!!'

Bibir Bulan mencebik. "Giliran sama yang ganteng aja, lupa sama cowo sendiri."

'Kenalan doang kali, Mbul. Itung-itung koleksi stok dulu kan, siapa tahu Wina mau putus sama Andre.' Kata Nadin.

'Enak aja! Sialan, lo! Amit‐amitttt gue ga bakalan putus sama cowo gue.'

Yang lain terkikik mendengar umpatan Wina. Sementara Bulan melongok ke arah pintu balkon saat ia mendengar ketukan.

"Bulan..."

Suara Biru memanggilnya. Bulan membuka tirai dan mendapati Biru tengah tersenyum dan mengangkat dua buah plastik di tangannya.

"Eh, udah dulu, ya. Gue ada tugas. Ntar lanjut lagi. Bye, muah!" Bulan memutuskan sambungan tanpa menunggu jawaban. Dia membuka pintu dan Biru sudah meletakkan dua buah plastik itu di atas meja balkon.

"Saya bawain kamu makanan. Saya tahu kamu tadi ga ikut makan malam karena pulang telat." Biru membuka bungkus plastik dan kotak makanan yang ia beli.

"Sini, duduk." Ia lalu menarik kursi untuk Bulan, dan ia sendiri duduk di hadapan meja kecil.

Bulan menyandarkan sebelah bahunya di pintu balkon. Tiba-tiba membelikan makanan dan mengajak makan berdua di balkon begini. Lucu juga dia. Batin Bulan.

"Eii, jangan melamun. Cepet, ntar keburu dingin makanannya."

Bulan duduk berhadapan dengan Biru. Ada beberapa jenis makanan yang tersaji di atas meja dan aromanya membuat perut Bulan berteriak minta diisi.

"Tadi saya chat kamu, tapi ga dibales. Rupanya kamu lagi sibuk teleponan sama temen-temen kamu. Gosipin saya, ya."

"Hah. Enggak." Bulan baru tau kalau Biru punya sisi kepedean juga. Eh, atau dia denger ya, percakapan mereka tadi.

"Berarti saya salah denger, ya." Katanya sambil terkekeh. Sementara Bulan membelalak kaget. Beneran dia denger?

"Ayo, makan." Biru membukakan makanan Bulan dan meletakkan sendok di atasnya. Tak lupa ia mengibas sebentar asap yang masih mengepul di atas makanan itu.

Biru menyantap makanannya. Sedang Bulan terenyuh dengan perhatian kecil yang Biru berikan. Dia ini, sadar nggak sih, kalau tingkahnya membuat Bulan akan semakin mudah membuka hati. Pasalnya, ia tidak mendapatkan ini dari Andra.

"Mau saya suapin?"

Bulan menggelengkan cepat dan mulai mengambil sendok. "Kakak belum makan juga, ya. Bukannya tadi Katanya pulang cepat."

"Sengaja. Saya tadi liat kamu belum pulang. Jadi saya nggak ikut makan di bawah. Biar bisa makan bareng kamu." Jelasnya.

"Ooh." Terdengar begitu cuek, namun hati Bulan berdebar-debar mendengar penjelasan lelaki itu. Bulan melirik. Biru mengunyah dengan rahangnya yang tegas. Lengannya begitu terlihat dengan kaos polo navy yang dipakainya, membentuk bagian dada dan lengan. Biru punya tubuh yang benar-benar disukai Bulan.

Kalau aja mereka bukan sepupu. Bulan pasti meluncurkan serangan supaya bisa mendekati Biru seperti dia mendekati Andra dulu. Walau begitupun Bulan menikmati saja apa yang Biru lakukan padanya. Toh, dia juga suka.

Tok..tok..

"Biru.."

Suara ketukan pintu terdengar dari depan. Biru menoleh. "Mama.."

"Buka aja, kak."

Baru Biru ingin bergerak, terdengar suara lain dari balik pintu.

"Biru, ini gue, Malika. Buka pintu, dong."

Biru langsung menoleh pada Bulan. Mendengar suara pintunya dibuka, Biru langsung mengemasi makanan di atas meja.

"Biru?" Suara itu terdengar lagi.

Biru meletakkan tiga kotak makanan di tangan Bulan yang terpaksa mengadahkan tangan saat Biru menyerahkannya.

"Cepat masuk." Biru membuka pintu balkon Bulan dan mendorong pelan bahu gadis itu. Dia pun masuk dan menutup pintu perlahan.

"Biru ga ada, tante." Ucap Malika membuka pintu balkon.

"Kok ga ada, ya? Perasaan di rumah, kok. Mobilnya juga di depan, kan."

Bulan sampai heran kenapa dia harus ikut bersembunyi begini. Padahal yang dicari hanya Biru. Kalaupun dia terlihat lagi makan di balkon, apa salahnya?

Dan lagi, posisi ini nggak enak, banget. Bulan sampai melirik Biru di atas kepalanya yang masih mengintip dari balik gorden, mengawasi dua orang yang masih mengobrol di depan tanpa sadar tubuhnya menghimpit Bulan. Terpaksa gadis itu mendempetkan badannya ke belakang tembok kaca dan kedua tangan yang memegang tumpukan kotak makanan. Hampir penyet, karena Biru menghimpitnya.

"Huufff..." lelaki itu menghela napas saat dua orang yang tengah mencarinya keluar dari kamarnya.

Lalu ia tersadar, menunduk, menatap Bulan yang menyorotnya tajam karena sebelah tangan lelaki itu menutup mulut Bulan.

Biru tersenyum. "Sorry." Bisiknya, namun enggan melepaskan tangannya dari bibir Bulan.

"Mmmppph." Bulan merasa bisikan Biru terlalu bahaya. Membuat bulu-bulu harusnya berdiri seketika. Dia membelalakkan mata, meminta Biru menyingkirkan tangannya.

Bukan menuruti, Biru malah mendekatkan wajahnya, menunduk untuk merapatkan wajahnya dengan wajah Bulan. Mata Bulan sontak mendelik tajam dengan napas yang ia tahan. Jangan sampai Biru menciumnya lagi, jangan...

Cup! Biru mencium tangannya sendiri yang menutup bibir Bulan. Lalu ia berbisik di telinga Bulan. "Jangan tegang gitu, saya cuma bercanda."

Bola mata Bulan yang awalnya menatap mata Biru, bergerak ke bawah melihat ukiran senyuman yang terpampang di bibir Biru. Jantungnya berdebar, dia menelan saliva melihat tonjolan di leher Biru yang pernah ia sentuh.

"Kamu lanjut makannya, ya. Saya harus balik ke kamar untuk memeriksa tugas siswa." Katanya, lalu menoleh pada pintu penghubung. "Saya lupa kalau ada pintu itu." Biru kembali menatap Bulan. Senyum nakal pun terukir. "Kuncinya ada di saya. Kamu ga takut kan, kalau saya mendadak masuk kesini dari pintu itu?"

"Mmmpppp!" Mata Bulan membelalak lagi. Biru tertawa dengan reaksi imut Bulan di matanya.

"Bercanda." Biru melepaskan tangannya lalu mengacak pelan rambut Bulan. "Jangan lupa belajar. Besok kelas saya, kan?"

Tatapan Bulan tak lepas dari Biru sampai tubuh lelaki itu menghilang, barulah Bulan melepaskan napas.

Gila. Biru jadi senekat itu sekarang. Tapi.. kenapa Bulan jadi semakin suka???

To Be Continued....

**Biru ini kayanya lebih bahaya dari Arga**

BTW PEN, Jangan Lupa singgah di karya baru aku..

1
Edah J
Embul mudah terhanyutt yaa... 😁😁😁✌️ sabarr yaa kalian bentar lagi unboxing kok kalau udah halal mh 😁😁😁✌️
moona
ya ampun Mbul jangan kebablasan, tunggu halal dong 😌
Nona Aan Chayank
Alhamdulillah,, mulai teratylg up nya ya kak 😊
Semangat terus berkarya yaa💪💪

Semoga cerita Elian si Manusia Serigala juga dilanjut yaaa 🙏🙏
Ediherianto
romantis banget ya pen biru sm mbul, tp yg sabar ya utk mereka, kan pernikahan mereka sebentar lg, dan utk pak rudi saya senang sekali dgn caranya utk membuat cakra hancur. lanjut pen.
Edah J
Semoga dengan kejadian ini tidak
ada lagi keegoisan hanya untuk mencapai suatu tujuan
sehingga tidak ada perasaan yang tersakiti😉
Edah J
Selalu setia nunggu kak author up lagi dan itu perlu kesabaran😁✌️
🌼🌻🌸🌷🌹 untuk kak author 😉
moona
pen, selesaikan ceritanya si Mbul dan jangan mandek lagi, please🥺🥺🥺
Penulis Amatir: Hehe diusahakan syg
total 1 replies
Ediherianto
syukurlah ya pen pelakunya sdh tertangkap, dan benar dugaan mbul ternyata pelakunya malika, tp kasian banget klu lihat nasib malika ya pen, hanya dijadikan alat utk kesuksesan ayahnya sendiri. up lg pen, semangat.💪
Pieh
semangat othor
Nona Aan Chayank
Akhirnya lanjut ceritanya.. 😍
D_wiwied
kasian jg malika ya dia jd korban keegoisan papanya sendiri, harusnya tu malika dirawat sejak kecil.. duh malah ky iklan kecap /Facepalm//Facepalm/
Penulis Amatir: karena dia kedelai pilihan ya kak/Curse/
total 1 replies
Lia Liya
Alhamdulillah setelah sekian purnama akhir nya di update jugaaaaa /Kiss/
Penulis Amatir: hahaa makasih udah baca kaa
total 1 replies
D_wiwied
duuh sampe hampir lupa sm jalan ceritanya saking lamanya pen, btw makasih dah dilanjut lg ya..
D_wiwied: jangan lama2 up nya pen, dah pingin ke kondangannya bubul ni
Penulis Amatir: Hehe penulis juga lupa kalo ga baca ulang😵😄
total 2 replies
Ediherianto
luar biasa menarik utk dibaca
Ediherianto
alhamdulillah, terima kaaih ssh update ya pen, walaupun lama banget nunggu up, aku td sampai terkejut pen pas baca kaca mobil biru pecah, syukurlah mbul dan biru nggak kenapa2, apa mungkin malika ya pen pelakunya, karena sakit hati ditolak sm biru, salah malika sendiri ya pen, punya cowok sempurna kok ditinggalin. up lg ya pen, oh iya pen tolong dong up lg novel savior in the rain, please.🙏
Ediherianto: sama sama pen👍
Penulis Amatir: siap bos. lagi ditulis. makasih udah nungguin^^
total 2 replies
Siti Nina
Lanjut lagi dong pen ko di gantung gini ceritanya 🤔
Sunari Cucun9
serasa mimpii huaa up lagiii
Edah J
Alhamdulillah kak author up lagi setelah 7purnama terlewati
makasih kak untuk up nya
Ay Ay Aynaaa
mimpi apa aku smlm 🤣 up lg hahaaa
blm baca otw kasih hadiah kopi buat kamuuu,,, ahh senangnyaaa jgn hilang lg ya peenn🥹
Penulis Amatir: siappp🤣
Ay Ay Aynaaa: sama2 🥰
klo ga sibuk up lg yaahh,,, ntar rajin2 ku kasih kopi biar kuat begadang😂
total 3 replies
Pieh
Alhamdulillah... sudah up lagi, pen kemana aja, semoga sehat sehat ya biar terus berkarya, semangattt
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!