Silvya karena kematian saudara kembarnya memutuskan bergabung dalam organisasi mafia saat berumur 17 tahun. kemampuannya dalam ilmu beladiri menjadikannya Ratu Mafia yang disegani. Ia tidak segan-segan menghabisi musuhnya saat itu juga.
karena sebuah penghianat dalam organisasinya menyebabkan dia mengalami kecelakaan tragis yang hampir meregang nyawanya.
Dokter Dika, niatnya menolong malah harus menikahi orang yang ditolongnya karena digrebek warga.
Bagaimana Silvya membongkar penghianatan dalam Wild Eagle dan menemukan dalang dibalik kematian saudaranya?
Bagaimana pernikahan Dokter Dika dan Silvya akan berjalan dan bagaimana reaksi dokter yang terkenal dingin itu saat mengetahui wanita yang dinikahinya itu adalah Ratu Mafia yang disegani?
Ikuti kisahnya, bukan plagiat jika ada kesamaan nama tokoh itu bukan kesengajaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 19. Black Shadow
Albern Edmund tengah merasa kesal dan marah karena ternyata rencananya tidak berjalan lancar. Mungkin inilah yang disebut realita tak seindah ekspektasi.
Rencana Albern untuk dapat menduduki wild Eagle memang terlaksana dan berhasil. Bahkan beberapa anggota dari Wild Eagle pun ada yang ditahan olehnya atau menjadi anak buahnya, tentu saja karena sebuah paksaan. Tapi Albern tidak bisa menguasai bisnis Wild Eagle. Semua pelanggan Wild Eagle menolak bekerja sama dengan Albern.
"Sial, sangat Sial. Percuma aku bisa menguasai Wild Eagle."
Albern berteriak kesal. Sedangkan Darius, ia hanya memutar bola matanya malas. Ia sangat malas berhadapan dengan obsesi daddy nya itu.
"Sudahlah Dad, daddy udah tau bahwa daddy tidak akan pernah berhasil di dunia mafia ini. Mengapa kita tidak mengembangkan perusahaan kita saja mengapa daddy bersikukuh untuk menjadi komplotan mafia padahal daddy tau kemampuan daddy seperti apa."
Ya albern mempunyai perusahaan minuman bersoda yang diberi nama Moondrink, dan perusahaan itu cukup berkembang karena produknya sudah tersebar di beberapa negara.
Plok...plok….plok…
Suara tepukan tangan seseorang terdengar menggema di ruangan tersebut. Seorang pria muncul dan mendarat kan bokongnya di kursi yang tepat berhadapan dengan Albern.
"Memang benar, anakmu lebih cerdas dibandingkan dengan mu si tua Al."
Ucapan pria tersebut membuat Albern geram namun sebisa mungkin ia menahannya. Darrius yang melihat pria itu sedikit mengernyitkan keningnya. Ada tanda tanya besar dalam hati Darius. Mengapa orang ini di sini? Bukannya ini orangnya Silvya? Apa orang inj mengkhianati Silvya?, batin Darrius bertanya tanya.
"Hahah kau tak perlu melihatku seperti itu Dar. Ya aku di sini, akulah yang membantu si tua Al ini merebut Wild Eagle." Pria itu menjelaskan kepada Darrius, karena melihat tatapan mata Darrius yang penuh tanya.
"Heh kau bocah, dari mana saja kau. Mengapa setelah penyerangan kau minggat begitu saja."
Brak… Ceklek….
Pria itu menodongkan senjata ke arah Albern dan sedikit membuat Albern memundurkan tubuhnya. Darrius ikut terkejut melihat sang ayah ditodong dengan sebuah pistol.
"Jangan pernah memanggilku bocah, atau peluru ini akan menghancurkan otakmu."
Ucapan pria tersebut sukses membuat Albern bergidik.
"Oke oke maafkan aku, aku tidak akan melakukannya lagi. Sekarang turunkan senjatamu itu."
Pria itu menurunkan senjatanya dna menyimpan di saku jaket miliknya.
"Lalu, kemana saja kau selama ini." Albern kembali bertanya
"Tentu saja bersenang-senang. Kapan lagi aku melakukan itu, selama gadis itu berada di markas aku terlalu sibuk bekerja maka ini waktunya aku bersenang senang."
"Terus kapan kita akan melaksanakan rencana kita?"
"Dad, daddy punya rencana apa dengan orang ini. Dia saja bisa mengkhianati Q apa daddy tidka takut dia juga bisa membohongi daddy?"
Albern terdiam, sejenak dia setuju dengan pemikiran putranya itu. Namun karena sebuah obsesi dia mengenyampingkan pemikiran itu.
"Sudah, kau diam saja."
"Terserahlah." Darrius pergi meninggalkan tempat itu, ia sangat malas menghadapi ayahnya yang keras kepala.
"Bagaimana, apa kau sudah siap menjalankan rencana kita?"
" Si tua Albern tenanglah, jika sudah sampai waktunya nanti kau akan bisa menikmati hasilnya. Serahkan saja semua padaku."
"Ya ya baiklah aku percaya padamu Black."
Pria yang dipanggil Black itu tersenyum smirk sambil meninggalkan markas itu. Ya Black adalah nama panggilan yang dia mau. Ia meminta Albern dan anak buahnya memanggilnya begitu.
"Dasar tua bangka bodoh, siapa juga yang mau membaginya kepadamu. Setelah aku berhasil menjual seluruh aset Wild Eagle maka aku akan mendirikan organisasi ku sendiri, Black Shadow. Dan lagi lagi kau kalah cerdasnya dengan putramu. Dna untuk mu Q setelah aku membnangun Balck Shadow kau akan tunduk kepadaku, hahahah."
Lagi lagi pria yang mempunyai panggilan Black itu bermonolog. Entah apa yang dia pikirkan tapi membayangkan akan Silvya yang takluk kepadanya sungguh membuat sensasi yang tiada terkira baginya.
"Sial, hanya membayangkan dia juniorku sudah berdiri tegak begini. Huft… brengsek memang kau Q akh..…."
Black pun bermain solo dalam mobilnya hingga ia sampai pada puncaknya sendiri sambil terus memanggil nama Silvya.
"Lihat saja kau Q, aku tidak akan pernah melepaskanmu jika kau muncul dihadapanku nanti." Ucap Black dengan seringai liciknya.
Nampaknya Black masih merasa tidak puas dengan aktivitasnya tadi. Ia segera melajukan mobilnya menuju tempat bordil. Disanalah di menuntaskan apa yang belum tertuntaskan.
🍀🍀🍀
Slivya masih sibuk dengan beberapa kliennya saat Dika memasuki rumah. Dia yang biasanya sangat waspada entah mungkin karena terlalu fokus dengan laptop yang ada di depannya sampai sampai tidak mendengar langkah kaki sang dokter.
"Kamu sedang apa?"
Ucap Dika persis di dekat telinga Silvya, membuat nafas dika mengenai telinga dan membuat tubuh Silvya meremang.
"Astaga… kau membuatmu terkejut." Mempunyai Reflek yang cepat Silvya langsung menutup laptopnya.
"Maaf aku tidak tau kau sudah pulang."
"Tidak masalah, kau tidak perlu menyambutku setiap saat."
"Apakah besok jadwal buka praktek?"
"Tidak, aku hanya lelah ingin istirahat. Besok hari liburku, aku akan mengajakmu ke rumahku besok."
"Apa…??!"
"Kenapa, apakah kau tidak bersedia?"
"B-bukan begitu tapi…."
"Tenang, kau akan ku kenalkan sebagai kekasihku bukan sebagai istriku. Aku juga tidak mau membuat kedua orang tuaku kena serangan jantung, saat mengetahui menikahi seorang gadis tanpa memberitahu dulu."
Dika berlalu ke kamarnya setelah mengatakan hal tersebut meninggalkan Silvya yang masih menganga dengan keterkejutannya.
Dika menaiki tangga dengan tersenyum simpul melihat reaksi silvya yang menurutnya sangat lucu.
Hahahha, rasanya senang sekali bisa mengerjainya. Aku tidak mungkin membawanya pulang ke rumah saat ini sebelum aku bertemu kedua orang tuanya terlebih dahulu, gumam Dika sambil terkekeh.
TBC
teo pa ya