Aqila gadis cantik berusia delapan belas tahun yang baru saja menyelesaikan pendidikan nya di negara Finlandia.
Malam itu untuk merayakan kelulusan nya, Aqila berhasil kabur dari penjagaan ketat para bodyguard milik kakak nya.
Tetapi siapa yang menyangka gadis itu malah kabur ke sebuah night club terkenal di kota tempat ia tinggal dan terjebak oleh sesuatu yang tidak pernah ia bayangkan?
Lalu bagaimana kisah selanjutnya? Sesuatu seperti apa yang akan menimpah dirinya? Atau mungkin sebuah jebakan?
Note:- Agar mengerti jalan cerita sebelumnya, disarankan membaca karya "Terjebak Cinta Om Mafia Possesive"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon riri_923, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab-19- Perjanjian secara tidak sadar
Terhitung sudah tiga hari sepasang pengantin baru itu tidak bertemu, dan sore ini rumah Bram kedatangan tamu yang tak lain adalah Grey, Arazey dan Twins A.
"Dimana Bram?" Tanya Grey yang sedari tadi belum melihat Bram.
Aqila yang tadi nya sedang bercanda dan menggelitiki Adelia, seketika gerakan nya terhenti kala Grey mengeluarkan pertanyaan yang dari awal Aqila takutkan.
"Emm.. Kak Bram pergi ke kantor" Jawab bohong Aqila setelah beberapa saat terdiam.
Padahal Aqila saja tidak tau dimana Bram saat ini, ingin menghubungi nya dan menanyakan dimana Bram tetapi gengsi Aqila terlalu besar.
"Astaga bisa-bisa nya dia malah meninggalkan mu dan lebih mementingkan pekerjaan nya?!" Pekik tidak percaya Grey.
Aqila tersenyum tipis lalu kembali bercanda dengan kedua keponakan nya.
"Tadi ada urusan mendadak, jadi mau tidak mau kak Bram harus pergi" Tutur Aqila.
"Sudah lah Grey maklumi saja, lagi pula Bram baru beberapa minggu disini dan mungkin masih banyak hal yang harus dia urus" Sela Arazey.
"Hmm betul" Sahut Aqila.
Grey hanya mendengus pelan, melawan satu mulut perempuan saja Grey terus kalah apalagi harus melawan dua sekaligus.
"Hahaha Nty sudah cukup hahaha" Tawa Lia semakin pecah saat Aqila semakin menggelitik perut nya.
Lain hal nya dengan Lio yang sedang fokus dengan rubik ditangan nya, walaupun sedikit terganggu dengan tawa kembaran nya dan sesekali Aqila menggelitik kaki nya.
Tetapi Lio tidak bergerak sedikit pun dan terus berusaha menyelesaikan rubik bulat ditangan nya yang baru saja Aqila berikan.
.
.
"Sudah hampir malam, ayo kita pulang" Ajak Arazey pada suami dan anak-anak nya.
"Nanti mom, aku masih mau main sama Nty" Ujar Lia dengan wajah memohon.
Tangan kecil nya pun melingkar sempurna di lengan Aqila dan memeluknya begitu erat.
"Nanti aja kak, makan malam disini dulu" Pinta Aqila.
"Hmm betul, aku juga ingin menemui Bram" Timpal Grey mengiyakan.
Seketika raut wajah gembira Aqila kembali berubah, gadis itu memaki dirinya sendiri. Jika tau Grey akan kembali membahas Bram seharusnya Aqila tidak usah menahan nya dengan iming-iming makan malam bersama.
"Iya Mom, aku mau makan disini bersama Nty" Sahut setuju Adelia.
Sedari awal Arazey memang merasa ada yang janggal dengan raut Aqila setiap Grey menyebutkan nama Bram, ingin bertanya pun Arazey tidak berani karena Grey terus membuntuti nya.
Akhirnya kini ibu dua anak itu hanya mengangguk pasrah walaupun sebenarnya ia ingin membantu Aqila yang terlihat khawatir.
.
"Nona, makan malam sudah siap" Ucap Bi Chi yang baru saja memasuki ruang tengah dimana mereka berkumpul.
"Baik, terimakasih Bi"
"Bram kok belum balik? Sudah jam tujuh lho" Ujar Grey melihat jam dipergelangan tangan nya.
"Emm.. Lebih baik kalian ke ruang makan duluan saja, biar aku menghubungi kak Bram" Jawab Aqila sedikit gugup.
"Tolong antarkan mereka ke meja makan, Bi" Lanjut Aqila.
"Baik nona. Mari tuan, nyonya"
"Nanti Nty nyusul ya" Pinta si kecil Lia yang.
"Iya, nanti Nty nyusul"
"Jangan lupa hubungi Bram dan dia harus pulang sekarang juga!" Aqila mengangguk mengiyakan permintaan Bram.
Pada akhirnya keluarga kecil itu berjalan lebih dulu memasuki ruang makan, menyisakan Aqila yang masih duduk di ruang tengah itu dan menggenggam cukup erat handphone ditangan nya.
"Sudah cukup Aqila, hilangkan gengsi mu. Walaupun kamu ingin segera berpisah dengan nya tetapi ini masih terlalu awal" Gumam Aqila pada dirinya sendiri.
Setelah meyakinkan dirinya, Aqila pun mulai menghidupkan handphone nya dan membuka salah satu aplikasi yang ada di handphone milik nya.
Aqila menekan nama Bram yang tertera di layar handphone nya dan panggilan pun terjadi hingga tak lama kemudian Bram menjawab di sebrang sana.
Kedua nya sama-sama diam walaupun panggilan itu sudah terhubung, Bram tidak mengeluarkan suaranya sedikit pun dan hanya terdengar deru napas pria itu.
"Pulang lah sekarang" Ucap cepat Aqila hendak kembali mematikan handphone nya. Tetapi suara Bram menghentikan gerakan nya.
"Untuk apa? Bertengkar?" Sahut Bram dengan suara datarnya.
Aqila menghela napas nya berat kemudian kembali mengeluarkan suaranya.
"Kak Grey mencari mu"
"Suruh dia menelpon ku"
"Dia ada disini, dari tadi sore dan sengaja menunggu mu"
"Aku tidak berniat pulang, suruh saja dia menghubungi ku jika penting" Jawaban tanpa nada itu berhasil membuat Aqila terdiam sesaat.
"Nty, apa om tampan akan pulang?" Tanya tiba-tiba Lia yang sudah berada dibelakang Aqila.
Aqila yang mendengar pun sempat tersentak kaget, tetapi senyuman langsung terukir dibibir manis itu.
"Kapan kamu disini?" Tanya Aqila mengusap surai keponakan nya
"Baru saja"
"Kok gak nunggu di ruang makan?"
"Aku mau tunggu om tampan pulang" Lia kembali menaiki sofa dan duduk di sebelah Aqila.
"Sebentar" Setelah mendapatkan anggukan dari Lia, Aqila pun berjalan sedikit menjauh dari gadis kecil itu dan melihat handphone nya.
Dan ternyata panggilan nya sudah terputus, dan dengan cepat Aqila kembali menghubungi Bram hingga akhirnya pria itu menjawab nya.
"Pulang kak" Pinta Aqila pada Bram disebrang sana dengan nada lirih.
Mata Aqila tertuju pada Lia yang sangat antusias menatap pintu rumah itu, dan tentunya Lia sangat menunggu kedatangan Bram.
"Tidak"
Helaan napas berat kembali keluar dari mulut Aqila. "Ayolah pulang dulu, nanti kalo mau pergi lagi gapapa deh" Ujar Aqila.
"Cih, lebih baik aku tidak pulang sama sekali!" Sinis Bram di sebrang sana.
Tidak ada cara lain, Aqila semakin tidak tega melihat keponakan nya yang sangat menanti-nanti kehadiran Bram, belum lagi permintaan Grey yang menyuruh Bram agar segera pulang.
"Aku mohon kak, pulang 'ya?" Ucap Aqila memelas, wajahnya pun ikut memelas.
Tidak ada sahutan sedikit pun dari Bram, lantas Aqila melihat layar handphone nya takut-takut panggilan diakhiri secara sepihak lagi dengan Bram. Tetapi tidak, panggilan itu masih tersambung.
"Halo kak?"
"Jika aku pulang sekarang, apa yang akan terjadi? Bertengkar lagi?"
"Tidak, aku janji kita tidak akan bertengkar lagi" Sahut cepat Aqila.
Terdengar suara Bram yang terkekeh hingga akhirnya Bram kembali bersuara.
"Aku tidak percaya, dan aku malas!"
"Kak, please.. Aku benar-benar berjanji, apapun itu akan aku tepati dan penuhi asalkan kak Bram pulang" Putus Aqila sangat frustasi.
"Baiklah, tunggu aku di depan pintu. Sepuluh menit aku akan sampai dan panggilan ini sudah aku rekam!"
Setelah mengucapkan itu, Bram langsung memutuskan panggilan nya menyisakan Aqila yang terdiam mencerna kalimat terakhir yang Bram ucapkan.
"Direkam? Maksud nya?" Gumam bingung Aqila.
Otak nya mulai berputar mengingat ucapan yang ia katakan sebelumnya, hingga akhirnya matanya membola sempurna.
...****************...