NovelToon NovelToon
Senandung Hening Di Lembah Bintang

Senandung Hening Di Lembah Bintang

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:319
Nilai: 5
Nama Author:

Berada di titik jenuh nya dalam pekerjaan Kania memutuskan resign dari pekerjaan dan menetap ke sebuah desa. Di mana di desa tersebut ada rumah peninggalan sang Kakek yang sudah lama Kania tinggalkan. Di desa tersebutlah Kania merasakan kedamaian dan ketenangan hati. Dan di desa itu jugalah, Kania bertemu dengan seorang, Bara.

18

Kania sudah berada di dapur, dapur sederhana berbeda dengan dapur rumah Kania yang di kota. Di sini hanya ada kompor satu tungku sederhana. Kania mulai mengeluarkan semua bahan yang ia beli bersama Dini; bawang, cabai, udang, dll. Di kota dulu biasanya ia memotong sayur menggunakan food processor tapi di sini, ia harus menggunakan pisau dapur tua.

Kania mulai mengiris bawang merah. Mata Kania mulai terasa pedih. Ia menangis tanpa suara, karena bawang! Menurut Kania mengiris bawang lebih sulit dari pada waktu ia ketemu investor. Kania mengambil napas dalam-dalam, mengelap air matanya, dan mulai mengiris lagi, kali ini perlahan dan hati-hati.

Kania akhirnya berhasil mengiris semua bumbu. Ia mulai memanaskan minyak di wajan. Aroma bumbu yang ditumis langsung menyeruak, aroma khas masakan Indonesia yang hangat. Kania memasukkan sedikit cabai yang sudah diulek. Rasanya pedas membara, persis seperti yang ia inginkan.

Kania memasukkan udang, yang segera berubah warna menjadi merah muda cantik. Ia menambahkan nasi dingin. Lalu mengaduknya dengan spatula kayu yang besar. Kania mengaduk nasi yang sudah tercampur bumbu hingga merata, sehingga menjadi satu kesatuan yang lezat.

Kania menambahkan kecap, merica, dan garam. Ia mencicipi sedikit. Rasanya..enak. Mungkin tidak seenak masakan Ibu Wati, tetapi ada ketulusan yang terasa di nasi goreng yang Kania buat. “Akhirnya selesai juga. Nasi goreng limited edition, karena chefnya Kania.” Ujarnya bangga.

Kania memindahkan nasi goreng ke piring yang cantik, menghiasinya dengan irisan timun dan telur mata sapi. Ia menyiapkan nya di meja depan tivi. Lalu kania berlalu ke kamar untuk mengganti bajunya yang terkena asap masakan. Dan ia hanya tinggal menunggu Bara datang.

Tepat saat jam di dinding menunjukkan pukul 7 malam, terdengar suara ketukan dari pintu depan. Kania yang sudah menunggu dengan gugup, membuka pintu. Bara berdiri di depan pintu, tampak rapi dalam kemeja bersih dan celana chino.

Bara tersenyum hangat. “Tepat pukul 7. Aku tidak terlambat kan?”

“Tepat waktu, mari masuk, mas.” Ajak Kania.

Bara masuk ke dalam dan langsung melihat meja yang sudah disiapkan Kania.

Bara menarik napas dalam-dalam. “Jadi, ini makan malam romantis?” Bara berbalik menatap Kania. “Yang di buat oleh Nona Kania sendiri?”

Kania tersipu malu. “Iya, aku membuatnya sendiri. Nasi goreng spesial yang dibuat khusus oleh chef Kania, untuk kekasih hatinya.”

Bara melihat seluruh upaya Kania untuk membuat kejutan ini, makan malam bersama, masakan pertama Kania yang dibuat untuknya. Bara meletakkan lengannya di pinggang Kania. Lalu berbisik. “Kejutan nya berhasil! Makan malam sederhana, dengan nasi goreng favorit ditemani wanita cantik, sungguh luar biasa. Aku tidak sabar mencicipi masakan chef Kania.”

“Aku harap kamu suka. Duduklah, Tuan Bara. Kita mulai makan malam romantis ini.”

Mereka berdua duduk. Cahaya lilin memantul di antara mereka, dan aroma nasi goreng mengepul di udara. Kania terlihat gugup saat Bara mulai mencicipi nasi goreng buatannya. Bara mengambil sesendok besar nasi goreng, matanya tertutup sejenak, mengunyahnya perlahan, mencoba menikmati setiap rasa.

“Bagaimana? Terlalu pedas? Atau kurang garam?” Tanya Kania cemas.

Bara membuka matanya, tersenyum lebar. “Ini…luar biasa, Kania. Sangat enak sekali, semua bahan tercampur rata, dan semua bumbu sesuai dengan takaran, pas, enak sekali.”

Kania tersenyum lega. Hatinya menghangat mendengar pujian Bara, dan itu menghangatkan hatinya lebih dari makanan itu sendiri.

Mereka makan dalam suasana santai, berbicara tentang hal-hal ringan. “Jadi, apa rencanamu untuk besok? Kita bisa pergi ke air terjun kecil di balik bukit. Aku belum pernah membawamu ke sana.”

“Aku harus menyelesaikan deadline besok pagi. Tapi, sore hari aku free. Aku mau mas Bara membawaku ke semua tempat yang kamu kunjungi dan lewati saat kamu masih kecil.”

“Baiklah. Kita kunjungi semua tempat yang kamu inginkan.”

Bara melihat piringnya sudah bersih, tidak ada satu nasi pun yang tersisa, lalu menatap Kania dengan rasa terima kasih. “Kani, terima kasih untuk kejutan yang sederhana ini, kamu tahu ini sangat berarti bagiku.”

Bara meraih tangan Kania di seberang meja. “Kamu tahu, nasi goreng makanan favoritku, dan ini adalah nasi goreng yang paling berkesan yang pernah aku makan.”

“Syukurlah kalau kamu suka. Dan terima kasih sudah datang tepat waktu. Dan—sekarang, bantu aku mencuci piring-piring kotor ini.” Canda Kania.

Bara tersenyum menggoda. “Boleh saja nona, asal ada hadiah setelah ini.”

“Ishh..mas Bara kalau bantu itu harus ikhlas.”

“Coba bibirnya jangan menantang gitu, yang ada kita tidak jadi cuci piring, tapi aku makan bibir kamu itu.”

“Mas BARA.!” Seru Kania dengan muka yang sudah memerah.

Bara tertawa melihat Kania yang tersipu malu. Lalu mereka mulai membagi tugas, Bara yang akan mencuci, dan Kania yang akan mengelap piring nya. Jika dilihat sekarang, mereka seperti sepasang pengantin baru.

Setelah piring-piring sudah di cuci bersih dan sudah di lap dan diletakkan di lemari oleh Bara, kemudian Bara meraih tangan Kania. Ia membalikkan tubuh Kania agar menghadapnya. Suara Bara agak rendah dan terdengar serak. “Tanganmu sangat wangi, Kani. Ini adalah aroma terwangi yang pernah ku cium.”

Lalu, bara mencium Kania. Ciuman itu tidak lagi lembut, namun penuh gairah yang selama ini tertahan. Kania membalas ciumannya dan mencoba mengimbangi Bara. Ciuman itu semakin dalam, membawa mereka ke ambang batas. Bara merasakan hatinya berdesir, ingin sekali membawa Kania masuk ke dalam kamar. Melempar tubuhnya ke ranjang, dan mengusungnya dibawah tubuh ini.

Tangan Bara sudah bergerak membelai tubuh Kania lebih jauh, tangannya menyusup ke dalam kaos yang dipakai Kania. Tangan Bara mengelus punggung, lalu bergerak ke perut Kania, mengelus-elus perut Kania. Di sela ciuman panas mereka, Kania mendesah karena tangan nakal Bara. Tangan Bara hampir menggapai kedua aset berharga Kania, tetapi Bara menghentikan dirinya sendiri. Ia menarik diri perlahan, napasnya terengah-engah.

“Mas, kenapa?”

Bara memeluk kepala Kania ke bahunya, memejamkan mata. Ia harus menenangkan gairahnya. “Maaf, Kani. Aku…aku hampir lupa diri. Tadi aku begitu menginginkanmu. Aku harus menghentikannya, tidak akan kulakukan sebelum kita menikah.”

Bara menatap mata Kania. “Aku ingin kita melakukan ini dengan benar.”

Kania menyadari betapa besarnya Bara menjaga dirinya. Ia merasa dicintai Bara dengan cara yang benar, Bara menjaganya dan tidak mau merusaknya sebelum mereka ada ikatan yang resmi.

“Terima kasih mas. Terima kasih sudah menghormati dan menjaga-ku. Aku juga ingin kita melakukan ini dengan benar.”

Bara tersenyum, lega. Ia mencium Kania sekali lagi, ciuman singkat yang penuh kasih sayang. “Mas, jangan cium lagi, nanti kamu tidak bisa menahan diri lagi.”

“Entahlah, jika terus di dekatmu aku selalu ingin menciummu. Kamu candu bagiku, sayang.” Ujar Bara.

“Mas, kamu juga candu buatku. Keberadaanmu didekatku membuatku merasa aman, dan nyaman.”

“Kalau gitu pertemukan aku dengan orang tuamu secepatnya.”

Kania tertawa penuh ejekan. “Ciyee..ada yang udah ga sabar nih.”

Bara mendesah. “Kani, aku serius. Kapan aku bisa bertemu orang tuamu.”

“Sabar, mas. Papa masih dinas di LN, mama juga ikut sama papa kalau lagi ada tugas.” Dengan nakal tangan Kania menyentuh dada Bara dan mengelus dengan provokatif. “Shhh..jangan memancing kalau tidak mau terima akibatnya, Kani.” Ancam Bara.

“Uwhhh..takuutt.” Kekeh Kania, lalu meninggalkan Bara yang masih dapur ke ruang tamu.

“Kani..” Geram Bara.

Bara segera menyusul Kania yang sudah duduk di sofa tua yang nyaman. Kania menyalakan televisi, menampilkan siaran berita lokal dengan volume rendah. Mereka tidak benar-benar menonton; mereka hanya menikmati kedamaian setelah ciuman yang penuh gairah.

Kania bersandar pada bahu Bara. “Terima kasih sudah membantu mencuci piring, mas.”

Bara mencium puncak kepala Kania. “Terima kasih juga untuk makan malamnya, rasa yang tidak akan pernah kulupa.”

Setelah beberapa saat hening, Kania merasa jarak fisik mereka tidak cukup. Ia ingin lebih dekat lagi, ingin membangun keintiman lagi, seolah ciuman penuh gairah tadi tidak pernah terjadi.

Kania mengangkat kepalanya, tersenyum kecil pada Bara, dan dengan gerakan lembut namun pasti, ia memposisikan dirinya. Ia memutar tubuhnya dan naik ke pangkuan Bara. Bara terkejut sesaat, lalu tersenyum hangat. Ia segera melingkarkan tangannya di pinggang Kania, menopangnya dengan kuat.

“Aku udah pernah bilang belum kalau mas Bara sangat tampan.”

Tanpa menjawab, Bara mencium Kania dengan penuh perasaan. “Dan kamu candu ku”

Bara menyandarkan kepalanya ke bahu Kania, menikmati kehangatan dan berat tubuh Kania di pangkuannya. Mereka berdua duduk di sana, di tengah keheningan, dengan perasaan cinta yang semakin besar.

1
Yuri/Yuriko
Aku merasa terseret ke dalam cerita ini, tak bisa berhenti membaca.
My little Kibo: Terima kasih kak sudah menikmati cerita ini 🙏
total 1 replies
Starling04
Membuatku terhanyut.
My little Kibo: Terima kasih kak 🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!