NovelToon NovelToon
The Land Of Methera

The Land Of Methera

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Isekai / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: lirien

WARNING!!
Kita akan berkelana ke Dunia Fantasi, Karena itu, ada beberapa lagu yang akan di rekomendasikan di awal cerita untuk membawamu ke sana. Putarlah dan dengarkan sembari kamu membaca >>

___
Di sebuah kerajaan, lahirlah dua putri kembar dengan takdir bertolak belakang. Satu berambut putih bercahaya, Putri Alourra Naleamora, lambang darah murni kerajaan, dan satu lagi berambut hitam legam, Putri Althea Neramora, tanda kutukan yang tak pernah disebutkan dalam sejarah mereka. kedua putri itu diurus oleh Grand Duke Aelion Garamosador setelah Sang Raja meninggal.

Saat semua orang mengutuk dan menganggapnya berbeda, Althea mulai mempertanyakan asal-usulnya. hingga di tengah hasrat ingun dicintai dan diterima sang penyihir jahat memanfaatkannya dan membawanya ke hutan kegelapan. Sementara itu, Alourra yang juga berusaha mencari tahu kebenaran, tersesat di tanah terkutuk dan menemukan cinta tak terduga dalam diri Raja Kegelapan, makhluk yang menyimpan rahasia kelam masa lalu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lirien, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hari Perayaan Ulang Tahun ke-7 Putri

‧˚♪ 𝄞 Love Story - Nvly // Yt: Moonch.

https://youtu.be/xzbR61TT6Co?si\=cdcqI\_pKxXDb2lk5

...· · ─ ·𖥸· ─ · ·...

...Methera...

...Tanah di mana langit bersenandung, dan bumi berbisik pada roh-roh kuno....

...Tempat semua makhluk yang hanya hidup dalam dongeng... benar-benar pernah hidup....

...Duyung berlayar di danau berkabut perak,...

...Peri-peri menari di atas bunga abadi,...

...Naga melayang di cakrawala merah saga,...

...Dan para penyihir menggenggam kekuatan yang menyeimbangkan siang dan malam....

...Tidak masalah jika kau tak percaya itu?...

...Tapi aku melihatnya, dan percaya...

...Itu benar-benar ada....

...ᝰ.ᐟ...

...───✦───...

Kerajaan Eamor

"Apakah Tuan Putri sudah siap?"

Suara Grand Duke Aelion Garamosador bergema di balik pintu berukir, suaranya tenang namun sarat kuasa. Sejak kepergian Raja Altherick Sheamora dan Ratu Alora Lisyhamora. Ia menjabat sebagai pemangku kekuasaan tertinggi di Eamora, kerajaan agung penguasa elemen cahaya.

"Sebentar lagi, Yang Mulia. Kedua Tuan Putri sedang bersiap bersama Kepala Pelayan," jawab seorang pengawal dengan hormat, berdiri tegak di sisi kanan pintu kamar kerajaan.

"Baik. Tolong bukakan pintunya," titah Aelion.

"Segera, Yang Mulia."

Pintu ganda kayu elzen itu berderit lembut saat dibuka, mengungkapkan kamar luas dengan jendela kaca tinggi dan cahaya keemasan matahari yang tumpah masuk ke lantai marmer.

"Aelion..."

Suara lembut itu menyambut, disertai langkah ringan seorang gadis kecil berambut putih keperakan, cahaya alami dari garis keturunan murni kerajaan. Dialah Putri Alourra Naleamora, si sulung, pewaris takhta Eamora, dan simbol kemurnian elemen cahaya.

Tak lama kemudian, seorang gadis kecil lain berlari ke arah Duke Aelion sambil tertawa, rambut hitamnya tergerai bebas seperti bayangan di antara cahaya.

"Ael!" teriaknya riang.

"Hati-hati, Putri. Kau bisa terjatuh," ujar Aelion, langkahnya refleks maju.

"Tidak, aku tidak jatuh," sahut si gadis sambil tersenyum cerah.

"Meski begitu, kau tak boleh berlari sembarangan seperti itu, Thea. Kau bisa terluka," ucap Alourra mendekat, nada suaranya tenang namun lembut seperti embun pagi.

"Baiklah," gumam Althea, wajahnya sedikit murung. Namun kemudian ia menatap kakaknya dengan semangat. "Ah, lihat aku, Alourra. Bagaimana penampilanku?"

Berbeda dari sang kakak, Putri Althea Neramora tak mewarisi rambut putih khas keturunan Eamora. Rambutnya hitam legam, warna yang tak pernah terlihat dalam silsilah keluarga kerajaan. Meski mereka terlahir kembar, hanya terpaut menit, Althea telah lama menjadi bahan bisik-bisik di dalam istana karna di anggap berbeda.

"Kau sangat cantik, Althea," jawab Alourra, senyumnya tulus, membuat wajah Althea kembali bersinar.

"Benarkah?" tanya Althea, matanya berbinar.

"Tentu. Kalau tak percaya, kau bisa tanya Duke Ael sendiri."

Aelion tersenyum, mengangguk pelan. "Cantik sekali."

Althea langsung membungkuk sopan. "Terima kasih, Yang Mulia."

"Semua orang sudah menunggu kalian," ucap Aelion lagi. "Mari, Tuan Putri."

Duke Aelion melangkah lebih dulu menyusuri lorong panjang istana. Althea menggenggam tangan Alourra, menyeretnya dengan antusias, diikuti kepala pelayan yang menjaga jarak di belakang mereka.

Namun keceriaan Althea tak bisa menghapus tatapan yang mengikutinya di sepanjang lorong, mata-mata yang mengintai dari balik tirai dan sudut ruangan, bisik-bisik yang tidak mengenakkan terdengar.

"Dia bukan keturunan murni, kan?" gumam seorang pelayan pada rekannya.

_"Kudengar begitu," jawab yang lain sambil menggenggam serbet. "Katanya, dia putri terkutuk."

"Benarkah? Tapi dia terlihat begitu ceria."

"Mungkin dia tak tahu, dirinya adalah aib bagi kerajaan."

Alourra menghentikan langkahnya. Genggaman Althea tak lagi menarik.

"Kenapa, Alourra?" tanya Althea bingung, menoleh ke kakaknya.

"Pergilah dulu bersama Duke. Aku akan menyusul bersama Kepala Pelayan," ucap Alourra datar, namun tegas.

"Baiklah, Kak."

Althea pun berlari mengejar langkah Aelion, meninggalkan Alourra yang kini berdiri menghadap tiga pelayan di sudut lorong. Wajah mereka pucat, tangan gemetar.

"Apa yang barusan kalian katakan?" tanya Alourra, suaranya tak meninggi, namun cukup membuat ketiganya langsung menunduk.

"Ti... Tidak, Yang Mulia Putri. Mohon ampun..."

"Iya, kami mohon maaf, Yang Mulia..."

"Kami hanya mendengar rumor, mengenai Putri Althea, bahwa dia—"

"Cukup!" potong Alourra, nadanya berubah menjadi tajam. "Jangan pernah berkata seperti itu tentang saudaraku lagi!"

"Ampuni kami, Yang Mulia..."

"Maafkan kami, Putri... Kami bersalah..."

Mereka bertiga segera berlutut, gemetar dalam ketakutan.

"Yang Mulia," suara Kepala Pelayan akhirnya bersuara dari samping. "Apakah Anda ingin saya memecat mereka?"

Alourra menarik napas dalam-dalam, lalu menggeleng perlahan.

"Tidak perlu. Kali ini... akan kumaklumi."

Suara lembut itu kini dibalut dengan kekuatan seorang calon ratu.

"Terima kasih, Yang Mulia... Terima kasih..." gumam mereka bertiga nyaris serempak, masih berlutut dengan kepala menyentuh lantai.

...────୨ৎ────...

Altar istana telah disulap menjadi aula megah yang berkilauan oleh cahaya kristal dan lentera sihir. Gemuruh musik mulai terdengar dari panggung orkestra, menggema di antara pilar-pilar tinggi yang terbuat dari marmer cahaya.

"Ah, Grand Duke Aelion datang," bisik seorang putri dari kerajaan timur, suaranya nyaris tenggelam dalam gemerlap musik.

"Dia tampak sangat menawan..."

"Kudengar... dia belum memiliki pasangan."

Suara-suara para putri bangsawan itu menggema halus di antara percakapan. Tatapan mereka diam-diam mengikuti langkah pria tinggi berambut perak yang berjalan anggun ke tengah aula.

Sementara itu, Duke Aelion melirik ke sisi kirinya dan menyadari Althea berdiri sendirian. Ia mengernyit.

"Althea, ke mana Alourra pergi?"

"Kakak bilang akan menyusul sebentar lagi," jawab Althea kecil, kini berdiri tenang di sisi kiri Duke.

"Baiklah," balasnya lembut.

Althea menatap sekeliling aula megah yang dipenuhi kilau permata dan kain sutra berwarna pastel.

"Wah... Ramai sekali," gumamnya, matanya berbinar kagum.

Beberapa anak-anak bangsawan menoleh ke arahnya. Althea tersenyum sopan, namun mereka segera membuang muka—ada yang bahkan meliriknya dengan sinis. Senyumnya meredup, matanya sedikit menunduk. Tentu hal itu membuat hati kecilnya terluka.

"Sudah kuduga… Hal seperti ini pasti terjadi," batinnya.

Aelion, yang memperhatikan raut wajah Althea, bertanya pelan, "Kau baik-baik saja, Althea?"

"Iya, aku tidak apa-apa," jawabnya dengan senyum paksa.

"Maaf, aku terlambat," suara Alourra yang khas terdengar. Ia telah tiba, berdiri di sisi kanan Aelion.

"Tak masalah," jawab Aelion tenang. Lalu ia memberi perintah, "Paul, kita bisa mulai acaranya."

"Segera, Tuanku," jawab sang kepala pelayan yang ternyata bernama Paul itu, seraya mundur memberi aba-aba kepada para pemusik.

Musik pun mengalun. Suara biola dan seruling mengisi aula, menciptakan suasana magis yang menyelimuti pesta dansa. Bangsawan dari berbagai negeri saling berdansa, berbincang, dan menyampaikan ucapan selamat kepada kedua putri kerajaan Eamor.

"Alourra, kau tahu kau harus menjamu beberapa tamu penting malam ini, bukan?" tanya Aelion perlahan.

"Tentu. Aku mengerti," jawab Alourra singkat, lalu ia berjalan anggun menghampiri para bangsawan muda yang kelak akan menjadi sekutu atau pesaingnya.

Sementara itu, Althea masih duduk terpaku di tepi altar. Tatapannya tertuju pada lantai dansa yang gemerlap, namun matanya seakan terhalang kabut tipis kesedihan. Meski tak satu kata keluar dari bibirnya, dia bisa merasakan tatapan-tatapan yang menyayat, menilainya tanpa suara.

Tiba-tiba, sepasang bangsawan dan seorang anak lelaki mendekat, disambut oleh para penjaga istana. Mereka membungkuk dengan penuh tata krama.

"Salam hormat kepada Grand Duke Aelion dan Tuan Putri Althea, cahaya bagi kebaikan Eamor," ucap Marquess Terhan dengan suara dalam dan hangat.

"Tak perlu terlalu formal, Marquess," jawab Duke Aelion, bangkit berdiri dengan senyum ramah. "Sudah kuduga kau akan tetap sama seperti dulu." Ia menepuk pundak Terhan dengan keakraban lama.

"Sudah lama kita tak bertemu, Ael," balas Terhan, lalu menunjuk istrinya. "Perkenalkan, ini istriku, Marchioness Astria."

"Salam, Yang Mulia," ucap Marchioness Astria sambil membungkuk anggun.

"Dan ini anak kami—Arzhel."

Anak laki-laki itu membungkuk hormat. "Salam, Yang Mulia. Perkenalkan, saya Pangeran Arzhel Fiselvania."

Aelion menatap keluarga itu dengan mata hangat. "Sepertinya kau sudah memiliki keluarga yang bahagia."

"Haha, tentu saja." ujarnya sambil tertawa khas "Arzhel—ajaklah sang Putri bermain bersamamu." ujar Marquess Terhan, matanya melirik ke arah Althea.

Althea tampak terkejut. Dia belum pernah disapa lebih dulu seperti itu.

"Sa... salam," balas Althea gugup. "Aku... aku Putri Althea." Ia menunduk malu.

"Maukah kau ikut bersamaku, Putri?" tanya Arzhel dengan penuh percaya diri, tangannya terulur padanya.

"Apa... tak apa?" tanya Althea ragu, menoleh ke Aelion.

Duke Aelion mengangguk pelan, memberi restu tanpa kata.

"Tentu saja," jawab Arzhel tegas.

"Baiklah, kalau begitu," gumam Althea, perlahan menyambut uluran tangan itu. Keduanya berjalan perlahan ke arah taman kecil di sisi altar.

Aelion masih memperhatikan mereka dengan pandangan dalam.

"Apa tak masalah bila mereka menjadi teman dekat?" tanyanya lirih.

Marquess Terhan menatapnya lama.

"Kau lupa siapa aku, Ael. Aku tahu kebenaran... tentang Putri Althea. Dan aku tahu—dia hanya seorang gadis kecil yang malang."

"Rumor yang beredar... semakin membuatku khawatir," ujar Aelion, nadanya berat.

"Aku tahu. Tapi mencegah bisik-bisik di kalangan bangsawan... hampir mustahil. Terlebih, perbedaan di antara mereka begitu mencolok."

...· · ─ ·𖥸· ─ · ·...

1
anggita
like👍 iklan👆, moga novelnya lancar.
anggita
iri 😏
anggita
visualisasi gambar tokoh dan latar belakang tempatnya bagus👌
Nanachan: wah trimakasih banyak kak, jadi makin semangat 🫰🫶
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!