Helena, seorang wanita cantik dan calon dokter, harus merasakan sakit hati karena suaminya, Marco, berselingkuh dengan sahabatnya sendiri, Sherly, sampai wanita itu hamil. Dia harus rela berbagi suami dengan sahabatnya itu. Rasa cintanya berubah menjadi amarah dan kebencian. Akhirnya Helena memutuskan untuk bercerai dan lepas dari kehidupan Marco.
Beberapa bulan setelah bercerai, Helena terpaksa menerima perjodohan dan menikah dengan sahabat masa kecilnya, Axello, pria berhati dingin.
Pernikahan pun terjadi tanpa adanya cinta, tapi penuh kebencian dan niat balas dendam dalam hati Axel.
Season 2. Jasmine dan Kisah Cintanya
Jasmine dan Evan mantab untuk menikah setelah berhubungan selama 8 tahun. Namun ujian datang dari kakek Evan yang membawa perjodohan. Dan sebuah kesalahpahaman yang membuat keduanya harus berpisah. Akankah keduanya bisa bersatu kembali atau bertemu cinta yang baru?
Penasaran? Yuk ikuti kisahnya sampai akhir.
Sequel dari novel "Menikahi Ayah Dari Anak GENIUSKU"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rozmine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 19. Akhirnya Ketemu
"Hei! Mengapa kau berteriak di jalanan? Apa kau sudah gila?" tegur seseorang dari belakang Jasmine.
Jasmine terkejut. Dia langsung memutar badannya dan melihat orang yang menegurnya. Jasmine pun membelalakkan matanya saat melihat seorang pria bertubuh tinggi, berambut coklat, hidung mancung dan berkacamata. Pria itu menyunggingkan bibirnya dan membentuk sebuah senyuman yang telah lama tidak Jasmine lihat. Sebuah senyuman terbit dari bibir cantik Jasmine.
"Hai," sapa pria itu sambil tersenyum.
"Assalamualaikum, Evan," ucap Jasmine.
"Waalaikum salam, princess Jasmine," jawab Evan.
Evan berjalan mendekat dan berdiri tepat di depan Jasmine. Keduanya saling melempar senyum dan terlihat ada rasa rindu dari tatapan mata mereka. Evan dan Jasmine masuk kembali ke dalam cafe dan duduk dengan saling berhadapan. Sedangkan Joe duduk di salah satu meja yang terletak di sudut ruangan mengawasi mereka berdua.
"Apa kabar?" tanya Evan dan Jasmine bersamaan.
Keduanya pun tertawa sambil menahan malu.
"Kau duluan," ucap Jasmine.
"Ladies first," sahut Evan.
"Alhamdulillah kabarku baik. Bagaimana denganmu?" jawab Jasmine.
"Alhamdulillah aku juga baik," jawab Evan dengan pandangan matanya yang tak lepas dari mata Jasmine.
"Jadi, kau memakai kaca mata sekarang?" tanya Jasmine.
"Iya. Mengapa? Apa aku terlihat aneh?" Evan balik bertanya.
"Tidak. Kau bagus juga memakai kaca mata, terlihat seperti pria yang cerdas," jawab Jasmine.
"Mulutmu masih sama pedasnya seperti dulu. Aku ini memang cerdas," ucap Evan sedikit kesal.
"Sebenarnya aku jarang memakai kaca mata, kecuali saat mataku sedang terasa lelah saja," tambahnya.
"Kau sedang lelah sekarang?" tanya Jasmine khawatir.
"Iya. Dan apa kau tahu penyebabnya?" sahut Evan.
Jasmine menggeleng.
"Karena sejak kemarin aku memantau hotel tempatmu menginap, supaya aku bisa mengetahui kapan kau kembali ke hotel. Aku juga sampai menyewa kamar hotel. Kemarin aku tidak sengaja melihatmu keluar dari hotel tapi tanpa membawa banyak barang. Aku yakin kau pasti akan kembali ke hotel. Aku juga pernah melihatmu di California. Aku berusaha mengejar mobilmu, tapi aku kehilangan jejak," terang Evan.
Jasmine membelalakkan matanya tak percaya.
"Apa yang kau lakukan di Amerika? Apa kau juga kuliah di salah satu universitas di Amerika?" tanya Evan.
Jasmine menggelengkan kepalanya.
"Aku sedang berlibur setelah menyesaikan ujian skripsiku. Aku mengambil kuliah di salah satu universitas di Jerman. Dan ada sesuatu yang harus aku urus di sini. Jadi, kau kuliah di sini sekarang?" Jasmine balik bertanya.
"Iya. Aku mengambil study S-2 di salah satu universitas di California, dan tinggal menyelesaikan ujian tesisku," jawab Evan.
"Good job," puji Jasmine.
Evan mengulum senyum manisnya.
"Lalu, apa yang kau lakukan di New York? Berlibur?" tanya Jasmine.
"Sebenarnya, Kak Cemal akan menikah dua hari lagi. Dan aku disuruh mengambilkan baju pengantinnya yang dipesan dari salah satu designer yang berada di New York," jawab Evan.
"Kak Cemal dapat jodoh orang Amerika?" sahut Jasmine.
"Sebenarnya calon istrinya orang Turki, namun ayahnya sedang sakit dan dirawat di salah satu rumah sakit di Los Angeles. Dan meminta Kak Cemal untuk segera menikahi putrinya," jawab Evan.
Pelayan pun datang membawakan minuman dan makanan pesanan mereka.
"Kalau boleh tahu, sesuatu apa yang sedang kau urus itu? Pasti penting sekali sampai kau harus jauh-jauh datang ke sini. Apa ini ada hubungannya dengan seorang pria?" tanya Evan penasaran.
"Benar," jawab Jasmine.
Terlihat raut kecewa di wajah Evan. Hati Evan terasa sakit.
"Pria itu kakakku, Kak Axel," ucap Jasmine sambil tersenyum.
Seketika wajah Evan berubah ceria kembali.
"Apa kau mau berbagi cerita denganku?" seru Evan.
Jasmine menghela napas panjang. Lalu dia menceritakan kepada Evan tentang masalah hubungan Axel dan Marissa, juga penyelidikannya terhadap Marissa yang ternyata masih hidup. Dan juga pernikahan antara Axel dan Helena. Evan mendengarkan cerita Jasmine dengan serius. Entah mengapa hati Jasmine terasa sedikit lega dan bebannya sedikit berkurang setelah menceritakannya kepada Evan.
"Lalu, petunjuk apa yang sudah kau dapatkan sekarang?" tanya Evan.
"Orang yang dituduh sebagai tersangka pembunuhan Marissa, Patrick, sudah ditemukan. Tapi dia sekarang dalam keadaan koma. Sepertinya ada orang yang ingin melenyapkannya. Aku juga menemukan beberapa rekaman CCTV yang membuktikan bahwa Marissa masih hidup, dari beberapa bandara yang aku retas. Pertama kali aku dapatkan dari bandara yang ada di Meksiko. Dan selanjutnya dari rekaman CCTV yang ada di beberapa bandara di Amerika Serikat. Tapi itu hanya sekilas. Aku yakin ada yang sengaja melindunginya," jawab Jasmine.
"Menurutmu dengan perlindungan seketat itu, apakah dia akan menggunakan pesawat komersil?" tanya Evan.
"Tentu saja tidak. Aku yakin dia pasti menggunakan private jet," jawab Jasmine.
"Mengapa kau tidak periksa CCTV di apron pesawat yang ada di beberapa bandara itu? Pasti ada satu pesawat yang sama yang terparkir di sana," usul Evan.
Jasmine membulatkan kedua bola matanya.
"Kau benar. Mengapa aku tidak terpikirkan olehku? Terima kasih, Evan," ucap Jasmine dengan senyum bahagia.
Jasmine segera mengambil tabnya dari dalam tas, dan meretas CCTV yang berada di apron pesawat seperti saran Evan. Dan dari beberapa CCTV yang ada di beberapa apron bandara ada sebuah private jet yang selalu ada dan bertepatan dengan keberadaan Marissa di bandara. Jasmine dan Evan menyunggingkan bibir mereka.
"Akhirnya kita menemukannya," ucap Jasmine dengan raut wajah bahagia.
"Private jet ini berlogo JA. Coba kita cari logo ini apakah berasal dari nama sebuah perusahaan atau nama seseorang," sahut Evan.
Mereka berdua pun mencari tahu logo yang terdapat pada tubuh pesawat tersebut melalui dunia maya.
"Dapat!" seru Jasmine dengan penuh semangat.
"JA merupakan singkatan dari nama Javier Alonso, pengusaha kaya raya yang berasal dari Meksiko. Javier Alonso memiliki perusahaan minuman keras besar yang diberi nama JA Cooperation dan dia adalah pemilik casino terbesar di Meksiko. Bahkan dia juga memiliki beberapa casino di beberapa kota di Amerika Serikat," jelas Evan.
"Apa ada informasi lainnya?" tanya Jasmine.
Evan menggelengkan kepalanya.
"Coba kita periksa juga akun sosial medianya," ucap Evan.
Jasmine pun mencoba mencari informasi tentang Javier Alonso melalui beberapa aplikasi sosial media.
"Semuanya terkunci," ucap Evan kesal.
"Tidak sulit untuk membukanya," sahut Jasmine sambil menyeringai.
Tak butuh waktu lama, Jasmine pun berhasil meretas akun sosial media Javier Alonso. Dari akun sosial media tersebut, Jasmine dan Evan melihat beberapa foto dan mengetahui sosok seorang Javier yang berumur 40 tahunan. Bukan hanya itu, di dalam akun sosial media Javier, juga terdapat foto kebersamaan yang mesra antara Javier dengan seorang wanita muda dan cantik. Jasmine melihat dengan jelas wajah wanita itu yang tak lain adalah wajah Marissa. Jasmine tersenyum puas. Dia mendapatkan bukti lagi, sebuah kebenaran baru tentang Marissa.
"Kau memang luar biasa, Evan. Aku bahkan tidak berpikir sampai ke sana karena terlalu fokus mencari jejak Marissa saja, tanpa mencari tahu siapa orang yang berada di belakangnya. Terima kasih banyak, Evan," ucap Jasmine tulus.
"Sama-sama. Itulah salah satu alasan mengapa Tuhan menciptakan manusia itu secara berpasangan, supaya bisa saling melengkapi," ucap Evan lembut.
Wajah Jasmine merona.
"Sudah pintar menggombal sekarang, ya," ejek Jasmine.
"Berapa banyak wanita yang sudah kau gombali, heh?" tanya Jasmine.
"Hanya satu. Zalina Jasmine Alvaro seorang," jawab Evan.
Wajah Jasmine semakin memerah karena malu dan bahagia.
"Apa kau lupa? Kau kan sudah memberikan kutukan padaku, bahwa hanya kau satu-satunya wanita yang akan aku nikahi. Dan kutukanmu ampuh sekali," ucap Evan sambil terkekeh.
"Apa kau serius? Bukankah saat masih di sekolah dulu kau menjadi pria yang dipuja banyak perempuan?" tanya Jasmine penuh selidik.
"Kau kan salah satu hacker terhebat. Tidak sulit bagimu untuk mencari segala informasi tentangku," jawab Evan.
"Ada berapa banyak pria yang sudah mendekatimu? Mustahil tidak ada satupun pria yang tak tertarik denganmu." Evan balik bertanya sambil menyipitkan matanya.
Jasmine terkekeh.
"Banyak sih, tapi tidak ada yang menarik. Karena dulu ada seorang pria bule Turki pernah memintaku untuk menunggunya," jawab Jasmine.
Evan tersenyum bahagia. Sedangkan Joe yang mendengarkan obrolan Jasmine dan Evan hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum tipis.
Tiba-tiba ponsel Evan berdering. Ada panggilan video masuk.
"Pasti dari salah satu fansmu yang menelpon," goda Jasmine.
Evan memperlihatkan layar ponselnya ke hadapan Jasmine dan terlihat nama "My Dad". Jasmine membelalakkan matanya. Lalu Evan segera mengangkat panggilan video dari ayahnya itu.
"Assalamualaiku, Dad," sapa Evan.
"Waalaikum salam. Kamu ke mana saja Evan? Mengapa kau belum juga kembali. Cemal bilang kau sedang mengejar seorang wanita di sana. Apa benar? Awas saja ya, Daddy tidak akan pernah merestui hubunganmu dengan wanita itu. Daddy hanya mau calon menantu idaman Daddy itu. Titik!" cerca Tuan Farhat, ayah Evan.
"Daddy tidak bisa seperti itu. Ini kan hidup Evan. Daddy berkenalan dulu lah dengannya, baru Daddy bisa menolak atau menerimanya," mohon Evan dengan nada sedikit memelas.
"Sekali tidak tetap tidak!" jawab Tuan Farhat.
"Dia lebih cantik dari bocil SMP itu, Dad," ucap Evan.
"Tidak ada yang lebih baik dan lebih cantik dari gadis itu," balas Tuan Farhat.
Evan menghela napas panjang. Lalu Evan menggeser posisi duduknya sehingga berada di samping Jasmine dan mengarahkan kameranya ke wajah Jasmine.
"Apa Daddy yakin?" goda Evan.
Tuan Farhat melebarkan matanya.
"Assalamualaikum, Om," sapa Jasmine.
"Waalaikum salam, calon menantu idamanku. Apa ini beneran kamu, Nak?" tanya Tuan Farhat.
"Iya Om. Ini Jasmine," jawab Jasmine.
"Bagaimana kabarmu, anak cantik?" tanya Tuan Farhat.
"Alhamdulillah baik. Bagaimana kabar Om dan Tante?" tanya Jasmine balik.
"Alhamdulillah kami juga baik," jawab Tuan Farhat.
"Berhubung kau berada di Amerika, apa kau bersedia menghadiri pernikahan Cemal, kakaknya Evan?" tanya Tuan Farhat.
"Jasmine minta maaf Om. Bukannya Jasmine tidak mau, tapi Jasmine besok sudah harus kembali ke Jerman," jawab Jasmine.
Tuan Farhat menghela napas. Dia sedikit kecewa.
"Baiklah. Tapi kau harus berjanji satu hal," ucap Tuan Farhat.
"Apa itu, Om?" tanya Jasmine.
"Mulai sekarang panggil Daddy, bukan Om. Karena kamu adalah calon menantu idaman Daddy. Dan Daddy selalu berdoa semoga Tuhan mengabulkan permintaan Daddy ini," jawab Tuan Farhat.
Jasmine dan Evan saling berpandangan. Lalu keduanya pun menunduk dan tersipu malu.
"Baiklah mulai sekarang Jasmine akan memanggil Om dengan sebutan Daddy. Apa Daddy senang?" ucap Jasmine.
"Anak pintar. Baiklah kalau begitu, kalian lanjutkan mengobrolnya. Dan kau Evan, setelah Jasmine berangkat ke Jerman segeralah kembali ke sini," ucap Tuan Farhat.
"Pasti. Daddy tidak perlu khawatir. Sudah dulu ya, Dad. Assalamualaikum," ucap Evan.
"Waalaikum salam," jawab Tuan Farhat.
Panggilan video mereka pun berakhir.
"Aku ingin mengajakmu mengunjungi suatu tempat. Apa kau mau?" tanya Evan.
"Mau," sahut Jasmine.
"Memangnya kau mau mengajakku ke mana?" tanya Jasmine.
"Nanti kau juga akan tahu. Sebaiknya kita cepat habiskan makanan dan minuman ini. Setelah itu kita pergi," jawab Evan.
"Siap, Boss!" seru Jasmine.
Keduanya pun tertawa, lalu segera menghabiskan makanan dan minuman mereka.
...🌹🌹🌹...
Wah, kira-kira Evan mau mengajak Jasmine ke mana ya???🤭
(Semoga cerita di chapter ini mengobati kekecewaan readers.🙏)
Baca juga novel pertama author :
"Menikahi Ayah Dari Anak GENIUSKU"
Jangan lupa selalu dukung author dengan :
💫Tinggalkan comment
💫Tinggalkan like
💫Tinggalkan vote
💫Klik favorite
Terima kasih🙏🥰
😂😂😂