Jika biasanya wanita dijodohkan dengan pria kaya, lain halnya dengan Elizabeth. Elizabeth justru dijodohkan dengan pria miskin yang tak memiliki apa-apa. Bahkan, untuk rumahku pria miskin itu tidak punya. Hal itu, membuat Elizabeth merasa sangat malang dengan hidupnya.
Bagaimana kisah selanjutnya? Apakah Elizabeth akan tetap meneruskan hubungan suami istri tersebut? Ataukah Elizabeth memutuskan untuk bercerai dari Alexander?
Yuk simak karya ini!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon muliyana setia reza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 19
Dua Minggu Kemudian.
Hubungan Alexander dan Elizabeth semakin hari semakin membaik. Bahkan, mereka berdua terlihat sering pergi bersama dan membuat siapapun yang melihat mereka akan merasa iri.
“Apa ini?” tanya Elizabeth dengan bingung.
Bagaimana tidak bingung. Siang itu Alexander mengajak Elizabeth pergi ke sebuah pabrik cokelat terkenal dengan rasanya yang enak serta mahal.
Tidak sembarangan orang bisa masuk, terlebih lagi yang boleh masuk adalah khusus tamu VIP.
“Apa kamu suka?” tanya Alexander yang sengaja memberikan kejutan untuk istrinya.
“Ba... bagaimana mungkin?” tanya Elizabeth terbata-bata.
“Apanya yang bagaimana mungkin, sayang? Apakah kamu tidak menyukai pabrik ini? Aku sengaja membawamu ke sini karena ingin membuatmu bahagia. Selain bisa berkeliling, kamu juga bisa makan cokelat di sini sepuasnya,” terang Alexander santai.
“Alexander, bagaimana bisa kita datang kemari? Kamu tidak memiliki uang untuk masuk ke sini?” tanya Elizabeth terheran-heran.
Alexander terdiam sejenak, ia lupa bahwa Elizabeth masih mengenal dirinya sebagai suami miskin. Jika Alexander mengatakan yang sebenarnya, sudah pasti Elizabeth akan kecewa padanya dan bisa jadi Elizabeth menjauhinya
“Atasan ku memperbolehkan ku untuk datang ke sini. Khusus hari ini saja dan aku boleh mengajak kamu untuk datang kemari. Aku kira kamu menyukai tempat ini dan ternyata aku salah,” balas Alexander sedih.
“Apakah tidak masalah membawaku datang kemari?” tanya Elizabeth memastikan.
“Sama sekali tidak ada masalah. Justru, atasan ku akan senang karena membawamu kemari,” jawab Alexander seraya tersenyum.
Elizabeth pun bernapas lega dan menggandeng tangan suaminya sembari berkeliling melihat-lihat cara pembuatan cokelat.
Alexander mendelik tajam memberi isyarat kepada para pekerja agar tak menyapa dirinya. Yang artinya, bahwa pabrik cokelat itu milik Alexander.
“Ada apa?” tanya Alexander karena melihat gelagat tak nyaman dari istrinya.
“Benarkah tidak apa-apa? Aku sungguh takut, mereka terus saja menatap ku,” tutur Elizabeth yang merasa seperti sedang di awasi.
“Benarkah? Kalau begitu, tidak perlu melihat mereka. Ayo kita ke sana!” ajak Alexander membawa istrinya ke sisi yang lain.
Elizabeth tersenyum kecil dan berjalan dengan terus bergandengan tangan.
“Amazing,” puji Elizabeth ketika melihat cokelat yang berbentuk hati.
“Mau mencobanya?” tanya Alexander.
“Boleh?” tanya Elizabeth dengan ragu.
Alexander mengajak istrinya masuk dan meminta salah satu pekerja di pabrik itu untuk membawakan cokelat berbentuk hati. Tak butuh waktu lama, cokelat berbentuk hati sudah ada di hadapan mereka berdua.
Elizabeth tersenyum seraya memasukkan cokelat berbentuk hati itu ke dalam mulutnya.
“Bagaimana? Apakah kamu menyukai rasanya?” tanya Alexander penasaran.
“Wow, ini cokelat terenak yang pernah aku makan,” jawab Elizabeth sesuai fakta.
***
Beberapa saat kemudian.
Tak terasa waktu sudah malam dan mereka harus segera pulang ke rumah untuk beristirahat.
“Terima kasih, Alexander. Berkatmu aku bisa merasakan enaknya cokelat dan juga bisa berkeliling pabrik cokelat,” ucap Elizabeth.
“Apakah kamu puas?” tanya Alexander.
“Sangat puas dan tentu saja akan menjadi pengalaman yang tak terlupakan untukku,” jawab Elizabeth sembari menenteng paper bag berisi aneka macam cokelat.
“Kalau denganku bagaimana? Apakah kamu puas dengan pelayanan ku di ranjang?” tanya Alexander penasaran.
Elizabeth tersenyum malu-malu dan sengaja berlari menjauh dari suaminya. Alexander dengan genitnya berlari sembari berteriak meminta jawaban istrinya.
“Ayolah Elizabeth, jawab pertanyaan ku. Apakah kamu puas dengan pelayanan ku di ranjang?” tanya Alexander dengan berteriak.
Teriakkan Alexander mengundang perhatian dari orang sekitar dan seketika itu Elizabeth membungkam suaminya dengan sebuah ciuman.
Orang-orang sekitar hanya tersenyum melihat Elizabeth dan Alexander berciuman. Bahkan, ada beberapa diantaranya tak menghiraukan hal tersebut.
“Kita lanjutkan nanti saja di rumah, sekarang kita harus pulang!” pinta Elizabeth yang menyudahi ciuman mereka.
“Jangan memaksa, aku tahu bahwa kamu sudah sangat lelah,” balas Alexander seraya tersenyum dan merangkul pinggang ramping Sang istri.
Kebetulan ada taksi yang sedang berhenti dan tanpa pikir panjang, mereka berdua masuk untuk segera pulang ke rumah.
***
Setibanya di depan rumah, mereka berdua dikejutkan dengan adanya seorang wanita yang sudah terkapar persis di depan pintu.
“Rose?” Elizabeth terkejut melihat Rose yang sudah tak sadarkan diri dengan bau alkohol yang sangat menyengat.
Elizabeth saat itu juga meminta suaminya untuk menggendong Rose masuk ke dalam rumah.
“Alexander, cepat gendong Rose masuk ke kamar!” pinta Elizabeth sembari membuka pintu.
Alexander dengan terpaksa menggendong Rose dan membawa sahabat istrinya ke dalam kamar.
“Lepaskan!” teriak Rose dengan keadaan mabuk.
Kalau bukan atas permintaan istrinya mana mau Alexander menggendong wanita selain istrinya itu.
Alexander reflek melempar Rose ke tempat tidur dan hal itu di lihat oleh Elizabeth.
“Sayang, kamu jangan seperti itu. Bagaimana jika Rose mengalami cedera?” tanya Elizabeth.
“Biarkan saja, sebagai pelajaran agar dia tidak mabuk dan datang ke rumah ini,” jawab Alexander santai.
Elizabeth memahami kekeselan Alexander pada Rose yang datang dalam keadaan mabuk.
“Alexander sayang, malam ini kamu tidur sendirian ya. Aku harus menemani Rose dan menjaganya, aku takut dia melakukan hal yang aneh-aneh,” tutur Elizabeth.
Alexander mengiyakan dengan terpaksa dan memutuskan untuk pergi ke kamarnya.
“Sayang!” panggil Elizabeth dan memberikan sebuah kecupan bibir sebagai tanda permintaan maaf.
“Kalau ada waktu, datanglah padaku!” pinta Alexander berharap bisa tidur bersama Elizabeth.
“Jangan menungguku!” pinta Elizabeth.
Setelah suaminya pergi meninggalkan Elizabeth di kamar, saat itu juga Elizabeth menghampiri Rose yang terus mengoceh dalam keadaan mabuk.
“Kalian pria gila, aku membenci kalian. Enyahlah, matilah kalian!” teriak Rose dalam mabuk nya.
“Tidak seharusnya kamu datang dalam keadaan seperti ini, Rose. Kamu terlihat menyedihkan dan aku tak tahu harus berbuat apa padamu,” ujar Elizabeth pada Rose yang terus mengoceh.
Melihat pakaian Rose yang sudah basah akibat alkohol, dengan baik hati Elizabeth membantu Rose mengganti pakaiannya.
Setelah berhasil mengganti pakaian Rose, Elizabeth memutuskan untuk membawa Rose ke dalam kamar mandi.
“Rose, ayo gosok gigi!” pinta Elizabeth setengah berteriak agar Rose mendengar ucapannya.
Dengan keadaan yang masih setengah sadar, Rose menggosok giginya sendiri. Sementara Elizabeth, merangkul lengan sahabatnya yang berdiri sempoyongan.
“Sudah bersih, sekarang kamu harus tidur dan besok pagi kamu harus menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi padamu,” uhar Elizabeth dan kembali membawa Rose keluar dari kamar mandi.
Di sisi lain.
Alexander merasakan kejenuhan karena tidak bisa tidur dengan istrinya. Pria tampan nan gagah itu sudah terbiasa tidur bersama istrinya dan tidak jarang mereka menghabiskan malam mereka dengan gairah seksu*l.
“Aku merasa seperti pria kesepian yang tak memiliki istri,” gumam Alexander kesal.
Untuk mengisi kekosongan di malam itu, Alexander memilih memutar video di ponselnya. Video istrinya yang sedang bernyanyi dengan penuh kebahagiaan.
“So Beautiful,” puji Alexander ketika melihat senyum cantik Elizabeth White.
Senyum yang begitu bahagia dan tak ada beban sedikitpun dari seorang Elizabeth.
👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤