NovelToon NovelToon
MUTIA

MUTIA

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Single Mom / Selingkuh / Anak Yatim Piatu
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Riaaan

Masa remajaku tidak seindah remaja lain. Di mana saat hormon cinta itu datang, tapi semua orang disekitarku tidak menyetujuinya. Bagaimana?

Aku hanya ingin merasakannya sekali saja! Apa itu tetap tidak boleh?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riaaan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

9

"Tapi ga mungkin Suci kayak gitu!" bantahku sebab Wisnu terus menceritakan keburukan Suci.

Kali ini kami sedang duduk di tempat tukang bakso keliling yang kebetulan sedang mangkal tak jauh dari sekolah. Aku jadi bolos karena bertemu dengan Wisnu.

"Gue ngeliat sendiri! Gue juga tau di mana biasa dia ketemu sama orang itu!"

"Kalo dia jual narkoboy, ya gue masih percaya karena dia memang butuh duit. Ibunya janda, adeknya juga masih sekolah. Tapi kalo sampe jual diri, kayaknya ga mungkin!"

"Ntar malem gue jemput lo! Kita ke sana! Lo ga pernah pindah kan?" tanyanya.

"Hah?! Lo tau rumah gue dari mana?!"

"Suci pernah nunjukin rumah lo ke gue. Dia pernah bohong katanya lo yang jemput dia tiap malem, jadi gue ikutin dia dan gue juga pernah nungguin dia di depan rumah lo. Ternyata dia pergi sama orang itu."

"What?! Ngeri gue lama-lama sama lo, Nu! Lo nguntitin Suci dan ngintai rumah gue!"

"Karena gue mau buktiin Suci beneran pergi sama lo apa bukan!"

"Ya kenapa lo sepeduli itu sama Suci?! Lo suka sama dia?!" cecarku.

"Iya! Dari dulu! Tapi gue ga sekaya cowok yang bareng dia itu! Gue juga ga bisa ngasih dia duit biar dia ga usah kerja lagi!"

Aku terdiam mendengar jawaban itu. Tapi, selama ini aku melihat mereka sering bertengkar. Masa iya Wisnu suka Suci? Terus kenapa dia malah ....

"Sekarang lo udah tau kalo gue suka sama dia. Jadi, bantuin gue buat bikin Alex jauh-jauh dari Suci. Lo kan temennya. Lo bisa tuh jelek-jelekin Alex biar Suci ga deket-deket lagi sama dia. Lo kerjain kek, racunin, apa kek gitu."

"Eh, Jenong!" teriakku marah. "Gue suka sama Alex! Sekali aja lo bilang mau ngerjain dia, lo yang bakal gue kerjain! Gue juga ga suka kalo dia deket-deket sama Suci. Kayaknya emang Sucinya aja yang kegatelan! Dia sengaja deketin Alex!"

"Alex yang deketin dia!"

"Suci yang deketin Alex! Gue tuh udah deket banget sama Alex! Suci juga tau kalo gue suka sama Alex. Tapi dia suka kayak mancing-mancing obrolan atau biar bisa berantem gitu sama Alex! Kayak keliatan banget dia tuh caper sama Alex. Ya meskipun Suci sahabat gue, gue tetap ga suka! Apalagi mereka bercandaan buat jadi selingkuhan! Ngeselin banget!" ocehku.

"Yang bener?!"

"Bener lah! Ya mungkin Alex bercandaan kayak gitu ke semua orang, tapi kan Suci tuh sering mancing-mancing gitu biar Alex bercandain dia! Kan dia tau kalo gue ini suka sama Alex! Gue kan sahabatnya! Masa dia ga ngerti sih kalo gue jeles. Apa dia pura-pura ga ngerti? Tapi ya masa sampe segitunya! Kan gue cerita semua hal tentang Alex ke dia, masa dia ga ngerti?"

"Menurut gue sih emang Alexnya yang kegatelan bercandain Suci. Padahal Suci ga mau sama dia. Makanya berantem."

"GA! Gue tau banget Alex tuh kalo bercandanya kayak gimana. Dulu ya! Pas gue belum ngeladenin bercandaan Alex, bisa tuh Alex biasa aja. Yang penting jangan diladenin. Kalo Suci kan ga! Dia yang ngasih kesempatan biar Alex bercandain dia!"

"Ya, serah lo lah. Pokoknya, lo bawa Alex jauh-jauh dari Suci. Najis gue ngeliat dia!" Wisnu menaruh mangkuk baksonya yang sudah kosong dan berjalan menghampiri tukang bakso. "Berapa, Bang?"

"Dua puluh," jawabnya.

Wisnu membayar dan hendak pergi.

"Lo mau ke mana?!" teriakku.

"Mau main lah. Ngapain lagi masih jam 9 gini? Bakso lo udah gue bayarin, lo bisa balik kalo udah kelar makan," ucapnya sembari terus melangkah.

Aku buru-buru menyelesaikan makan dan berlari mengejarnya.

"Gimana caranya gue balik? Ntar ketauan dong gue bolos. Kan baru jam sembilan!" ocehku di sebelah Wisnu.

"Ya terus lo mau ngapain kalo ga balik? Ngikut gue?!"

Mata kami bertemu, aku tidak yakin untuk ikut dengan Wisnu. Secara, dia laki-laki. Pastinya dia akan main yang aneh-aneh. Atau mungkin dia akan bertemu dengan teman-temannya yang tidak sekolah, mabuk-mabukan, dan melakukan hal nakal lainnya.

"Ya udah kalo lo mau ikut gue," ucapnya mengalihkan pandangan dan kembali berjalan.

"Tapi lo ga aneh-aneh kan?!" cecarku.

***

Akhirnya kami sampai di sebuah tempat kumuh. Wisnu mengajakku ke salah satu rumah reot yang dindingnya terbuat dari anyaman bambu. Hampir tak layak disebut rumah. Tapi ....

"Ini siapa, Nu?" tanya seorang wanita tua yang rambutnya sudah penuh dengan uban dan kain batik melingkar sebagai rok. Sangat khas orang zaman dulu.

"Temen Wisnu, Nek," jawab Wisnu. Aku hanya tersenyum menatap wanita tua itu. "Salam," bisik Wisnu pada telinga kiriku.

Aku menoleh padanya. Ia memerintah kembali dengan gerakan alis. Aku menyalami nenek itu dan tercium aroma tidak sedap di mana-mana.

Siapa nenek ini? Rumahnya sudah tidak layak huni. Bahkan aroma sampah menyelimuti gubuk ini.

"Cantiknya," ucap nenek itu mengusap kepalaku.

Aku hanya bisa tersenyum sambil berusaha menahan aroma sampah basah yang amat kuat.

***

Setelah Wisnu pergi entah ke mana. Aku ditinggal hanya berdua dengan nenek itu. Akhirnya aku tahu apa yang terjadi.

Wisnu merupakan anak tunggal yang tinggal bersama neneknya di rumah ini. Kedua orangtuanya sudah bercerai dan tidak ada yang mau mengambil hak asuh atas Wisnu. Ayah dan ibu Wisnu sekarang sudah sibuk dengan keluarganya masing-masing. Sementara Wisnu bertahan hidup sembari mengejar pendidikan dan mengurus neneknya di sini.

Aku hanya bisa terdiam dan menganggukkan kepala begitu mndengar cerita dari sang nenek.

Wisnu dan neneknya bekerja mengumpulkan barang-barang bekas. Aku tidak akan menyebut mereka pemulung. Sebab ini berbeda. Nenek Wisnu memang bekerja mengumpulkan barang bekas. Tapi Wisnu memiliki bakat yang hebat dalam memperbaiki barang-barang elektronik. Beberapa barang yang bisa ia perbaiki bisa dijual kembali. Dengan cara itulah ia bisa menghidupi neneknya sekaligus membayar pendidikan sekolahnya. Bahkan .... Tadi dia mentraktirku bakso.

Wisnu kembali dan memberiku secangkir es teh.

"Ga perlu repot-repot, Nu," ucapku tapi dia tidak mempedulikannya.

Kami hanya berdiam diri sampai akhirnya Nenek Wisnu pergi untuk memilih-milih barang yang sudah ia kumpulkan di belakang rumah.

Aku melirik Wisnu sebentar. Tak sengaja mata kami bertemu. Entah kenapa suasana jadi secanggung ini. Ia beranjak untuk duduk di lantai dan mengambil obeng. Aku perhatikan setiap gerak geriknya. Aku ikut duduk di sebelah Wisnu yang hendak memperbaiki kipas angin soak.

"Belajar dari mana lo benerin alat-alat kayak gini?" tanyaku membuka obrolan.

"Belajar dari Youtube," jawabnya.

"Lo kan tau kalo nyari duit itu susah. Kenapa lo malah bolos sekolah?" tanyaku lagi.

"Tujuan gue sekolah cuma buat ijazah. Waktu bolos, ya gue pake buat nyari duit."

Aku menghela napas sebab tidak ada pertanyaan lagi yang muncul di otakku. Sehingga aku beranjak ke belakamg rumah untuk melihat nenek. Beliau sedang duduk bersama tumpukan sampah dan barang ronsok. Di sana aku jadi tahu dari mana aroma tidak sedap itu berasal.

Tiba-tiba aku merasa sesuatu berjalan di betisku. Saat aku menarik sedikit rok untuk melihatnya, ternyata belatung segede kelingking.

"Aaaaahhhhh!!! Wisnuuuuu!!" teriakku sampai terduduk di lantai. Aku tak berani menggerakkan kaki. "Wisnuuu! Tolong! Toloooongg aaaahhh!"

Aku terus menjerit sampai Wisnu datang. "Kenapa?" tanyanya.

"Aaahh tolong! Ada ulat! Ah!" Rasanya aku ingin menangis.

"Mana?" tanyanya lagi.

"Ini di kaki gue! Ahh! Tolooong!"

Wisnu mencari-cari.

"Di atas kaos kaki! Aahh WISSNUUUU!!! ULETNYA GERAAAAAAKKK!!"

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!